TA : Perancangan Brand Identity Xinxin Home Industri Berbasis Alam Sebagai Upaya Peningkatan Brand Awareness.

(1)

PERANCANGAN

BRAND

IDENTITY

XINXIN

HOME

INDUSTRI

BERBASIS

ALAM

SEBAGAI

UPAYA

PENINGKATAN BRAND AWARENESS

TUGAS AKHIR

Program Studi

S1 Desain Komunikasi Visual

Oleh:

Galih Rendy Hidayat 11420100044

FAKULTAS TEKNOLOGI DAN INFORMATIKA

INSTITUT BISNIS & INFORMATIKA STIKOM SURABAYA 2016


(2)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... x

KATA PENGANTAR ... xi

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah... 7

1.4 Tujuan Perancangan ... 7

1.5 Manfaat Perancangan ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Penelitian Terdahulu ... 9

2.2 Brand ... 10

2.3 Sejarah Xinxin Home Industry ... 15

2.3.1 Varian Xinxin Home Industry ... 16

2.4 Corporate Identity ... 17

2.4.1 Aplikasi Corporate Identity ... 18

2.4.2 Fungsi Corporate Identity ... 19

2.5 Logo ... 21

2.6 Gestalt ... 23

2.7 Unifrom ... 24

2.8 Merchandise ... 25

2.9 Visual ... 25

2.9.1 Warna ... 25


(3)

xiv

2.9.3 Tipografi ... 30

2.9.4 Layout ... 34

2.10 Brand Awareness ... 38

2.11 Teori Analisis SWOT ... 39

2.12 Segmentasi, Targeting, dan Positioning (STP) ... 41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 44

3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Perancangan Penelitian ... 45

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 47

3.4 Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV KONSEP DAN PERANCANGAN ... 52

4.1 Hasil dan Analisis Data ... 52

4.2 Studi Eksisting ... 57

4.3 Segmentasi, Targeting dan Positioning ... 62

4.4 Studi Kompetitor ... 63

4.5 Analisa SWOT ... 66

4.6 Keyword ... ... 69

4.7 Analisa Keyword ... ... 70

4.8 Deskripsi Konsep... ... 74

4.9 Konsep Perancangan ... ... 76

4.10 Perancangan Kreatif ... ... 77

4.10.1 Tujuan Kreatif ... 77

4.10.2 Strategi Kreatif... 77

4.11 Perancangan Media ... ... 90

4.11.1 Tujuan Media ... 90

4.11.2 Strategi Media ... 90

4.11.3 Program Media ... 94

4.12 Implementasi Desain ... 96


(4)

xv

4.12.2 Penggunaan Logo ... 97

4.12.3 Warna Logo ... 98

4.12.4 Grid System ... 99

4.12.5 Area Bebas Logo ... 100

4.12.6 Elemen Grafis... 101

4.12.7 Aturan Pengaplikasian Logo ... 102

4.12.8 Stationary Set ... 103

4.12.9 Merchandise ... 105

4.12.10 GSM ... 106

BAB V PENUTUP ... 108

5.1 Kesimpulan……….. ... 108

5.2 Saran……….. ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 110

BIODATA PENELITI ... 112


(5)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Hasil Rancangan Komunikasi Visual ... 9

Gambar 2.2 Contoh Prinsip Similiarity dalam logo ... 34

Gambar 2.3 Contoh Prinsip Closure dalam logo ... 34

Gambar 2.4 Contoh PrinsipFigure Ground dalam logo ... 35

Gambar 2.5 Contoh Prinsip Impossible Figure dalam logo ... 35

Gambar 3.1 Bagan Perancangan Penelitian ... 49

Gambar 4.1 Postingan Media Instagram Xinxin ... 76

Gambar 4.2 Postingan Media Facebook Xinxin ... 77

Gambar 4.3 Tampilan Website Xinxin... 78

Gambar 4.4 Tampilan Website Cincau Station ... 81

Gambar 4.5 Logo Cincau Station ... 81

Gambar 4.6 Analisa SWOT... 82

Gambar 4.7 Bagan Keyword ... 83

Gambar 4.8 Bagan Konsep Perancangan ... 91

Gambar 4.9 Typeface “Helvetica” ... 97

Gambar 4.10 Typeface “Rockwell” ... 98

Gambar 4.11 Warna yang Terpilih ... 100

Gambar 4.12 Alternatif Sketsa Logo ... 101

Gambar 4.13 Alternatif Sketsa Logogram ... 102

Gambar 4.14 Sketsa Logo Terpilih ... 103

Gambar 4.15 Alternatif Komposisi Logo ... 104

Gambar 4.16 Logo Terpilih ... 105

Gambar 4.17 Sketsa Alternatif Cover Buku ... 108

Gambar 4.18 Sketsa Alternatif Desain Bilboard ... 109

Gambar 4.19 Sketsa Alternatif Desain Website ... 111

Gambar 4.21 Sketsa Alternatif Desain Brosur ... 113

Gambar 4.22 Sketsa Alternatif Desain Papper Bag ... 115

Gambar 4.23 Sketsa Alternatif Desain Mug ... 115


(6)

xvii

Gambar 4.25 Sketsa Alternatif Desain Pin ... 115

Gambar 4.26 Sketsa Alternatif Desain Stiker ... 115

Gambar 5.1 Final Logo Trowulan ... 119

Gambar 5.2 Graphic Standard Manual ... 121

Gambar 5.7 Desain Brosur Bagian Depan ... 125

Gambar 5.7 Desain Brosur Bagian Belakang ... 126

Gambar 5.9 Desain Website (Home) ... 128

Gambar 5.10 Desain Website (Profil) ... 129

Gambar 5.11 Desain Website (News) ... 130

Gambar 5.12 Desain Website (Gallery) ... 131

Gambar 5.13 Desain Website (About) ... 132

Gambar 5.14 Poster ... 133

Gambar 5.15 Papper Bag ... 134

Gambar 5.16 Pin ... 135

Gambar 5.17 Mug ... 136

Gambar 5.18 Kaos ... 136


(7)

xviii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Pilihan Utama Media Iklan ... 43

Tabel 4.1 Matriks SWOT Perancangan Xinxin Home Industry ... 84

Tabel 4.2 Estimasi Biaya Media Utama ... 116


(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakan Masalah

Keanekaragaman dunia kuliner yang ada di Indonesia sudah tersohor keseluruh pelosok dunia, makanan yang mulai dari Rendang, Nasi goreng, Sate, Gudeg, dll, begitu juga dengan aneka ragam minumannya, seperti Es Dawet, Es Campur, dll. Perkembangan dunia kuliner di Indonesia sejak beberapa tahun belakang memiliki perkembangan yang sangat pesat dan massive, hal ini dapat dilihat dari mulai banyak merek - merek baru bermunculan, banyak acara yang berdasarkan dunia kuliner Indonesia, dan yang utama adalah terjadi di beberapa kota besar di Indonesia secara keseluruhan. Pada kesempatan ini, tentu dapat membantu banyak bidang industri yang ada di Indonesia, namun perkembangan ini masih banyak memiliki kelemahan yang terletak pada gaya hidup dan pola berpikir masyarakat Indonesia terhadap merek baru yang bermunculan tersebut.

Permasalahan yang ada dalam Xinxin Home Industry ini adalah susah dikenal dan mendapatkan sebuah kepercayaan dalam masyarakat dikarenakan sebagai sebuah perusahaan baru yang bergerak dalam bidang minuman olahan alami berupa cincau hitam. Permasalahan ini bukan hanya dimiliki oleh Xinxin melainkan juga banyak perusahaan baru yang serupa lainnya, sehingga dalam pemecahan permasalahan ini perlu diadakannya sebuah upaya yang dapat mengurangi dan bertujuan untuk mendapatkan berbagai kepercayaan yang dimiliki oleh masyarakat dan terget market sehingga dapat meningkatkan


(9)

penjualan perusahaan tersebut, salah satu upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah perancangan branding, yang dalam hal ini perancangan Branding Xinxin Home Industry sebagai upaya peningkatan brand awareness merupakan upaya yang tepat dalam mengurangi permasalahan yang banyak dialami oleh perusahaan baru yang termasuk didalamnya yaitu Xinxin Home Industry.

Kesadaran masyarakat Indonesia untuk membeli produk–produk ciptaan dalam negeri terlebih merek baru yang belum mereka kenal sangatlah rendah. Hal ini yang menyebabkan industri – industri kuliner baru, kecil dan menengah sulit bersaing di antara beberapa brand besar yang sudah banyak dikenal oleh masyarakat luas di Indonesia ataupun dunia. Oleh sebab itu penelitian ini akan diarahkan untuk perancangan brand identity Xinxin home industry berbasis nature sebagai upaya peningkatan brand awareness.

