2. Pengelolaan manajemen pelayanan keperawatan yang telah dilakukan
mahasiswa secara individu maupun kelompok bersama-sama dengan perawat ruangan petugas kesehatan di lahan praktik
Kelompok melakukan sosialisasi menegenai tata cara pengisian lembar asuhan keperawatan yang terdapat di ruangan terkait dengan penilaian
nyeri dan resiko jatuh. Pada saat sosialisasi dilakukan, perawat ruangan hadir dan antusias terhadap kegiatan yang dilakukan, terlihat dari cara
mereka member respon beruapa pertanyaan-pertanyaan terkait dengan pengisian lembar askep untuk pengkajian terhadap pasien baru,
terutama pada bagian penilaian nyeri dan resiko jatuh.
B. Saran
1. Institusi Pendidikan
Kegiatan PBLK ini sangat menarik untuk tetap dilanjutkan. Akan tetapi perlu kerja keras institusi untuk memperbaiki pengaturan proses belajar PBLK
dimulai dari pengaturan jadwal, pengaturan format penulisan, pengaturan kompetensi yang harus dicapai hingga pengaturan koordinasi dan komunikasi
antara sesama staf pengajar dalam pencapaian satu kesepakatan panduan yang tetap dan tujuan akhir kegiatan PBLK.
2. Lahan Praktik
Hasil akhir selama proses PBLK sangat bermanfaat dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien. Pengelolaan manajemen ruangan dan pasien
Universitas Sumatera Utara
secara optimal, efektif dan efisien diharapkan dapat dijadikan standar asuhan keperawatan di ruangan, sehingga dapat diaplikasikan dengan nyata dalam
proses keperawatan sehari-hari. Dengan proses PBLK ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan perawat dan mutu pelayanan keperawatan dalam
pemberian asuhan keperawatan pada pasien secara komprehensif dan professional.
3. Praktikan Berikutnya
Kegiatan PBLK yang dijalankan oleh praktikan hanya mengacu pada pasien yang mengalami nasopharing carcinoma, sehingga diharapkan pada
praktikan berikutnya dapat melakukan inovasi keperawatan EBN yang lebih inovatif dengan kasus penyakit yang lain khususnya pada pasien yang
mengalami gangguan THT, seperti Tumor Lidah sehingga pemberian keperawatan dapat dilakukan secara komprehensif.
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Adams B dan Higler. 1997. Boies: Buku Ajar Penyakit THT,Ed: 6. Jakarta: EGC.
Almatser, Sunita. 2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Arima, C A. 2006. Paralisis Saraf Kranial Multipel pada Karsinoma Nasofaring.
Diakses 18 Juni 2012 dari http:library.usu.ac.iddownloadfkD0400193.pdf.
Asroel, H A. Penatalaksanan Radioterapi pada Karsinoma Nasofaring. Diakses 18 Juni 2012 dari
http:tht_hary2.pdf.com
Carpenito, L.J. 1999. Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan, Edisi 2 Bahasan Indonesia, Jakarta : EGC
Chandrasoma dan Taylor. 2005. Ringkasan Patologi Anatomi. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Gillies, DA. 1994. Nursing Management: a system approach 3th Edition. Philadelpia: W.B. Saunders
Gillies, D A. 1998. Manajemen Keperawatan: Suatu Pendekatan Sistem Edisi 2. Chicago, Illionis: W. B Saunders Company.
Hidayat, A. 2002. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta: EGC. Muninjaya, A. A. G. 1999. Manajemen Kesehatan. Jakarta: EGC.
Nursalam 2001, Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktek Keperawatan Profesional
, Edisi ke-1. jakarta : EGC Pandi, P S. 1983. Aspek Klinik Tumor Ganas Telinga-Hidung-Tenggorok. In :
Himawan, Sutisna. Tumor Kepala dan Leher : Diagnosis dan Terapi. Jakarta: FKUI
Swanburg, R. C, 2000, Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan untuk Klinis,
Jakarta : EGC Swanburg, R. C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
untuk Perawat Klinis . Jakarta: EGC.
