Arimbi Indah Pratiwi SMK Negeri 7 Yogyakarta
Arimbi Indah Pratiwi SMK Negeri 7 Yogyakarta
Tatapan matanya seolah menun- jukkan betapa si pemilik sangat menik- mati kehidupannya. Senyuman yang se- lalu terkembang melambangkan kera- mahan. Begitulah sosok Dra. Sudarmini, M.Acc yang saat ini berprofesi sebagai guru Akuntansi di SMKN 7 Yogyakarta.
Lahir dari pasangan Subini dan Su- karsih di Madiun, 15 November 1958. Sejak kecil wanita yang gemar memasak
ini memang sudah bercita-cita menjadi guru. Untuk mewujudkan cita-citanya tersebut, maka ia berusaha menguasai satu mata pe-
lajaran dan matematika adalah pilihannya. Karena pada saat itu ia bersekolah di SMEA maka ia tertarik untuk mengambil jurusan Akuntansi yang masih ada kaitannya dengan berhitung.
Saat bersekolah di SMEA 1 Gowongan, Sudarmini pernah mendapat beasiswa berprestasi sehingga dibebaskan dari uang sekolah bulanan. Hal tersebut sangat meringankan beban orang tuanya mengingat pada saat itu ayahnya hanya seorang pegawai biasa yang penghasilannya tidak seberapa.
Setelah lulus dari SMEA ia memutuskan melanjutkan studi- nya ke IKIP Yogyakarta. Selama masa kuliahnya ia pernah menga- jar sebagai guru Tata Buku selama tiga tahun. Ini merupakan pe-
ngalaman pertamanya mengajar. Sebelumnya ia menjalani pela-
Mata Kata Mata Baca Mata Hati
tihan selama satu tahun terlebih dahulu. Baru kemudian pada tahun 1983 sampai 1985 ia menjadi guru Tata Buku di SMAN 1 Yogyakarta. Meski saat itu statusnya belum menjadi Pegawai Negeri.
Tahun 1987 ia menikah dengan pria asal Timor-Timur yang juga menimba ilmu Bahasa Inggris di IKIP Yogyakarta. Maka sete- lah menikah Sudarmini ikut dengan suami ke Timor-Timur. Se- lama di Timor-Timur ia melanjutkan perjalanannya menjadi guru di SMKN 1 Dili. Pada saat itulah ia baru menjadi Pegawai Negeri. Suasana kelas yang sedikit berbeda dengan sekolah tempat ia me- ngajar sebelumya mengharuskannya untuk beradaptasi dengan murid-murid barunya yang cenderung bersifat keras.
Pengalamannya bertambah ketika ia mengajar di tengah kon- flik antara Indonesia dan Timor-Timur. Saat itu Timor-Timur yang memilih memisahkan diri dari Indonesia dan menjadi negara yang berdaulat. Perasaan takut dan khawatir dirasakannya. Na- mun sebagai guru, ia tetap tabah dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa agar siswa tetap merasa nyaman.
Tahun 1987 ia kembali mengajar di Yogyakarta. Ia mengajar di sekolahnya dulu yang telah berubah nama menjadi SMKN 7 Yogyakarta. Sebagai guru ia ingin menjalin hubungan yang dekat dan hangat dengan murid-muridnya. Ini sebabnya mengapa ia sangat senang melakukan sharing dengan murid-muridnya. Me- tode pembelajaran yang ia berikan pun beragam sehingga murid semakin penasaran dan merasa tertarik mempelajari Akuntansi.
Bu Mini –begitu panggilan akrabnya— sering memberikan contoh kasus dari kehidupan sehari-hari. Hal ini memudahkan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Ia juga guru yang sering memberikan hand-out dan soal-soal latihan dari luar buku ajar. Hal ini banyak diminati oleh siswa, karena dapat menambah wawasan mereka. Sifatnya yang ramah dan keibuan membuat siswa merasa tidak segan untuk bertanya.
Antologi Puisi dan Feature
Guru yang lulus S2 Magister Akuntansi tahun 2008 ini mem- buat diktat pelajaran untuk kalangan sendiri. Ia pernah meraih Beasiswa Super Semar saat menjalani kuliah S1 di IKIP Negeri Yogyakarta. Sampai saat ini ia aktif menjadi guru Akuntansi Ke- uangan dan Praktek Akuntansi Komputer di SMKN7 Yogyakarta.
“Apa dan siapa saja yang ada di dunia ini bisa dan perlu kita pelajari,” kalimat yang sederhana namun memliki arti yang men- dalam. Ia juga berpesan kepada generasi muda untuk selalu ber- syukur dan menjadi seseorang yang selalu haus akan prestasi.
Mata Kata Mata Baca Mata Hati