Beberapa merek lokal Indonesia tidak jarang lebih mendapat perhatian dan daya tarik yang tinggi di luar negeri, hal ini tentunya sangat disayangkan karena dampak dari hal semacam ini dapat membuat negara kita menjadi mudah untuk dijajah secara produk lokalnya. Salah satu permasalahan yang sempat terdengar beberapa saat lalu yaitu bahwa Malaysia telah mengakui kurang lebih ada 100 masakan yang dimuat dalam halaman Jabat Warisan Negara, Kementrian Penerangan , Komunikasi, dan Kebudayaan (news.viva.co.id).

Xinxin merupakan sebuah usaha rumahan atau home industry yang bergerak dalam bidang minuman atau beverage yang berada di kota Surabaya, Jawa Timur, Indonesia. Industri rumah ini sudah berjalan sejak tahun 2010 yang pada awal membuka sebuah cafe pada wilayah Menur dengan beragam menu makanan


(10)

ringan dan minuman yang salah satunya adalah cincau. Terbuat dari daun cincau asli yang diolah sedemikian rupa hingga menjadi sebuah cairan hitam, yang kemudian didiamkan hingga beberapa waktu sampai cairan tersebut mengental dan kemudian dimasukkan ke lemari pendingin. Dalam Xinxin, cincau yang sudah mengeras dan siap untuk dinikmati ini kemudian di serut untuk menjadi sebuah cincau yang berupa mie, setelah itu langkah selanjutnya memberikan varian rasa yang beragam tersebut dan kemudian dikemas langsung dengan penutup cup dengan mesin press.

Dengan banyak mengalami kendala usaha ini memutuskan untuk lebih aktif dan fokus dalam penjualan produknya yang hanya minuman, yaitu dengan cara delivery order. Mengingat potensi produk minuman segar dengan kondisi kota Surabaya yang panas, usaha ini memiliki daya tarik yang baik untuk masyarakat kota Surabaya. Namun, usaha ini masih belum sepenuhnya dikenal oleh masyarakat kota Surabaya, pemasaran yang dilakukan oleh usaha ini lebih mendekat pada restauran yang ada di Surabaya sehingga dapat menjadi suplier minuman yang khususnya minuman cincau. Cincau merupakan minuman yang dibuat menggunakan bahan baku dasar dari sebuah daun, dengan proses melakukan perebusan untuk mengambil sari dari daun yang akan mengeluarkan warna hijau ataupun hitam yang kemudian dibiarkan menjadi dingin. Setelah air seduhan tersebut menjadi dingin, air akan mengalami perubahan menjadi mengental dan lama kelamaan akan menjadi seperti agar-agar, maka cincau siap untuk disajikan. Untuk meningkatkan daya jual dari usaha ini, maka diperlukan


(11)

sebuah upaya branding yang dapat memberikan nilai lebih bagi brand dan dapat meningkatkan image atau citra terhadap masyaratkat kota Surabaya secara luas.

Dalam sebuah upaya peningkatan sebuah image atau brand awareness, upaya tersebut dapat memberikan dampak yang maksimal apabila upaya itu diberikan sebuah pengerucutan atau titik fokus yang berbeda dengan kompetitor agar memberikan faktor pembeda yang baik bagi sebuah perusahaan. Sebagai brand minuman lokal yang memiliki banyak faktor alam (nature) dalam bahan dasar hingga manfaat yang dikandung, maka alam (nature) adalah titik fokus yang diberikan agar dapat menjadikan upaya perancangan brand identity dalam upaya peninggkatan brand awareness ini dapat memiliki faktor pembeda yang dibutuhkan oleh perusahaan ini.

Wilson Arafat (2006:27) “Image is a public preception of the identity of a

company”. Sedangkan menurut Aacker & Myers (2000:116) : “The total

impression of what person a group of people think and know about or object”. Oleh karena itu, sebuah image atau citra yang dimiliki oleh sebuah perusahaan sangatlah penting apabila sebuah perusahaan ingin berkembang dan dapat dikenal secara luas. Dalam mencapai tujuan itu, sebuah usaha harus memahami sebuah pola pemikiran yang ada pada publik, kebanyakan publik menginterprestasikan sebuah identitas, presepsi, interprestasi dan citra. Langkah yang efektif untuk meningkatkan citra usaha terhadap pola pemikiran masyarakat kepada suatu brand atau merek baru adalah dengan memberikan fokus yang jelas pada produk yang dimiliki oleh perusahaan untuk lebih mudah diterima oleh masyrakat akan meningkatkan pencitraan produk dari perusahaan tersebut.


(12)

Permasalahan yang ada pada suatu brand atau merek baru sudah berlangsung sejak lama, namun tidak ada perhatian yang khusus dari pihak pemerintahan yang dalam hal ini adalah Dinas Perindustrian dan Perdagangan yang berada di Surabaya, Jawa Timur dan masyarakat yang kebanyakan menutup diri untuk mempercayai suatu brand baru dengan berbagai alasan yang mereka dapatkan dari brand besar lainnya yang sudah mereka percaya.

Untuk itu, perlu dilakukan sebuah upaya untuk menarik perhatian dan antusiasme masyarakat yang khususnya masyarakat Surabaya, dalam tujuan sekaligus mempromosikan suatu brand baru. Banyak upaya yang bisa dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan cara melakukan perancangan brand identity. Menurut Wheeler (2013:6) “Branding is a disciplined process used to build awareness and exten customer loyalty”. Dengan adanya perancangan branding ini diharapkan Xinxin memiliki brand yang kuat dan dapat meningkatkan brand awareness yang selama ini sudah menjadi sebuah hambatan bagi sebuah perusahaan atau brand baru yang belum banyak dikenal oleh publik yang pada hal ini yaitu masyarakat Surabaya. Brand dapat berubah sesuai dengan konteknya, kadang brand sebagai kata benda kadang sebagai kata kerja. Kadang menjadi sama dengan nama perusahaan pengalaman perusahaan dan harapan konsumen, menurut Aline wheeler dalam bukunya

„Designing Brand Identity‟. Sedangkan menurut Rustan (2009:16) “Brand

memiliki makna yang jauh lebih dalam dan luas daripada logo”. Dalam sebuah branding tentunya perlu ada media yang mampu mendukung upaya peningkatan citra perusahaan, antara lain pembuatan logo, buku corporate identity, dan media


(13)

promosi berupa : sticker branding, website design, brosure, merchandise, iklan koran dan graphic standart manual.

Xinxin masih memerlukan upaya peningkatan identitasnya sebagai perusahaan yang bergerak dalam bidang beverage atau minuman yang pada hal ini yaitu minuman cincau. Upaya yang dilakukan ini disamping untuk memperkuat identitas perusahaan juga diharapkan dapat menjadikan faktor pembeda jika dibandingkan perusahaan yang bergerak dalam industri beverage atau minuman yang pada hal ini minuman cincau lainnya yaitu dengan pembuatan logo. Logo yang memiliki peranan yang cukup besar dalam penciptaan identitas, menurut Veronica Napoles dalam buku Mendesain Logo milik Rustan (2009: 66) menjelaskan bahwa perusahaan itu bagaikan manusia. Mereka memilik karakter pribadi, budaya dan prinsip – prinsip. Namun bagi banyak orang, mereka terlihat dingin (kaku) dan tidak berkepribadian. Tanpa tanda – tanda kehidupan. Identitas visual membantu membuat mereka lebih manusiawi dengan memberi “wajah” dan kepribadian dalam bentuk sebuah logo.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang dijelaskan latar belakang, maka perumusan masalah pada perancangan ini adalah “Bagaimana merancang brand identity Xinxin home industry sebagai upaya peningkatan brand awareness ?”


(14)

1.3 Batasan Masalah

Agar pembahasan dalam laporan ini terfokus dan tidak terlalu meluas, maka diperlukan batasan – batasan mengenai permasalahan, yaitu sebagai berikut :

a. Permasalahan yang diangkat dalam perangcangan brand identity adalah minuman Cincau dengan varian rasa Classic, Gula Jawa, Lechy, Mocha, Capucinno, Vanila, Strawberry, Melon, Green Tea, Chocolate.

b. Perancangan branding meliputi logo, buku Corporate Identity, media promosi berupa : sticker branding design, website design, brosure, merchandise, iklan koran dan Graphic Standart Manual.

1.4 Tujuan Masalah

Berdasarkan pada perumusan masalah yang diuraikan sebelumnya, maka tujuan dari perancangan ini adalah sebagai berikut :

a. Untuk merancang brand identity Xinxin home industry sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

b. Untuk merancang media brand identity Xinxin yang meliputi : logo, website design, merchandise, dan graphic standard manual.


(15)

1.5 Manfaat Perancangan

Seusai dengan tujuan yang diharapkan dalam penelitian, maka manfaat dari perancangan brand identity ini adalah :

1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari perancangan brand identity ini adalah dapat menambah pengetahuan umum akan merek lokal dalam dunia kuliner Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi masyarakat serta mahasiswa yang ingin mengetahui tentang brand identity khusunya dalam brand identity Xinxin home industry sebagai upaya meningkatkan brand awareness.

