Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kebijakan Sekolah

114 Penyelenggaraaan aksi lingkungan mendapatkan dukungan dari semua pihak yaitu dukungan seluruh warga sekolah dan dukungan dari BLH, Polsek, Puskesmas, RT RW setempat, dan instansi lainnya. Dukungan yang diberikan berupa pemberian fasilitas saat pelaksanaan aksi dan pendampingan saat aksi lingkungan dilaksanakan. Menurut Van Meter dan Van Horn melalui Arif Rohman, 2012: 108, dalam mencapai keberhasilan suatu penyelenggaraan kebijakan melihat dari kondisi sosial, ekonomi dan politik. Dalam hal ini melihat sejauh mana pihak-pihak yang terkait dalam mendukung penyelenggaraan kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup. Menurut analisis peneliti, pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah mendapatkan respon yang baik dari beberapa pihak, baik dari instansi-instansi, lembaga, dan masyarakat sekitar, sehingga banyak bantuan dan dukungan bagi sekolah, baik dalam bentuk pemberian bantuan berupa alat, pelatihan, penyuluhan, serta dalam pendampingan saat pelaksanaan kegiatan aksi lingkungan.

3. Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup

Penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup memerlukan suatu pengembangan atau inovasi-inovasi dalam menunjang keberhasilan suatu kebijakan sekolah. Sekolah mempunyai program pengembangan pendidikan lingkungan hidup untuk menyukseskan kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup. Pengembangan pendidikan lingkungan hidup dirancang setiap awal tahun. 115 Program pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah pada tahun 2014 sampai tahun 2015 yaitu: 1 pengembangan kebijakan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan dengan membangun sikap peduli dan berbudaya lingkungan melalui kegiatan tahunan, peringatan hari-hari besar dan hari-hari lingkungan hidup dengan kegiatan bertema lingkungan; 2 pengembangan kurikulum berbasis lingkungan hidup dengan mengembangkan materi PLH berdasarkan isu lokal dan isu global dengan merancang dan melaksanakan PLH berdasarkan isu lokal dan isu global; 3 pengembangan kegiatan berbasis partisipasi dengan melakukan kegiatan aksi lingkungan yang diprakarsai oleh sekolah, aksi lingkungan ini berupa kerja bakti di lingkungan sekolah dan masyarakat, pemberian reward kelas terbersih; 4 pengembangan dan pengelolaan sarana pendukung sekolah dengan melengkapi sarana pendukung sekolah sebagai media PLH yaitu melengkapi keanekaragaman greenhouse .

4. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kebijakan Sekolah

tentang Pendidikan Lingkungan Hidup a. Faktor Pendukung Kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kesadaran warga sekolah tentang nilai-nilai lingkungan, dan mengetahui isu permasalahan lingkungan yang ada. Kebijakan ini pada akhirnya dapat menggerakkan warga sekolah untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan. Pada pelaksanaannya 116 terdapat beberapa faktor pendukung. Faktor pendukungnya mencakup dua komponen yaitu faktor pendukung yang berasal dari dalam sekolah internal dan faktor pendukung yang berasal dari luar sekolah eksternal. Tabel 10. Faktor Pendukung Pendidikan Lingkungan Hidup Faktor Pendukung Kebijakan Sekolah tentang Pendidikan Lingkungan Hidup PLH di SMA N 1 Jetis Faktor Pendukung 1 Internal 1. Semangat Warga Sekolah Warga sekolah merasa senang dan bersemangat dengan adanya kebijakan sekolah tentang PLH, baik pengintegrasian dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. 2. Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah yaitu sapu lidi, sapu lantai, kain pel, tempat sampah, kemoceng, korden, kipas angin, alat pemilah sampah, greenhouse , IPAL, Ruang Terbuka Hijau RTH, gerobak, motor untuk mengangkut sampah, kamar mandi yang memadai, air bersih, dan 4 sumur. 3. Pendanaan PLH Diambilkan dari dana yang telah di anggarkan di dalam Rencana Kerja Anggaran Sekolah RKAS. Jadi tidak ada dana khusus untuk PLH, tapi sudah include di SPP. 2 Eksternal 1. Adanya Kerjasama Kerjasama dengan BLH Provinsi, BLH Bantul, masyarakat sekitar, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WALHI, Puskesmas, Polsek, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan sekolah-sekolah di DIY. 2. Pemberian Bantuan Pemberian komposter, biopori, sepeda motor untuk pengangkutan sampah, IPAL, tanaman, pelatihan, dan diklat. Sumber: Data Primer 2015 117 Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor pendukung kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup meliputi faktor internal dan faktor eksternal yaitu: 1 Faktor Internal a Semangat Warga Sekolah Semangat warga sekolah merupakan faktor pendukung yang sangat penting bagi terlaksananya kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup. Warga sekolah merasa senang dengan adanya kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup, baik pengintegrasian dalam pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Respon yang baik dan semangat yang tinggi akan membuat terlaksananya kebijakan sekolah berjalan dengan baik, dan akan senantiasa mengembangkan pendidikan lingkungan hidup sehingga SMA Negeri 1 Jetis mampu mempertahankan predikat sebagai sekolah berbudaya lingkungan. b Sarana dan Prasarana Keberhasilan dari pelaksanaan suatu kebijakan didukung pula oleh sarana prasarana. Sarana prasarana yang dimiliki sekolah sangat penting dalam mendukung keberhasilan dari pelaksanaan suatu kebijakan yang ada di sekolah. Sarana dan prasarana yang dimiliki sekolah yaitu sapu lidi, sapu lantai, kain pel, tempat sampah, kemoceng, korden, kipas angin, alat 118 pemilah sampah, green house, IPAL, Ruang Terbuka Hijau RTH, gerobak, motor untuk mengangkut sampah, kamar mandi yang memadai, air bersih, dan 4 sumur. c Pendanaan Pendidikan Lingkungan Hidup Pendanaan Pendidikan Lingkungan di sekolah diambilkan dari dana yang telah dianggarkan di dalam Rencana Kerja Anggaran Sekolah RKAS. Setiap siswa dipungut dana yaitu diambilkan dari pembayaran SPP siswa setiap bulannya. Jadi tidak ada dana khusus untuk pendidikan lingkungan hidup, tapi sudah include di SPP. 2 Faktor Eksternal a Adanya Kerjasama Kerjasama antara pihak sekolah dengan berbagai pihak menjadi hal penting bagi mendukung terlaksananya kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup. Kerjasama dan dukungan ini yaitu datang dari Badan Lingkungan Hidup BLH Provinsi, Badan Lingkungan Hidup BLH Kabupaten Bantul, masyarakat sekitar, Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WALHI, Puskesmas, Polsek, Dinas Pendidikan, Dinas Pertanian, Pemerintah Daerah, Pemerintah Pusat, dan sekolah- sekolah lain yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kerjasama yang dijalin berupa dukungan yang diberikan beberapa pihak tersebut kepada SMA Negeri 1 Jetis Bantul. 119 Pelatihan-pelatihan dan diklat-diklat tentang lingkungan hidup sering diberikan oleh Badan Lingkungan Hidup BLH, misalnya pelatihan bagaimana cara pembuatan komposter, bagaimana penggunaan biopori, dan bagaimana memanfaatkan lingkungan dengan baik. Pelatihan dari Badan Lingkungan Hidup ini diberikan kepada seluruh warga sekolah. Kerjasama yang lain yaitu kerjasama dengan Polsek dan Puskesmas, misal apabila sekolah mengadakan aksi-aksi lingkungan baik di sekitar lingkungan sekolah maupun di luar sekolah, mereka memberikan dukungan berupa pengamanan saat aksi lingkungan berlangsung maupun memberikan dukungan berupa alat-alat kesehatan seperti mobil ambulance dan obat-obatan yang dibutuhkan Selanjutnya kerjasama dengan beberapa sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta yakni berupa pengimbasan kebijakan sekolah tentang Pendidikan Lingkungan Hidup. Pengimbasan Pendidikan Lingkungan Hidup kepada sekolah-sekolah lain tersebut dikarenakan sekolah sudah mendapat penghargaan sebagai sekolah “Adiwiyata Mandiri”, agar nantinya sekolah- sekolah lain bisa menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup