Ertia Medista SMA Negeri 5 Yogyakarta

Ertia Medista SMA Negeri 5 Yogyakarta

Tidak banyak warga Yogyakarta yang mengetahui ada pe- ninggalan Bung Karno di tanah Gudeg ini. Peninggalan Bung Karno berwujud Masjid Syuhada yang terletak di Jalan I Dewa Nyoman Oka. Masjid Syuhada adalah simbol rasa terima kasih bangsa Indonesia yang diwakili oleh Bung Karno saat itu. Bung Karno berniat membuat sesuatu sebagai rasa terima kasih kepada rakyat Yogyakarta. Awalnya, beliau mengusulkan dibangunnya sebuah prasasti. Tetapi, karena hanya bisa dinikmati oleh sege- lintir orang, maka muncullah ide pembuatan masjid yang kemu- dian menjadi salah satu simbol tiga agama besar dunia.

Masjid Syuhada adalah masjid fenomenal dan salah satu masjid tertua di Yogyakarta. Tidak banyak orang yang mengeta- hui keberadaan Masjid Syuhada ini, termasuk aku. Semuanya berawal pada Jum’at, 7 Oktober 2011. Hujan yang mendadak mengguyur kota Yogakarta di petang hari itu memaksaku harus berteduh dan kuputuskuan singgah sementara waktu di Masjid Syuhada. Sejenak aku perhatikan bangunan masjid dan sekeli- lingnya. Masjid Syuhada didominasi warna hijau. Seusai salat Maghrib, sambil menunggu hujan reda, bertubi-tubi pertanyaan muncul dan harus sergera dijawab. Ketika hujan reda, aku lang- kahkan kaki pulang dengan rasa penasaran yang membara.

Sabtu, 8 Oktober 2011. Tekadku bulat untuk mencari jawaban atas semua rasa penasaran. Setelah berhasil membuat janji dengan salah seorang pustakawan Masjid Syuhada, Mas Panji, aku lang-

Antologi Puisi dan Feature

sung bergegas menuju Masjid Syuhada. Setelah Mas Panji mem- persilakan aku masuk di ruang perpustakaan, aku bersiap untuk memuaskan dahaga dan kepenasaranku tentang masjid itu.

Menurut Mas Panji, Masjid Syuhada dibangun sekitar tahun 1949-1952 dan memiliki luas bangunan 25 meter persegi. Lahan masjid dimulai dari pojok Taman Kanak-kanak sampai pojok bela- kang dan dapat menampung ± 1000 jamaah. Masjid terdiri dari 3 lantai. Lantai kedua khusus untuk jamaah putrid dan lantai ketiga diperuntukan khusus jamaah putra. Sedangkan lantai pertama dipergunakan untuk perpustakaan. Bangunan masjid ini penuh symbol kemerdekaan dan beragam hal yang mencirikan agama Islam. Misalnya, anak tangga menuju lantai ketiga berjumlah tu- juh belas (melambangkan tanggal tujuh belas), empat kubah kecil ditambah dengan satu kubah besar melambangkan tahun 1945, kubah berbentuk segi delapan melambangkan bulan Agustus, angin-angin pada mihrab/tempat imam ada lima (melambangkan rukun Islam) dan pada aula terdapat 20 angin-angin (melambang- kan sifat-sifat Allah).

Dalam perencanaannya, pembentukan panitia dilakukan hingga tiga kali. Konon, menurut catatan sejarah, pembuatan mas- jid ini hanya menghabiskan biaya satu juta rupiah. Boleh percaya, boleh tidak. Namun, secara logika hal tersebut masuk akal. Sebab, kubah, karpet, dan beragam perlengkapan peribadatan berasal dar hibah dari kedutaan negara lain. Begitu pula untuk kebutuhan pembangunan, seperti semen, pasir, dan material lainnya, diper- oleh dari sumbangan warga sekitar masjid Syuhada. Meski masjid ini dapat menampung ± 1000 jamaah, Bung Karno menganggap masjid ini hanya seperti langgar (mushola). Masjid Syuhada dires- mikan oleh Sultan Hamengku Buwono IX. Menurut rencana, se- benarnya ada tiga kandidat lokasi untuk pembangunan masjid ini, yaitu tanah yang dibangun Telkom (saat ini) Kotabaru, SMA Negeri 3 Yogyakarta, dan Jalan I Dewa Nyoman Oka, Kotabaru. Lalu, mengapa Jalan I Dewa Nyoman Oka yang dipilih?