Perancangan brand identity ini juga dapat menjadi referensi bagi peneliti lain dalam melakukan brand identity terhadap perusahaan beverage atau kuliner lain khususnya dalam perancangan brand identity perusahaan beverage, selain itu dapat memberikan informasi atau masukan kepada pihak–pihak terkait seperti Dinas perindustrian dan perdagangan dan masyarakat sekitar kawasan surabaya yang berada dalam pengembangan brand identity Xinxin home industry.

1.5.2 Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diaplikasikan pada Xinxin home industry. Selain itu dapat juga digunakan untuk perusahaan ataupun home industry lain yang memiliki produk budaya lokal sehingga berpotesi menjadi brand yang serupa.


(16)

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai beberapa landasan teori yang berisi data dan teori yang relevan dan berhubungan dengan perancangan brand identity Xinxin home industry sebagai upaya peningkatan brand awareness.

2.1 Penelitian Terdahulu

Belum pernah ada penelitian dengan obyek dan judul yang sama, akan tetapi penelitian yang saya lakukan dapat merujuk pada penelitian yang dilakukan oleh mahasiswi Universitas Kristen Petra yang bernama Stevanie Johanes pada tahun 2009 dengan judul “Perancangan Branding MilkMoo sebagai peningkatan brand awareness”. Perancnagan branding ini terfokus pada media promosi dan peningkatan brand awareness saja. Desain media promosi yang dibuat antara lain adalah brosur, x-banner, stempel, poster, sosial media, dan website. Tujuan utama dari pembuatan branding ini adalah untuk memeberikan sebuah informasi kepada khalayak bahwa terdapat sebuah perusahaan yang bergerak dalam usaha minuman susu yang dikemas dengan modern dan lebih bervariatif.

Untuk saat ini perancangan brand identity ini terfokus pada “perancangan

brand identity Xinxin home industry berbasis nature sebagai upaya peningkatan

brand awareness”. Saat ini Xinxin masih membutuhkan identitas yang terintergritas dan promosi yang meluas dan mendalam agar mampu menyadarkan dan meningkatkan awareness masyarakat terhadap sebuah perusahaan baru lokal


(17)

terutama yang ada di Surabaya. Sehingga perancanan brand identity ini lebih difokuskan pada bagaimana khalayak agar lebih memahami, menghargai dan memiliki keterbukaan pikiran terhadap sebuah perusahaan baru yang bergerak dalam bidang atau industry apapun melalui pendekatan perancangan brand identity.

Perancangan brand identity Xinxin ini diupayakan dengan merancang sistem identitas yang jelas, komunikasi promosi dan strategi promosi. Serta dirancangnya sebuah strategi kreatif yang akan diimplementasaikan dalam media promosi yang menitik beratkan pada konsep identitas visual yang maupun verbal dengan harapan nantinya dapat diterima denga baik oleh target market dan masyarakat luas.

Perbedaan tujuan penelitian saat ini dengan tujuan penelitian terdahulu yaitu terletak pada fokus pengerjaan aplikasi dan penggunaan strategi yang dimunculkan untuk khalayak yang dituju. Meski terdapat kesamaan tujuan untuk menginformasikan kepada masyarakat terhadap adanya pengenalan dan peningkatan brand awareness. Namun penelitian yang saat ini dilakukan bersifat lebih luas dengan adanya perancangan logo atau identitas yang jelas dan target pasar yang digunakan dengan tujuan untuk membangun presepsi yang kuat dan meningkatkan awareness target market dan masyarakat umum terhadap Xinxin.

2.2 Brand

Berdasarkan pemahaman yang berkembang di masyarkat brand merupakan merek atau sesuatu yang memiliki sebuah logo, secara mendasar mereka


(18)

menganggap sebuah brand adalah logo atau merek. Namun menurut, Straub dan Attner dalam (Kenedy dan Soemanagara, 2006:111) Brand mengandung sebuah nilai yang mencerminkan nama, simbol, desain atau kombinasi yang dapat mengidentifikasikan sebuah kualitas atau pelayanan dari sebuah perusahaan.

Brand mengandung sebuah nilai kualitas yang didapatkan dari sebuah barang atau jasa berdasarkan pengalaman penggunaan pada satu produk atau lebih. Kualitas produk juga sangat diperngaruhi oleh beragam macam aspek lain yaitu seperti kemasan, model, dan garansi (Kenedy dan Soemanagara, 2006:11).

Strabb dan Attner (Kenedy dan Soemanagara, 2006:11) membagi brand

menjadi tiga yaitu :

a. Nama (brand name) : bentuk kata, huruf, atau gabungan keduanya yang digunakan untuk memberikan citi khas. Contoh : Sari Kucing, Accord, Sony, Aiwa dan sebagainya.

b. Tanda (brand mark) : simbol atau desain yang digunakan untuk memberikan ciri dan membedakannya. Contoh : huruf M pada Mcdonald‟s, simbol berkuda pada kaus Ralphpolo, perahu layar pada BNI 1946, dan buaya pada pakaian Lacoste.

c. Karakter (trade character) : simbol yang menunjukan kualitas manusia. Contoh : Mr. Ronald Mc Donald untuk produk Mcdonald‟s dan Mr.Versace pada pakaian Versace.

Beberapa fungsi utama brand adalah (Surya, 2003:26) :

a. Sebagai sebuah janji. Brand menjanjikan diferensiasi yang berarti, menciptakan kecenderungan dan mampu menjadikan produk „premium‟.


(19)

b. Sebagai jalan pintas dalam pengambian keputusan. c. Sebagai aset yang menambah nilai finansial. d. Menandakan perubahan kepada audience. e. Menanggapi perubahan audience.

f. Mengkomunikasikan kembali nilai-nilai instansi atau perusahaan pada masyarakat.

g. Memerangkati moral orang-orang didalam lingkunagn perusahaan. h. Mengabsahkan momentum untuk seuah pernyataan jangka panjang.

i. Menciptakan, mengelola, dan menguasai presepsi masyarakat, baik didalam organisasi maupun masyarakat umum.

Menurut Keller (2008:5), brand tidak hanya sekedar produk, karena brand

memiliki dimensi khusus yang menjadi pembeda denga produk lain yang sejenis. Pembeda tersebut haruslah rasional dan terlihat secara nyata dengan performa suatu produk dari sebuah merek atau dapat dikatakan lebih simbolis, emosional dan tidak kasat mata dalam mewakili sebuah merek.

Dalam bukunya yang berjudul “Mendesain Logo”, Rustan (2009:6) menyebutkan bahwa brand pada dasarnya adalah perpaduan antara seni dan sains untuk menyampaikan sebuah janj, yang dibuat oleh perusahaan kepada audiennya, sebagai perwujudan nilai dan emosi dari perusahaan tersebut. Melalui janji ini, perusahaan berusaha menjalin ikatan dengan pelanggannya secara emosional, baik dari segi pemenuhan kebutuhan, loyalitas dan dukungan yang terus menerus. Dengan kata lain, perusahaan berusaha untuk memenuhi keinginan dan mengadopsi sifat-sifat pelanggannya. Dalam konsep sosiologi, orang akan merasa


(20)

lebih nyaman untuk berteman dan bergaul dengan orang-orang yang memiliki sifat yang cenderung sama. Melalui konsep iniliah, dapat disimpulkan bahwa sebuah brand akan sukses jika memenuhi ekspektasi sifat dan kriteria kebutuhan yang diinginkan oleh pelanggan, karena brand harus mengikuti audience-nya.

Pada tahap ini, sebuah brand pasti akan memiliki sebuah nilai kesuksesan yang dapat ditentukan melalui brand equity-nya. Brand equity atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai kekuatan merek, adalah sebuah brand yang dapat menambang atau mengurangi nilai dari brand itu sendiri, yang dapat diketahui dari respon konsumen terhadap produk yang dijual.

Brand equity sangat berhubungan erat dengan kesetiaan konsumen dan munculnya pengguna baru yang berubah menjadi konsumen setia terhadap sebuah

brand. Hal ini terjadi karena brand equity menjadi landasan konsumen untuk menentukan penggunaan suatu brand. Soehadi (2005) menyebutkan bahwa kekuatan sebuah merek (brand equity) dapat diukur berdasarkan 7 indikator, yaitu :

a. Leadership, kemampuan untuk memengaruhi pasar, baik harga maupun atribut non-harga.

b. Stability, kemampuan untuk mempertahankan loyalitas pelanggan.

c. Market, kekuatan merek untuk meningkatkan kinerja toko atau distributor. d. Internationality, kemampuan merek untuk dapat keluar dari area

geografisnya atau masuk ke negala lain atau daerah lain. e. Trend, merek menjadi semakin pentung dalam industri.