dan bisa menjadi sekolah yang peduli dan berwawasan lingkungan. Sekolah binaan SMA Negeri 1 Jetis yang tergabung dalam Komunitas Sekolah Adiwiyata yaitu SMA Negeri 1 120 Kasihan, SMA Negeri 1 Banguntapan, SMA Negeri 2 Banguntapan, SMA Negeri 1 Pajangan, SMA Pangudi Luhur Sedayu, SMP Negeri 1 Jetis, SMP Negeri 1 Banguntapan, SMP Negeri 1 Piyungan, SMP Negeri 1 Pandak, SMP Negeri 3 Pajangan, SMP Pangudi Luhur Sedayu, MTs Negeri Giriloyo, SD Negeri Jetis, SD Budi Mulia Dua Sedayu, SD Bantul Manunggal, SD Muhammadiyah Bodon, MIN Jejeran, MIN Kebonagung. b Pemberian Bantuan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, instansi-instansi maupun Lembaga Swadaya Masyarakat LSM sangat mendukung Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Negeri 1 Jetis Bantul. Dukungan ini dapat dilihat dari pemberian beberapa bantuan guna mendukung Pendidikan Lingkungan Hidup yaitu pemberian komposter, biopori, sepeda motor untuk pengangkutan sampah, IPAL, tanaman, dan pemberian pelatihan untuk guru dan siswa-siswa SMA Negeri 1 Jetis Bantul, baik dari Badan Lingkungan Hidup BLH Kabupaten Bantul maupun dari LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia WALHI. b. Faktor Penghambat Penyelenggaraan kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup di SMA Negeri 1 Jetis selain memiliki faktor 121 pendukung, pada pelaksanaannya juga terdapat faktor penghambatnya. Tabel 11. Faktor Penghambat Pendidikan Lingkungan Hidup Faktor Penghambat Kebijakan Sekolah tentang Pendidikan Lingkungan Hidup PLH di SMA Negeri 1 Jetis Faktor Penghambat 1 Internal Faktor internalnya yaitu adanya beberapa alat-alat pendukung PLH yang sudah rusak, masih ada siswa yang kurang memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan, dan beban mengajar guru selama 24 jam dalam 6 hari kerja yang harus dipenuhi 2 Eksternal 1. Belum Konsistennya Antara Lingkungan Siswa di Sekolah dengan Lingkungan Siswa di Rumah. 2. Perilaku siswa yang sudah terbentuk di rumah. 3. Kurangnya komunitas pecinta lingkungan untuk mewadahi siswa dalam mengembangkan ilmu tentang lingkungan dan untuk siswa berperan aktif diluar sekolah. Sumber: Data Primer 2015 Berdasarkan paparan di atas maka dapat disimpulkan bahwa faktor penghambat kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup meliputi faktor internal dan faktor eksternal yaitu: 1 Faktor Internal Penghambat yang berasal dari dalam sekolah yaitu masih ada siswa yang belum memiliki kesadaran untuk menjaga lingkungan, naik turunnya semangat warga sekolah dalam pelaksanaan kegiatan kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup, dan ada 122 beberapa sarana prasarana sekolah yang sudah rusak. Selain itu beban mengajar guru yang harus dipenuhi selama 24 jam dalam 6 hari kerja juga menjadi faktor penghambat tersendiri, guru seakan terpancang oleh materi-materi pelajaran yang harus segera diselesaikan sehingga berkurangnya waktu guru dalam menyampaikan pesan-pesan pendidikan lingkungan hidup kepada siswa-siswa. 2 Faktor Eksternal Faktor penghambat lainnya yaitu faktor penghambat yang berasal dari luar sekolah. Faktor penghambat dari pengimplementasian kebijakan sekolah tentang pendidikan lingkungan hidup yang berasal dari luar sekolah yaitu: a Belum Konsisten Antara Lingkungan Siswa di Sekolah dengan Lingkungan Siswa di Rumah Pada saat di sekolah siswa sudah diajarkan tentang pendidikan lingkungan hidup, tentang kewajiban kita untuk senantiasa menjaga kelestarian lingkungan, namun terkadang keadaan di lingkungan masyarakat berbeda, masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk menjaga dan melestarikan lingkungan, sehingga membuat siswa belum bisa menerapkan pendidikan lingkungan hidup dengan baik. 123 b Perilaku Siswa Setiap siswa memiliki kehidupan masing-masing di dalam keluarga. Perilaku setiap anak terbentuk juga dari lingkungan keluarga. Perilaku anak yang sudah “bermasalah” dari lingkungan keluarganya kadang terbawa sampai di sekolah. perilaku siswa yang seperti itu sulit untuk dirubah sehingga tidak mudah untuk menyampaikan pendidikan lingkungan hidup kepada siswa tersebut. c Kurangnya Komunitas Pecinta Lingkungan Komunitas pecinta lingkungan merupakan suatu wadah untuk mewadahi siswa dalam mengembangkan ilmu tentang lingkungan, namun sekarang masih kurang komunitas pecinta lingkungan tersebut, sehingga siswa belum bisa mengembangkan dan berperan aktif di luar sekolah. 124

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Kebijakan sekolah tentang Pendidikan Lingkungan Hidup PLH Kebijakan sekolah tentang Pendidikan Lingkungan Hidup di SMA Negeri 1 Jetis Bantul memuat 5 komponen menurut teori perumusan kebijakan Arif Rohman 2009: 119 yaitu: a. Tujuan goal yaitu untuk mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, kesadaran warga sekolah tentang nilai-nilai lingkungan, dan isu permasalahan lingkungan yang ada. Kebijakan ini pada akhirnya dapat menggerakkan warga sekolah untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang. b. Rencana plans kebijakan sekolah tentang Pendidikan Lingkungan Hidup PLH merupakan suatu inisiatif dari Kepala Sekolah semenjak sekolah berdiri dengan dukungan dan peran serta Badan Lingkungan Hidup BLH, Dinas Pendidikan, guru, karyawan, komite sekolah, masyarakat, dan peserta didik. c. Program progamme yang dilaksanakan sekolah untuk mendukung keberhasilan pendidikan lingkungan hidup yaitu adanya pembentukan