Mata Kata Mata Baca Mata Hati

Posisi tanah yang strategi, dekat dengan sungai, dan lahan luas merupakan dasar pemilihan lokasi untuk pembangunan masjid. Selain itu, keinginan menjadi ikon agama Islam di Kota- baru di samping keberadaan gereja Kristen dan Katolik. Alasan mendasar dibangunnya masjid di sekitar Jalan I Dewa Nyoman Oka adalah pada waktu itu (1945) umat islam mengalami kesu- litan mencari tempat peribadatan. Sebab, dahulu di Kotabaru me- rupakan hunian elit Belanda yang nota bene memeluk agama Kris- ten dan Katolik sehingga hanya gereja yang ada di kawasan terse- but. Saat ini Masjid Syuhada berdiri menjadi salah satu simbol agama dari tiga agama besar yang ada di Indonesia dan sekaligus menjadi simbol keharmonisan umat beragama yang selalu hidup berdampingan. Hal terkecil yang terlihat dari keharmonisan itu adalah saling berbagi lahan parkir ketika salah satu agama sedang mengadakan proses peribadatan.

Kehadiran sebuah masjid pada saat itu (1950an) mempunyai peran penting dalam penyebaran agama Islam. Untuk mendu- kung hal tersebut mulailah dibangun lembaga-lembaga di masjid Syuhada yang memiliki fungsi esensial di bidangnya. Antara lain, LPQMS, Lembaga Pengkajian Quran Masjid Syuhada, mengajar- kan segala pengkajian tentang Al-Quran dan mengajarkan mem- baca Al-Quran yang baik dan benar. PKMS, Pendidikan Kader Masjid Syuhada, mendidik dan mencetak kader-kader berkualitas (dai, leadership, jurnal, pidato). CDMS, Corps Dakwah Masjid Syu- hada, bertugas pada pengajian keislaman, misalnya, pengajian pagi, mabit, bedah buku, dan outbound. PAMS, Pendidikan Anak Masjid Syuhada. PAMS membidik anak-anak untuk diajak dalam kegiatan keislaman, seperti TPA, dan mengajarkan kepribadian serta keterampilan.

Untuk menunjang kemaksimalan fungsi lembaga-lembaga tersebut, bersamaan dengan pembangunan masjid, dibangunlah asrama putra dan putrid di lingkungan Masjid Syuhada. Asrama Putra mencetak SDM untuk mengurusi keputraan. Sedangkan asrama putri mencetak SDM untuk mengurusi keputrian. Komit-

Antologi Puisi dan Feature

men Masjid Syuhada untuk menyebarkan agama Islam semakin terbukti dengan berdirinya Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama Masjid Syuhada. Sampai saat ini, keaslian Masjid Syu- hada tetap dipertahankan. Masjid itu tetap dibiarkan sesuai asli- nya dan hanya perawatan berkala . Masjid Syuhada adalah masjid yang benar-benar masjid. Karena selain untuk shalat berjamaah, Masjid Syuhada juga mempunyai peranan penting dalam penye- baran agama Islam di Yogyakarta. Keren!

Mata Kata Mata Baca Mata Hati

Dokumen yang terkait

AN ALIS IS YU RID IS PUT USAN BE B AS DAL AM P E RKAR A TIND AK P IDA NA P E NY E RTA AN M E L AK U K A N P R AK T IK K E DO K T E RA N YA NG M E N G A K IB ATK AN M ATINYA P AS IE N ( PUT USA N N O MOR: 9 0/PID.B /2011/ PN.MD O)

0 82 16

ANALISIS KOMPONEN MAKNA KATA YANG BERMAKNA DASAR MEMUKUL DALAM BAHASA MADURA DIALEK PAMEKASAN

28 440 50

“PENGARUH PEMBERIAN BERBAGAI DOSIS JUS JERUK MANIS (Citrus sinensis) TERHADAP KADAR GSH (Glutation sulfhidril) HATI TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) YANG DIPAPAR ASAP ROKOK”

1 35 1

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TAKE AND GIVE DENGAN MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATA PELAJARAN GEOGRAFI KELAS XI-IIS DI SMA NEGERI 7 BANDA ACEH

0 47 1

ENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN IPS POKOK BAHASAN KERAGAMAN SUKU BANGSA DAN BUDAYA DI INDONESIA DENGAN MODEL PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS V SDN GAMBIRAN 01 KALISAT JEMBER TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 24 17

FRAKSIONASI DAN KETERSEDIAAN P PADA TANAH LATOSOL YANG DITANAMI JAGUNG AKIBAT INOKULASI JAMUR MIKORIZA ARBUSKULAR DAN BAKTERI PELARUT FOSFAT (Pseudomonas spp.)

2 31 9

Matematika Kelas 6 Lusia Tri Astuti P Sunardi 2009

13 252 156

UPAYA PENINGKATAN PROSES DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS IV (EMPAT) SDN 3 TEGALSARI KECAMATAN GADINGREJO KABUPATEN PRINGSEWU TAHUN PELAJARAN 2011/2012

23 110 52

PENGARUH MOTIVASI BELAJAR DAN PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH TERHADAP HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN AKUNTANSI KEUANGAN SISWA KELAS XI AKUNTANSI SMK WIYATA KARYA NATAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011

10 119 78

PENGARUH PEMANFAATAN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DAN MINAT BACA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 WAY

18 108 89