(21)

g. Protection, legalitas dari sebuah merek.

Banyak pakar branding mengemukakan konsep dan model mengenai apa sesungguhnya komponen dari brand equity tersebut. Menurut Aaker (1991),

brandequity dapat dikelompokkan dalam 5 kategori yaitu :

a. Brand Awareness (kesadaran merek), kesanggupan seorang calon pembeli untuk mengenali, mengingat kembali sebuah merek sebagai bagian dari suatu kategori produk tertentu.

b. Brandassociation (asosiasi merek), segala kesan yang muncul dalam benak seseorang terkait dengan ingatannya mengenai suatu merek atau brand. c. Preceived quality (presepsi kualitas), presepsi pelangggan terhadap

keseluruhan kualitas dan keunggulan sebuah merek yang berkaitan dengan harapan dari konsumen terhadap merek pesaingnya.

d. Brandloyalty (loyalitas merek), loyalitas yang diberikan pelanggan terhadap sebuah merek.

e. Other propierty brand assets (aset-aset merek lainnya) terdapat 3 jenis aset dari sebuah merek yang dapat mendukung peningkatan dari brand equity, 3 aset tersebut dapat berupa :

1) Trademark, akan melindungi merek dari persaingan yang mencoba mengelabuhi pelanggan dengan nama yang sama atau mirip dengan nama merek

2) Paten, akan mengghindarkan merek dari persaingan langsung karena persaingan tidak dapat menggunakan paten tersebut tanpa izin.


(22)

3) Relationship, atau hubungan dengan komponen saluran distribusi bisa dijalin dengan baik jika reputasi dan kinerja mereka baik.

2.3 Sejarah Xinxin

Sejarah Xinxin adalah sebuah perusahaan industri rumahan atau home industry yang asli dari Surabaya. Awal mula tercetus ide untuk melakukan usaha dengan mendirikan cafe yang didirikan pada tahun 2008 di kawasan wisata kenjeran, ide untuk melakukan usaha dengan mendirikan cafe ini, memberikan dampak yang cukup besar bagi perkembangan usaha ini.

Pada tahun 2009, cafe yang didirikan mengalami kendala sehingga terpasa untuk melakukan pengalihan usaha yang mulanya berada pada sebuah kawasan wisata menjadi sebuah usaha rumahan yang memasarkan produknya dengan mandiri yaitu dengan cara delivery order. Kurang dari 1 tahun pertama saat usaha ini sudah memiliki sebuah ijin dengan standard home industry, Xinxin melihat potensi pasar yang banyak mencari sebuah produk yang alami dan menyehatkan dari beberapa macam produk yang sebelumnya pernah dijual pada saat masih memiliki cafe, yaitu produk minuman cincau. Sejak saat itu hingga 4 tahun terakhir, usaha ini sudah memiliki banyak konsumen tetap.

Pemilihan yang dilakukan konsumen terhadap produk ini tidak sebatas karena usaha ini menjual minuman cincau, pemilihan konsumen didasari oleh kualitas dan entitas yang dimiliki oleh usaha rumahan ini terhadap konsumen mereka. Menjadi sebuah pilihan untuk sebuah acara pernikahan, rapat, ataupun ulang tahun, Xinxin dan produk minuman cincaunya memiliki kekuatannya


(23)

sendiri. Namun dalam sebuah penjualan yang dilakukan secara masal atau dapat dikatakan penjualan dengan yang dilakukan oleh kompetitornya, Xinxin masih memiliki sebuah kekurangan karena dianggap sebagai brand baru ataupun kurang dikenal dan memiliki sebuah daya tarik tersendiri bagi masyarakat umum.

Seiring berjalannya waktu, Xinxin mulai merasakan diperlukannya sebuah upaya yang lebih dalam menunjukan beragam kelebihan dan keunggulan yang dimiliki, sehingga perancangan ini dapat dilakukan dengan tujuan untuk merancang brand identity untuk meningkatkan brand awareness dari konsumen yang sudah dimiliki dan khususnya masyarakat umum sebagai target pasar baru yang ingin dijangkau oleh Xinxin sebagai perusahaan minuman alami yang berkualitas.

2.3.1 Varian produk Xinxin

Menurut Wheeler (2013:20) “Brand architecture refers to the hierachy of brand within a single company” yang berarti sebuah struktur merek harus memiliki kesamaan hirarki dalam sebuah merek yang ada di satu perusahaan. Seperti halnya pengertian diatas, bagian dari sebuah struktur brand atau merek merupakan varian dari produk yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut. Sangatlah penting bagi suatu perusahaan untuk tetap mempertahankan atau memberikan konsistensi terhadap nama produk atau varian yang ditawarkan kepada kosumen dari segi visual dan susunan kata, pengucapan, dan elemen pembeda yang khas untuk dapat membantu perusahaan dalam berupaya meingkatkan brand awareness ataupun berkembang lebih efektif dalam benak


(24)

pikiran konsumen. Pada hal ini, varian tersebut terdiri dari, cincau classic, cincau lechy, cincau mocha, cincau melon, cincau vanila, cincau straweberry, cincau gula jawa, cincau capucinno, cincau green tea, cincau cokelat.

Dari banyak varian produk diatas, sebuah struktrur brand belum jelas dibangun. Oleh sebab itu perancangan brand identity ini akan lebih memfokuskan terhadap beberapa varian utama yang diharapkan dapat menjadi sebuah acuan terhadap varian produk-produk yang sudah ada diatas ataupun yang akan dikembangkan kemudian hari.

Sebagai upaya peningkatan sebuah brand awareness, faktor pembeda dengan komptitor haruslah terlihat secara jelas. Berdasarkan pengertian umum dari minuman cincau itu sendiri, basis nature (alam) dirasa sangat cocok untuk menjadi sebuah batasan yang akan membantu arah dari perancangan brand

identity ini sehingga dapat menghasilkan konsep dan solusi yang tepat bagi perusahaan Xinxin home industry ini.

2.4 Corporate Identity

Corporate identity adalah suatu bentuk visual dan ekspresi gafis dari image dan identitas suatu perusahaan. Sebagai bentuk visual, Corporate identity

menampilkan simbol yang mencerminkan image yang hendak disampaikan. Sebagai suatu ekspresi grafis sebuah identitas perusahaan dapat diciptakan dan mempengaruhi nasib dari perusahaan tersebut (Corporate identity, sejarah dan aplikasinya dalam Cenadi:1999).


(25)

Menurut gendler (2005), “brand identitas as a set of aspect that convey what a brand stands for its background, its principles, its purpose and ambition” yang

artinya brand identity adalah sebuah suatu kumpulan dari sebuah merek, latar belakang merek, prinsip-prinsip merek, tujuan dan ambisi dari sebuah merek itu sendiri. Sedangkan menurut Rustan (2009:18) “identitas merupakan seperangkat atribut untuk menjaga konsistensi penerapan pada berbagai media, karena

penerapan yang konsisten dapat meningkatkan awareness”. Berdasarkan

pengertian diatas, brand identity dapat diartikan sebagai presepsi tentang brand

dari suatu perusahaan yang ingin disampaikan kepada konsumen sehingga dapat membentuk presepsi konsumen tentang brand itu sendiri.

2.4.1 Aplikasi Corporate Identity

Dalam menentukan sebuah aplikasi brand identity yang efektif untuk digunakan sesuai dengan perusahaan yang diwakilinya maka seorang desainer harus memiliki waktu lebih dalam melakukan pendalaman dan pengenalan kepada perusahaan yang dapat diwakili oleh klient dan observasi yang dalam terhadap perusahaan itu sendiri. Menurut Rustan (2009:87) Penerapan brand identity yang banyak digunakan antara lain :

a. Pedoman identitas

Buku pedoman identitas, logo, graphic standard manual.

b. Stationary/administratif


(26)

c. Marketing/sales

Company profiles, katalog produk, poster, banner. d. Website

e. Humas & internal

Annual/quartery report, press kit folder. f. Facilities sign

Booth design, signage exterior. g. Product packaging

Cup design, bag, display box design. h. Kendaraan

Mobil pengangkut barang, mobil staf. i. Pakaian seragam

Seragam kerja, seragam marketing, seragam karyawan kantor. j. Gift

Topi, kaos, pin, payung, pen.

2.4.2 Fungsi Corporate Identity

Selain sebagai identitas suatu perusahaan, corporate identity mempunyai beberapa fungsi lainnya :

a. Sebagai acuan dari program menyeluruh dalam pengembangan strategi perusahaan.

Suatu corporate identity yang baik dapar haruslah dapat berjalan sesuai dengan strategi pengembangan perusahaan dan haruslah bersifat jangka


(27)

panjang (long lasting) sehingga perusahaan dapat mendapatkan positioning yang baik dalam benak konsumen atau dapat diartikan mendapatkan brand awareness dari konsumen perusahaan tersebut.

b. Sebagai landasan dari seistemoperational suatu perusahaan.