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Kuesioner Kemampuan Menelan Pada Pasien di Ruang Rindu A 5 RSUP H.Adam Malik Medan
No. Pernyataan
S Sr
Jr Ts
Lampiran 1
Universitas Sumatera Utara
Keterangan: S
: Selalu Sr
: Sering Jr
: Jarang Ts
: Tidak Sama Sekali
Lembar Observasi Dummy table
1. Kesulitan ketika mengunyah makanan
2. Adanya kesulitan menelan ketika makan
3. Adanya rasa sakit ketika menelan
4. Batuk tersedak ketika makan
5. Adanya perasaan mual ketika makan
6. Adanya rasa panas dalam perut
7. Mampu menghabiskan diet yang diberikan
8. Membutuhkan bantuan orang lain ketika makan
9. Mampu minum air putih tanpa adanya kesulitan ketika
menelan 10. Jenis makanan yang dikonsumsi lunak seperti bubur
Lampiran 2
Universitas Sumatera Utara
Pasien Hari
Pre Post
H1 H2
H3 H4 H5
H6 H7
Ny. R 17 16
16 16
15 Pindah
ke uro -
-
Tn. Y 19 19
18 18
17 16
14 -
Tn.A 17
17 16
16 Pasien
pindah ke
neuro -
- -
Ny. E 17 11
8 8
PBJ -
- -
Tn. D 17 17
17 -
- -
- -
Lampiran 3
Universitas Sumatera Utara
Paired Samples Statistics
Mean N
Std. Deviation
Std. Error Mean
Pair 1 Rata-rata kemampuan menelan pre
16.20 5
3.033 1.356
Rata-rata kemampuan menelan post
15.00 5
3.391 1.517
Paired Samples Correlations
N Correlation
Sig. Pair 1 Rata-rata kemampuan
menelan pre Rata-rata kemampuan menelan
post 5
.972 .006
Paired Samples Test
Paired Differences t
df Sig. 2-
Universitas Sumatera Utara
Mean Std.
Deviati on
Std. Error
Mean 95
Confidence Interval of the
Difference tailed
Lower Upper Pair 1 Rata-rata
kemampuan menelan pre –
Rata-rata kemampuan
menelan post 1.200
.837 .374
.161 2.239 3.207
4 .033
LATIHAN MENELAN
Lampiran 4
Universitas Sumatera Utara
Nutrisi yang adekuat memegang peranan yang sangat penting dalam proses penyembuhan penyakit dan seringkali terlupakan. Suatu keadaan yang menyebabkan
terganggunya pemenuhan kebutuhan nutrisi tubuh dapat menyebabkan tidak optimalnya proses metabolisme dan keseimbangan nutrisi tubuh sesuai dengan
kebutuhan. Cairan intravena standar umumnya tidak adekuat untuk mencegah masalah ini. Selain itu, kebutuhan tubuh akan energi dan bahan untuk perbaikan dan
pertumbuhan dapat menyebabkan pemecahan protein tubuh pada percepatan yang cepat.
Aktivitas mengunyah dan menelan terintegrasi pada tingkat batang otak melalui system batang otak kompleks yang melibatkan cabang-cabang motorik dan
sensorik saraf cranial multiple. Pada umumnya, ini adalah respon refleks terhadap adanya sesuatu dalam mulut dan faring. Pusat yang lebih tinggi pada korteks serebral,
serebelum, dan basal ganglia yang berpartisipasi dalam kecepatan dan kordinasi refleks ini. Namun ketika terdapat gangguan di area jalan makan yang disebebkan
oleh suatu jenis penyakit seperti nasopharyng carcinoma ca laring dan jenis penyakit lain yang menyerang jalan makan dapat mempengaruhi dan mengganggu respon
makan dan menelan. Ketidakadekuatan proses makan dan menelan dapat memberikan efek
perubahan yang signifikan terhadap nutrisi tubuh. Kebutuhan tubuh akan energi dan bahan untuk perbaikan dan pertumbuhan dapat menyebabkan pemecahan protein
tubuh pada percepatan yang cepat. Kondisi ini sangat mempengaruhi sistem metabolisme tubuh. Kompensasi yang tepat untuk megatasi hal ini adalah dengan
melatih pasien ntuk mampu menelan dengan kondisi yang sulit menelan. Stimulus ini dilakukan secara bertahap hingga pasien mampu untuk memenuhi kebutuhan
nutrisinya. Karena bagaimanapun nutrisi harus tetap masuk ke dalam tubuh agar sistem metabolisme tubuh tidak terganggu dan mempertahankan serta menjaga
kondisi pasien agar kebutuhan tubuhnya tetap terpenuhi.
Universitas Sumatera Utara
STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR SOP ASUHAN KEPERAWATAN LATIHAN MENELAN
Universitas Sumatera Utara
A. Tujuan Tindakan