Suyatno 2004:82 mengatakan bahwa teknik pembelajaran menulis objek langsung bertujuan agar peserta didik dapat menulis dengan cepat berdasarkan objek
yang dilihat. Teknik ini digunakan untuk meningkatkan kemampuan para peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan dan fakta yang telah mereka peroleh dari
lapangan untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Serupa dengan pendapat di atas, Sudjana 2005:147-148 mengemukakan
bahwa teknik pengamatan langsung dilakukan sebagai studi yang direncanakan terlebih dahulu oleh pendidik bersama peserta didik. Penyusunan rencana
pengamatan secara langsung di lapangan didasarkan atas kebutuhan belajar yang dirasakan dan dinyatakan oleh para peserta didik. Tujuan penggunaan teknik ini ialah
agar peserta didik memperoleh pengalaman langsung dari objek-objek yang dikunjungi serta memperoleh pengalaman belajar dari kegiatan di lapangan.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pengamatan langsung adalah suatu teknik atau siasat yang digunakan oleh guru dengan
memanfaatkan lingkungan sebagai pendukung pengajaran dan sumber belajar melalui sebuah pengamatan atau peninjauan langsung terhadap lingkungan tersebut.
2.2.4 Pendidikan Karakter
Amri. dkk 2011:30 menyatakan bahwa pendidikan karakter
adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen
pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai
tersebut, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama, lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia insan kamil. Dalam pendidikan
karakter di sekolah, semua komponen stakeholders harus dilibatkan, termasuk komponen-komponen pendidikan itu sendiri, yaitu isi kurikulum, proses
pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan, penanganan atau pengelolaan mata pelajaran, pengelolaan sekolah, pelaksanaan aktivitas atau kegiatan ko-kurikuler,
pemberdayaan sarana prasarana, pembiayaan, dan etos kerja seluruh warga dan lingkungan sekolah.
Musfiroh dalam Amri. dkk 2011:3 mendefinisikan bahwa karakter mengacu kepada serangkaian sikap attitude, perilaku behavior, motivasi motivation dan
keterampilan skill. Karakter berasal dari kata Yunani yang berarti “to mark” atau
menandai dan memfokuskan bagaimana mengaplikasikan nilai kebaikan dalam bentuk tindakan atau tingkah laku sehingga orang yang tidak jujur, kejam, rakus, dan
perilaku jelek lainnya dikatakan orang berkarakter jelek. Sebaliknya, orang yang perilakunya sesuai dengan kaidah moral disebut dengan berkarakter mulia.
Selain pendapat di atas, Lickona 2012:81 mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami seseorang dalam merespons situasi secara bermoral,
yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter mulia lainnya. Karakter
yang baik meliputi “knowing the good, desiring the good, and doing the good”, yang berarti pula kebiasaan dalam berpikir, kebiasaan dalam hati, kebiasaan dalam
bertindak. Pengertian ini hampir serupa dengan yang diungkapkan oleh Novak dalam Lickona 2012:81 bahwa karakter merupakan campuran kompatibel dari
seluruh kebaikan yang diidentifikasi oleh tradisi religius, cerita sastra, kaum bijaksana, dan kumpulan orang berakal sehat yang ada dalam sejarah.
Lebih dalam Lickona 2012:112 menjelaskan bahwa pendidikan karakter harus dilakukan secara komperehensif dengan melibatkan semua pihak yakni peran
guru beserta pendekatannya; 1 sebagai pembimbing, model, dan mentor: memperlakukan siswa dengan cinta dan respek, menjadi contoh yang baik,
mendorong perilaku prososial, dan meperbaiki perlaku yang kurang baik. Guru sebagai model merupakan cara yang efektif untuk menanamkan keterampilan, sikap,
dan nilai. Apa yang dicontohkan akan jauh lebih efektif daripada yang diucapkan, 2 menciptakan suasana moral di kelas: membantu peserta didik mengenal satu sama
lain, menghargai dan saling membantu, membangun kebersamaan sebagai satu kelompok yang solid, 3 menerapkan disiplin, menciptakan dan menegakkan aturan
sebagai cara untuk menanamkan pemahaman moral, pengendalian diri, saling menghargai satu sama lain, dan internalisasi nilai, 4 menciptakan lingkungan kelas
yang demokratis; melibatkan peserta didik dalam pengambilan keputusan, berbagi tanggung jawab untuk membuat suasana kelas menjadi nyaman untuk belajar, 5
memasukkan penanaman nilai ke dalam kurikulum dan proses pembelajaran, 6 menggunakan pembelajaran kooperatif: mendorong peserta didik untuk berpartisipasi
aktif, saling membantu, dan bekerja sama, 7 menanamkan kesadaran utuk bisa
menjadi terampil, 8 mendorong peserta didik untuk bisa merefleksikan diri melalui kegiatan membaca, menulis, diskusi, latihan memecahkan masalah, dan berdebat, 9
mengajarkan bagaimana menyelesaikan masalah dengan seadil-adilnya dan tidak merusak. Peran sekolah dijelaskan sebagai berikut; 1 mendorong kepedulian
terhadap lingkungan dan masyarakat, 2 membudayakan nilai-nilai positif di sekolah dengan didukung semua pihak, baik kepala sekolah, staf, guru, maupun peserta didik,
3 melibatkan orang tua dan masyarakat untuk ikut andil dalam pendidikan nilai. Sementara itu menurut Aziz 2011:21 menjelaskan bahwa strategi pendidikan
berbasis pendidikan karakter PBK adalah melalui; 1 pembiasaan. Otak membutuhkan pengulangan untuk membuat tingkah laku tertentu menjadi kebiasaan,
2 keteladanan. Abdullah Nashih Ulwan mengatakan “keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil atau membekas
dalam mempersiapkan dan membentuk aspek karakter, moral, spritual dan etos peserta didik”.
Implementasi pendidikan yang terjadi pada saat peserta didik menulis berita dengan mengamati para pedagang makanan dan pegawai sekolah diantaranya; 1
peserta didik menjadi peka terhadap lingkungan, 2 dapat menumbuhkan rasa kepedulian sosial terhadap sesama, dan 3 dapat menumbuhkan sikap empati.
2.2.5 Implementasi Pembelajaran Menulis Teks Berita Menggunakan Teknik