Hal ini disebutkan corporate identity adalah suatu image yang ingin dibentuk dibenak konsumen sehingga seluruh personil harus mampu menjadikannya sebagai sebuah budaya yang harus terutama ketika dalam menjalankan operational perusahaan sehari-hari.

c. Sebagai acuan dari jaringan (network) yang baik perusahaan.

Image yang baik dan positif dari suatu perusahaan akan memudahkan perusahaan dalam mendapatkan ataupun menarik investor, pinjaman atau partner dari berbagai tempat sehingga memudahkan hubungan dengan pemerintah seperti mengurus perizinan.

d. Alat jual dan promosi bagi public relation ataupun marketing.

Corporate identity merupakan alat jual bagi perusahaan untuk produk-produk yang sekarang ada atau promo yang sekarang sedang berlangsung dan akan dikembangkan. Karena image yang positif dari suatu perusahaan akan membuat konsumen percaya dan nyaman akan perusahaa itu dan percaya terhadap produk ataupun promosi-promosi yang dihasilkan oleh perusahaan tersebut sebagai produk dan promosi yang berkualitas dan terbaik sehingga dapat berdampak pada peningkatan penjualan pada perusahaan.


(28)

2.5 Logo

Logo atau tanda gambar (picture mark) merupakan identitas yang dipergunakan untuk menggambarkan citra dan karakter suatu lembaga atau perusahaan maupun orgnisasi (Kusrianto, 2007:232). Istilah Logo pertama kali muncul pada tahun 1937 dan kini istilah logo lebih popoler dibandingkan istilah logotype. Menurut Rustan (2009:13) logo bisa berupa apa saja, seperti tulisan, gambar, logogram, illustrasi dan lain-lain.

Oleh karena itu, logo dapat dibedakan dalam empat kelompok sesuai dengan unsur pembentukannya (kusrianto, 2007:240), antara lain :

a. Logo dalam bentuk alphabetical

Logo yang terdiri dari bentuk huruf-huruf atau dimaksudkan untuk menggambarkan bentuk huruf dan kombinasi dari bentuk huruf.

b. Logo dalam bentuk benda konkret

Bentuk konkret, misalnya bentuk manusia (seorang tokoh, wajah, bentuk tubuh yang menarik) bentuk binatang, tanaman, maupun benda yang lain. c. Bentuk abstrak, poligon, spiral, dsb

Logo dalam kelompok ini memiliki elemen-elemen yang merupakan bentuk abstrak, bentuk geometri, spiral, busur, segitiga, bujur sangar, poligon, titik-titik, garis, panah, gabungan bentuk-bentuk lengkung, dan bentuk ekspresi tiga dimensi.

d. Simbol, Nomor dan bentuk yang lain.

Bentuk-bentuk yang suda dikenal untuk menggambarkan sesuatu seperti hati, tanda silang, tanpa plus, tanda petir, tanda notasi musik, dsb.


(29)

Menurut Carter dalam Kusrianto (2007:234) sebuah logo yang baik harus mencukup beberapa beberapa hal sebagai berikut :

a. Original dan destinctive, atau memiliki nilai kekhasan, keunikan, dan daya pembeda yang jelas.

b. Legible, atau memiliki tingkat keterbacaan yang cukup tinggi meskipun diaplikasikan dalam berbagai ukuran dan media yang berbeda-beda.

c. Simple atau sederhana, dengan pengertian mudah ditangkap dan dimengerti dalam waktu yang relatif singkat.

d. Memorable atau cukup mudah untuk diingat, karena keunikannya, bahkan dalam kurun waktu yang cukup lama.

e. Easily assosiated with the company, dimana logo yang baik akan mudah dihubungkan atau diasosiasikan dengan jenis usaha dan citra suatu perusahaan atau organisasi.

f. Easily adaptable for all graphic media, faktor kemudahan mengaplikasikan logo baik yang menyangkut bentuk fisik, warna maupun konfigurasi logo pada berbagai media grafis perlu diperhitungkan pada saat proses perancangan. Hal ini untuk menghindari kesulitan-kesulitan dalam penerapannya.


(30)

2.6 Gestalt

Gestalt adalah sebuah teori psikologi yang mengatakan bahwa seseorang akan mempresepsikan apa yang terlihat dari lingkungannya sebagai kesatuan yang utuh. Dikembangkaan oleh Max Wetheimer (1880-1943) bersama rekan-rekannya, teori ini dapat menjelaskan kecenderungan persepsi yang terbentuk di benak seseorang. Prinsip-prinsip dalam gestalt yang banyak diterapkan pada logo antara lain :

a. Similarity. Obyek-obyek yang bentuk atau elemnya sama akan dilihat sebagai satu kelompok tersendiri.

Gambar 2.2 Contoh prinsip Similarity dalam Logo (sumber Rustan, 2009)

b. Closure. Melengkapi sebuah objek menjadi sesuatu yang utuh waktu sebenarnya tidak lengkap.

Gambar 2.3 Contoh prinsip Similarity dalam Logo (sumber Rustan, 2009)


(31)

c. Figure Ground. Melihat foreground objek (latar depannya) atau background-nya (latar belakangnya) atau keduanya dapat dilihat sebagai objek.

Gambar 2.4 Contoh prinsip Similarity dalam Logo (sumber Rustan, 2009)

d. Impossible Figure. Objek yang tidak mungkin dibuat dalam dunia nyata tiga dimensi.

Gambar 2.5 Contoh prinsip Similarity dalam Logo (sumber Rustan, 2009)

2.7 Uniform

Uniform atau seragam merupakan sebuah atribut yang dapat memberikan faktor pembeda dari dalam ataupun luar perusahaan. Hal ini biasa dapat dilihat secara langsung pada warna ataupun desain yang ada dari seragam itu sendiri. Seragam juga dapat menjadi sebuah identitas yang sangat penting yang dapat


(32)

memberikan faktor pembeda dari sebuah perusahaan terhadap kompetitornya. Seragam atau uniform ini juga dapat mengkomunikasikan visi dan misi dari sebuah perusahaan dan juga budaya yang dimiliki oleh sebua perusahaan, dan hal ini biasanya dapat memberikan dan meningkatkan juga positioning dan brand awareness dari perusahaan Xinxin home industry ini.

2.8 Merchandise

Merchandise dapat dikatakan juga sebagai hadiah (gift) yang dapat diberikan kepada konsumen ataupun dapat menjadi sebuah media marketing dan diberikan kepada pihak-pihak yang memiliki keuntungan tertentu. Biasanya dapat berupa kaos, gantungan kunci, payung, gelas, atau souvenir lainnya. Pada setiap

merchandise dapat diberlakukan pengaplikasian identitas desain yang telah ditemukan dalam perancangan brand identity ini agar dapat memberkan kesan dan sekaligus mempromosikan secara langsung kepada konsumen ataupun pihak-pihak tertentu.

2.9 Visual 2.9.1 Warna

Warna dapat didefinisikan secara objektif/fisik sebagai sifat cahaya yang dipancatkan, atau secara subjektif/psikologis sebagai bagian dari pengalaman indra penglihatan. Secara objektif atau fisik, warna dapat diperikan oleh panjang gelombang (Sanyoto, 2010:11).


(33)

Menurut Sanyoto (2010:32) Pembahasan jenis warna mendasarkan pada teori warna tiga warna primer, tiga warna sekunder, dan enam warna intermediate. Kedua belas warna ini disusun dalam saru lingkaran. Lingkaran yang berisi 12 warna ini jika dibelah menjadi dua bagian akan memperlihatkan setengah bagian yang tergolongwarna dingin dan setengah bagian yang tergolong warna panas. Secara terperinci pembagian berbagai warna menjadi daerah panas dan dingin adalah sebagai berikut :

a. Merah, jingga, dan kuning digolongkan sebagai warna panas, kesannya panas dan efeknya juga panas.

b. Biru, ungu dan hijau digolongkan sebagai warna dingin, kesanya dingin dan efeknya juga dingin.

c. Hijau akan menjadi hangat/panas apabila berubah ke arah hijau kekuning-kuningan. Dan ungu akan menjadi hangat apabila berubah kearah ungu kemerah-merahan.

d. Warna panas memberikan kesan semangat, kuat, dan aktif. Warna dingin memberikan kesan tenang, kalem, dan pasif.

e. Terlalu banyak warna akan terkesan merangsang dan menjerit, sedangkan terlalu banyak warna dingin akan terkesan sedih dan melankolis.

f. Warna panas berkomplemen dengan warna dingin sehingga sifatnya kontras atau bertentangan.

Sanyoto (2010:36) juga membagi keselarasan warna menjadi tiga bagian yaitu laras warna tunggal/monoton, laras warna harmonis, dan laras warna kontras.


(34)

a. Laras warna tunggal atau monoton. Artinya suatu pewarnaan karya seni dengan satu warna hasilnya monoton, sederhana, tenang, sedikit menjemukan, tetapi bisa tampak rapi, resmi.

b. Laras warna harmonis. Harmoni hue (warna) adalah kombinasi warna yang satu sama lain saling ada hubungan. Berpedoman pada lingkaran warna (skala hue), semua warna yang berdekatan letaknya pada lingkaran warna baik dua, atau tiga warna, digolongkan sebagai warna harmonis. Mereka sering disebut sebagai warna analogus, misalnya kunging – kuning jingga – jingga atau biru – biru ungu – ungu dan analogus lainnya.

c. Laras warna kontras. Kontras hue (warna) adalah kombinasi warna yang satu sama lain saling tidak ada hubungan. Dalam lingkaran warna, jarak antar warna berbanding lurus dengan tigkat kekontrasan mereka. Semakin berjauhan letak warna satu dengan yang lain, semakin tinggi tingkat kekontrasan mereka.

Pada point ini disebut dengan warna komplementer adapun jenis-jenis warna kontras tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

a. Kontras komplementer (kontras dua warna). Dua warna yang saling berhadapan dalam lingkaran warna disebut komplementer. Dua warna ini adalah yang paling kontras sehingga saling bertentangan.

b. Kontras split komplementer (kontras dua warna bias). Split/bias komplementer yaitu warna-warna yang bersebrangan pada lingkaran warna tetapi menyimpang ke kiri atau ke kanan.


(35)

c. Kontras triad komplementer (kontras segitiga atau kontras tiga warna). Semua bentuk segitiga sama sisi ang dapat dibuat dalam lingkaran warna. Misalnya merah – biru – kuning.

d. Kontras tetrad komlementer (kontras dobel komplementer atau kontras empat warna). Semua bentuk segiempat sama sisi yang dapat dibuat dalam lingkaran warna.

2.9.2 Karakteristik Warna

Menurut Sanyoto (2010:46-51) karakter warna berlaku untuk warna-warna murni (warna pelangi). Jika warna-warna itu telah berubah menjadi lebih muda, tua, atau menjadi redup, karakternya pun akan berubah.

a. Kuning. Warna kuning berasosisasi pada sinar matahari, bahkan pada mataharinya sendiri, yang menunjukan keadaan terang dan hangat. Kuning mempunyai karakter terang, gembira, ramah, supel, riang, cerah, hangat. Kuning melambangkan kecerahan, kehidupan, kemenangan, kegembiraan, kemeriahan, kecemerlangan, peringatan dan humor. Kuning emas melambangkan keagungan dan kemewahan, kejayaan, kemegahan, kemuliaan dan kekuatan.

b. Jingga. Warna jingga (orange) berasosiasi pada awan jingga atau buah jeruk jingga (orange). Awan jingga terlihat pada pagi hari sebelum matahari terbit, menggambarkan gelap malam menuju terbit matahari, sehingga melambangkan kemerdekaan, anugrah, kehangatan, keseimbangan, tetapi juga lambang bahaya.


(36)

c. Merah. Warna merah bisa berasosiasi pada darah, api, juga panas. Karakternya kuat, cepat, enerjik, semangat, gairah, marah, berani, bahaya, positif, agresif, merangsang, dan panas. Merah merupakan simbol umum dari nafsu primitif, marah, berani, perselisihan, bahaya, perang, seks, kekejaman, bahaya dan kesadisan.

d. Ungu. Warna ungu sering disamakan dengan violet, tetapi ungu ini lebih tepat disamakan dengan purple, karena warna tersebut cenderung kemerahan. Sedangkan violet cenderun kebiruan. Ungu memiliki watak keangkuhan, kebesaran, dan kekayaan.

e. Violet. Warna violet (lembayung) warna yang lebih dekat dengan biru. Sesungguhnya antara violet dan biru terdapat warna indigo. Watak warna violet adalah dingin negatif, diam. Warna ini memilki watak melankolis, kesusahan, kesedihan, belasungkawa, bahkan bencana.

f. Biru. Warna biru mempunyai asosiasi pada air laut, langit dan di barat pada es. Biru mempunyai watak dingin, pasif, melankolis, sayu, sendu, sedih, tenang, berkesan jauh, mendalam, tak terhingga, tetapi cerah. Biru melambangkan keagungan, keyakinan, keteguhan iman, kesetiaan, kebenaran, kemurahan hati, kecerdasan, perdamaian, stabilitas, kesatuan, kepercayaan dan keamanan.

g. Hijau. Warna hijau bersosiasi pada hijaunya alam. Hijau mempunyai watak segar, muda, hidup, tumbuh dan beberapa wataklainnya yang hampir sama dengan warna biru. Dibandingkan warna-warna lainnya, warna hijau relative lebih netral dalam emosinya, sehingga cocok untuk istirahat.


(37)

h. Putih. Warna putih berasosiasi pada salju di dunia barat. Adapun di Indonesia, warna putih ini berasosiasi pada sinar putih berkilauan. Putih mempunyai watak positif, merangsang, cerah, tegas, mengalah. Warna ini melambangkan cahaya, kesucian, kemurnian, kenakak-kanakan, kejujuran, ketulusan, kedamaian, ketentraman, kesopanan, keadaan tak bersalah, kehalusan, kelembutan, kewanitaan, kebersihan, simple, dan kehormatan. i. Hitam. Warna hitam ini beasosiasi dengan kegelapan malam, kesengsaraan,

bencana, perkabungan, kebodohan, misteri, ketiadaan, dan keputusasaan. Watak atau karakter warna ini adalah menekan, tegas, mendalam, dan depresive. Akan tetapi, hitam juga melambangkan kekuatan, formalitas, dan keanggunan (elegance). Hitam memang misterius, karena hitam yang berdiri sendiri memiliki watak-watak yang buruk. Tetapi jika dikombinasikan dengan warna-warna lain, hitam akan berubah total wataknya.

j. Abu-abu. Warna abu-abu bersosiasi dengan suasana suram, mendung, dan tidak adanaya sinar matahari secara langsung. Warna ini menyimbolkan ketenangan, kebijaksanaan, kerendah hatian, keberanian untuk mengalah, turun tahta, suasana kelabu, dan keragu-raguan.

k. Coklat. Warna coklat berasosiasi dengan tanah, warna tanah, atau warna neteral. Karakter warn colat adalah kedekatan hati, sopan, arif, bijaksana, hemat, hormat. Warna coklat melambangkan kesopanan, kearifan, kebijaksanaan, dan kehormatan.


(38)

2.9.3 Tipografi

Tipografi merupakan istilah yang sering digunakan sebagai ungkapan yang berhubungan dengan cara memilih dan mengelola huruf dalam desain grafis. Pengelolaan tipografi akan sangat menentukan keberhasilan dalam desain, keran dibaca tidaknya sebuah pesan tergantung pada huruf yang digunakan, keterbacaan huruf, dan tergantung cara penyusunannya pula.

Tipografi mempunyai kecenderungan yang sama dengan warna, bedasarkan fungsinya (Rustan, 2009:78) tipografi dibagi menjadi 2 yaitu tipografi dalam logo (letter marks) dan tipografi yang digunakan dalam media-media aplikasi grafis (corporate typeface/corporate typography). Pada tipografi dalam logo (letter marks) keunikan adalah faktor yang terpenting dalam memilih sebuah huruf, tidak jarang sebuah logo perlu merancang tipografi khusus untuk dapat digunakan pada sebuah letter marks. Sedangkan, pada corporate typefaces lebih mengutamakan keutuhan, kesatuan, dan pengaplikasian dari sebuah desain perusahaan. Fungsi-fungsi tipografi pada umumya juga harus dimilik oleh sebuah corporate typefaces, kenyamanan huruf juga merupakan faktor yang diperhatikan.

Menurut (Rustan, 2010:1-10) pengelompokan huruf sesuai garis besar antara lain :

a. Serif

Huruf jenis serif dapat dikenali memiliki kait yang tedapat diujung-ujungnya. Selain membantu keterbecaan, serif juga memudahkan saat diukir ke batu.


(39)

b. Sans Serif

Huruf jenis sans serif tidak memiliki kait yang terdapat diujung-ujungnya.

Sans serif melambangkan kesederhanaan.

c. Script

Jenis huruf ini juga sering disebut kursif. Huruf ini menyerupai goresan tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas, atau pensil tajam dan biasanya miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkan adalah sifat pribadi, akrab, keaggunan, dan kepuasan. Seperti halnya huruf jawa adalah salah satu contohnya.

Huruf sans serif cocok untuk heading karena memiliki karakter yang elegan, lugas, tegas, simple, dan mudah dibaca. Sementara untuk serif memiliki kesan luwes, fleksibel, familier, dan lebih nyaman dibaca untuk teks panjang (Supriyono, 2010:32).

Pemilihan huruf yang paling tepat belum tentu menghasilkan teks yang nyaman untuk dibaca, untuk itu perlu beberapa pertimbangan untuk mengelola huruf, diantaranya :

a. Ukuran huruf

Nilai keterbacaan sebuah huruf ditentukan pula oleh besar kecil huruf yang digunakan. Jika ingin menonjolkan judul sebagai eye catcher maka huruf perlu dibuat besar, tebal dan kontras. Sedangkan jika ingin menonjolkan gambar atau unsur visual pada desain maka judul bisa dibuat lebih kecil agar komposisinya enak dilihat dan tidak bersaing merebut perhatian pembaca.


(40)

b. Variasi huruf

Tebal tipis sebuah huruf uga berpengaruh pada keterbacaan sebuah desain. Huruf tebal biasanya digunakan untuk display atau eye catcher/ huruf tebal efektif jika digunakan pada poster, iklan, leaflet, dan publikasi lainnya. Sedangkan huruf tipis cocok digunakan utnuk menyampaikan pesan yang halus, sopan, dan informasi yang ringan, yang didukung dengan latar yang cukup kontras.

c. Panjang baris atau lebar kolom

Pengetahuan panjang baris perlu disesuaikan dengan spasi dan ukuran huruf. Menurut penelitan spancer, jumlah huruf per baris yang nyaman dibaca adalah sekitar 60 karakter. Baris teks yang terlalu pendek mengakibatkan banyak penggalan kata yang dapat mengganggu kenyamanan saat membaca. d. Spasi baris

Pengaturan jarak baris ini bertujuan untuk kenyamanan membaca (readability) dan keindahan (aesthetic). Kerapatan baris dapat disesuaikan dengan panjang baris. Terkadang hanya butuh kepekaan rasa untuk memnentukan jarak baris sesuai dengan komposisi, dan keseimbangan pada desainnya.

e. Spasi huruf, kerning dan tracking

Kerning merupakan pengaturan spasi huruf yang hanya dilakukan pada dua huruf berdampingan dalam satu kata. Tracking merupakan spasi huruf dalam satu kata yang dirapatkan atau direnggangkan. Keduanya dilakukan tentu untuk memberikan kemudahan membaca.


(41)

f. Bentuk susunan

Dalam perancangan tipografi penataan baris memiliki peranan penting sebagai penunjang keterbacaan serta estetika dari perancangan. Bedasarkan bentuk susunannya, baris teks dapat ditata dengan lima cara yaitu : (1) rata Kiri/flush left, (2) rata Kanan/flush right, (3) rata Tengah/centered (4) rata Kanan Kiri/justified, (5) asimetris/random.

2.9.4 Layout

Menurut Tom Lincy dalam buku (kusrianto, 2007:277), prinsip layout yang baik adalah yang selalu memuat 5 prinsip utama dalam desain, yaitu proporsi, keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Dalam penerapan perancangan ini desain layout menjadi landasan untuk dijadikan acuan dasar dalam memberikan panduan dalam mendesain layout dari buku perancangan corporate identity xinxin

home industry. Untuk mengatur layout, diperlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout.

Berikut adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik brosur, majalah, iklan maupun pada buku.

a. Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang pelukis belanda bernama piet mondrian, yaitu penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square/landscape/portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang penyajian suatu komposisi yang konseptual.


(42)

b. Multi Panel Layout

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).

c. Picture Window Layout

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close up. Bisa dalam benuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan model (public/figure).

d. Frame Layout

Tata letaknya megutamakan pada bentuk naskah iklan (copy writting) atau dengan kata lain komposisi layout nya didominasi oleh penyajian teks (copy).

e. Frame Layout

Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya membentuk suatu naratif (mempunyai cerita).

f. Shilhoutte Layout

Sajian iklan yan gberupa gambar ilutrasi atau tehnik fotofrafi dimana hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa text-rap atau warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar seadanya denga tenik fotografi.

g. Type Specimen Layout

Tata letak iklan yang hanya menekankan pada penampilan jenis huruf dengan point size yang besar. Pada umumnya hanya berupa Head Line saja.


(43)

h. Sircus Layout

Penyajuan iklan yang tata letaknya tidak mengacu pada ketentuan baku. Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya tidak beraturan.

i. Jumble Layout

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus Layout, yaitu komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

j. Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengac pada konsep grid, yaitu desain iklan tersebut seolaholah bagian per bagian (gambar atau teks) berada didalam skala grid.

k. Bleed Layout

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah belum dipotong pinggirnya). Catatan : Bleed artinya belum dipotong menurut pas cruis (utuh) kalau trim sudah dipotong

l. Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi layout iklan tersebut.

m. Alphabet Inspired Layout

Tata letak ilkan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga menimbulkan kesan narasi.


(44)

n. Angular Layout

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut kemiringan, biasanya membentuk sudut antara 40-70 derajat.

o. Informal Balance Layout

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu perbandingan yang tidak seimbang.

p. Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-shape). Posisi bentuk L-nya bisa terbalik dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.

q. Two Mortises Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua inset yang masing-masing mengvisualkan secara diskriptif mengenai hasil penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.

r. Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian dengan volume/isi yang berbeda. Misalnya kotak pertama 45% kedua 5% ketiga 12% dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok apabila dibagi empat sama besar).

s. Comic Script Layout

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk media komik, lengkap dengan captionnya.


(45)

t. Rebus Layout

Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks sehingga membentuk suatu cerita.

2.10 Brand Awareness

Peter dan Olson (1996:547) menyatakan bahwa brand awareness adalah sebuah tujuan umum komunikasi untuk semua strategi promosi. Menciptakan

brand awareness, pemasar berharap bahwa kapanpun kebutuhan kategori muncu,

brand tersebut akan dimunculkan kembali dari ingatan yang selanjutnya dijadikan pertimbangan berbagai alternatif dalam pengambilan keputusan.

Terdapat 4 tingkat yang dapat dipaka untuk menentukan nilai brand

awareness dari sebuah produk.

a. UnawareBrand (tidak sadar/kenal merek), merupakan tinkatan yang paling rendah dalam piramida kesadaran merek, dimana konsumen tidak menyadari akan adanya suatu merek.

b. Brand recognition (pengenalan merek), merupakan tingkat minimal dari

brand awareness. Hal ini penting pada saat seorang konsumen memilih suatu merek pada saat melakukan pembelian.

c. Brand recall (pengingatan kembali terhadap merek), tingkat vbrand

awareness ini didasarkan pada permintaan seseorang untuk menyebutkan merek tertentu dalam suatu produk kelas tertentu.

d. Top of mind (puncak pikiran), apabila seorang ditanya secara langsung tanpa diberi bantuan pengingatan dan orang tersebut dapat menyebutkan satu


(46)

nama merek, maka merek yang paling banyak disebutkan pertama kali merupakan brand yang top of mind. Dengan kata lain, brand tersebut merupakan brand utama berbagai brand yang ada di dalam benak konsumen. Untuk menentukan tingkatan brand awareness dari sebuah merek, terdapat 4 indikator yang dapat digunakan :

a. Recall, seberapa jauh konsumen dapat mengingat ketika ditanya brand apa saja yang diingat.

b. Recognition, seberapa jauh konsumen dapat mengenali merek tersebut termasuk dalam kategoru tertentu.

c. Purcahse, seberapa jauh konsumen akan memasukkan sebuah merek ke dalam alternatif pilihan ketika menentukan produk.

d. Consumption, seberapa jauh konsumen masih mengingat sebuah brand saat sedang menggunakan produk pesaing.

2.11 Teori Analisis SWOT

Pada buku metode riset untuk desain komunikasi visual, (Sarwono dan Lubis, 2007:18-19) mengatakan bahwa SWOT dipergunakan untuk menilai dan reevaluasi suatu hal yang telah ada dan telah diputuskan sebelumnya dengan tujuan meminimumkan resiko yang mungkin timbul. Langkahnya adalah dengan mengoptimalkan segi positif yang mendukung serta meminimalkan segi negatif yang berpotensi menghambat pelaksanaan kepututsan perancangan yang telah diambil.


(47)

Langkah analisis : mengkaji hal atau gagasan yang akan dinlai dengan cara memilah dan menginventariskan sebanyak mungkin segi kekuatan (strenght), kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman (threat).

Segi kekuatan dan kelemahan merupakan kondisi internal yang dikandung oleh obyek yang dinilai, sedangkan pluang dan ancaman merupakan faktor eksternal.

Hasil kajian dari keempat segi ini kemudian disimpulkan, meliputi strategi pemecahan masalah, perbaikan, pengembangan, dan optimalisasi.

Penyususan kesimpulan lazim dilakukan dengan cara meramu (sedapat mungkin) hal-hal yang dikandung oleh keempat faktor menjadi sesuatu yang positif, netral atau minimal dipahami. Penyusunan kesimpulan ini ditampung dalam Matriks Pakal yang terdiri dari :

a. Strategi PE-KU (S-O) / peluang dan kekuatan : Mengembangkan peluang menjadi kekuatan.

b. Strategi PE-LEM (W-O) / peluang dan kelemahan : Mengembangkan peluang untuk mengatasi kelemahan.

c. Strategi A-KU (S-T) / ancaman dan kekuatan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk menambah kekuatan.

d. Strategi A-LEM (W-T) / ancaman dan kelemahan : Mengenali dan mengantisipasi ancaman untuk meminimumkan kelemahan. (Sarwonon dan Lubis, 2007:18-19).


(48)

2.12 Segmentasi, Targeting, Positioning (STP) 2.12.1 Segmentasi

Segmentasi pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami struktur pasar (Kasali, 2000:48). Pasan mengalami sebuah pembagian menjadi beberapa kelompok pembeli yang berbeda-beda berdasarkan kebutuhan, karakteristik, atau perilaku yang mungkin memerlukan produk dalam bauran pemasaran terpisah disebut segmentasi pasar. Konsumen dapat dikelompokkan dan dilayani dengan berbagai cara berdasarkan faktor geografis, psikografis, dan perilaku (Kotler dan Amstrong, 1999:68).

Segmentasi pasar adalah suatu konsep yang sangat penting dalam kehidupan ini. Bukan hanya untuk kepentingan bisnis, tetapi juga untuk kegiatan-kegiatan kemasyarakatan atau kegiatan-kegiatan nirlaba lainnya. Dalam kegiatan bisnis segmentasi pasar digunakan untuk memilih pasar sasaran, mencari peluang, menggerogoti segmen pemimpin pasar, merumuskan pesan-pesan komunikasi, melayanai lebih baik, menganalisa perilaku konsumen, mendesain produk dan lain sebagainya. Segmentasi pasar dapat digunakan untuk memasyarakatkan suatu undang-undang baru, melakukan kampanye-kampanye sosial, mengkampanyekan pembayaran pajak, menyampaikan pesan politik, menggairahkan kehidupan beragama, mendidik para siswa dan sebagainya. Sebelum pesan-pesan itu disampaikan, semua pihak memerlukan peta segmentasi yang jelas. Singkatnya, segmentasi diperlukan agar dapat melayani lebih baik, melakukan komunikasi yang lebih persuasif, dan yang terpenting, memuaskan kebutuhan-kebutuhan dan keinginan-keinginan pihak yang ingin anda tuju (Kasali, 2000:26-27).


(49)

2.12.2 Targeting

Targerting adalah persoalan bagamiana memilih, menyeleksi, dan menjangkau pasar (Kasali, 2000:48). Targeting merupakan tahapan kedua setelah melakukan analisa segmentasi. Produk dari targeting adalah target market (pasar sasaran), yaitu satu atau kumpulan dari beberapa kelompok segmentasi pasar yang akan menjadi pusat dari seluruh kegiatan pemasaran yang akan dilakukan. Kadang-kadang targeting disebut juga sebagai seleksi, hal ini dilakukan karena dalam beberapa kegiatan, marketer harus mampu melihat dan menyeleksi terhadap beberapa segmentasi pasar yang ada sehingga dapat dengan berani mengambil keputusan untuk lebih memfokuskan kegiatan pemasaran terhadap satu atau beberapa segmentasi yang sesuai dan meninggalkan bagian segmentasi yang lainnya.

Targeting dalam konteks STP (segmentasi, targeting, dam positioning) berhubungan erat dengan adanya media yang dapat digunakan untuk menjangkau kelompok-kelompok atau segmentasi baru dalam 200 juta masyarakat Indonesia. Targeting mempunyai dua fungsi sekaligus yaitu menyeleksi pasar sesuai dengan kriteria-kriteria tertentu (selecting) dan menjangkau pasar sasaran tersebut (reaching) untuk mengkomunikasikan nilai (Kasali, 2000:415).


(50)

2.12.3 Positioning

Positioning adalah suatu strategi untuk memasuki jendela otak konsumen (Kasali, 2000:49). Positioning bukanlah strategi produk tetapi strategi komunikasi. Ia berhubungan dengan bagaimana konsumen menempatkan produk anda di dalam otaknya, didalam alam khayalnya, sehingga calon konsumen memiliki penilaian tertentu dan mengidentifikasikan dirinya dengan produk itu. Tentu saja bukan semua konsumen, tetapi konsumen yang ditargetkan, yaitu segmen yang sudah dipilih setelah pasar sasaran dipilih dan produk yang dibutuhkan dirancang, kini tiba gilirannya memposisikan produk kedalam otak konsumen (Kasali, 2000:507).

Menurut Kotler (dalam Kasali 2000:526) positioning adalah tindakan yang dilakukan untuk membuat citra produk dan hal-hal yang ingin ditawarkan kepada pasarnya berhasil memperoleh posisi yang jelas dan mengandung arti dalam benak sasaran konsumennya. Menurut Hiebing Cooper (dalam Kasali, 2000:526) positioning membangun presepsi produk di dalam pasar sasaran relatif terhadap persaingan.

Pernyataan positioning berhubungan erat dengan stratei komunikasi. Pernyataan positioning harus bisa mewakili citra yang hendak dicetak dalam benak konsumen. Positioning yang baik harus dapar membalik hubungan itu sehingga memperkuat posisi pasarnya. Positioning yang baik dan efektif harus mengandung dua unsur, yaitu klaim yang unik dan bukti yang mendukung (Kasali, 2000:536).


(51)

52

BAB IV

KONSEP DAN PERENCANAAN

4.1 Hasil dan Analisis Data

Berdasarkan observasi dan wawancara yang telah dilakukan di rumah produksi Xinxin yang berada pada alamat Jl. Potro Agung 2/33a, Kapas Krampung, Surabaya, pada tanggal 18 Mei 2016, kepada Bapak Jonny dan Ibu Shinta selaku pemilik home industry bahwa Xinxin ini dikelola oleh dan atas

dasar kepemilikian pribadi dengan melibatkan tenaga kerja tambahan yang didapat dari hasil rekruitmen. Perancangan ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat sebuah corporate identity yang dapat lebih mewakili usaha ini agar lebih dapat diterima dengan mudah oleh masyarakat dan tentunya juga untuk meningkatkan penjualan dari usaha ini. Pada satu tahun terakhir terjadi penurunan jumlah penjualan.

Adapun beberapa upaya yang telah dilakukan oleh usaha home industry ini

dalam meningkatkan penjualan yaitu dengan cara mengikuti berbagai macam kegiatan pameran kuliner, membuat media promosi seperti leaflet dan media sosial serta sebuah website, dan tentunya mengandalkan strategi pemasaran word

of mouth melalui berbagai kegiatan yang sudah pernah disupport oleh konsumen

yang telah menggunakan jasa Xinxin dalam acara mereka, seperti pernikahan, catering, dan restoran-restoran yang menjual produk dari Xinxin ini sendiri. Perlu

diketahui bahwa strategi pemasaran word of mouth juga memeiliki kelebihan dan


(52)

Dengan hanya mengandalkan strategi pemasaran word of mouth dan

snowball, kemudian kegiatan-kegiatan pameran kuliner dengan media promosi

yang kurang maksimal baik dari pemilihan media promosinya dan juga kurangnya memiliki sebuah identitas desain yang jelas yang telah dilakukan oleh Xinxixn sebagai sebuah home industry masih belum cukup untuk mempromosikan Xinxin untuk dapat lebih dikenal atau memiliki brand awareness yang lebih baik dibandingkan dengan kompetitornya. Jika hanya mengandalkan beberapa media promosi dan kegiatan-kegiatan yang sudah dijelaskan diatas, maka strategi marketing yang dilakukan akan berjalan lambat dan tidak dapat mencapai sebuah tujuan untuk lebih mendapatkan brand awareness dari masyarakat luas. Oleh

karena itu dalam perancangan ini dilakukan suatu upaya untuk membuat sebuah brand identity yang dapat membantu dan menambahkan brand untuk dapat memiliki sebuah image dan brand awareness yang baik pada masyarakat luas dan

hal ini juga merupakan sebuah pencegajan terhadap kesan buruk yang dapat ditimbulkan dari sebuah strategi marketing word of mouth negatif yang harus dapat diantisipasi dan dicegah dengan promosi positif melalui beberapa media seperti logo, website, brosur, graphic standart manual, dan media promosi lainnya. Observasi dan wawancara juga dilakukan dengan Bapak Jonny selaku pemilik usaha dan marketing divisi dari Xinxin home industry dan beberapa

konsumen yang membeli produk dari Xinxin. Hal ini dilakukan untuk memperdalam data penelitian yang sudah dijabarkan oleh peneliti pada bab-bab sebelumnya. Adapun hasil dari wawancara dan observasi seperti berikut.


(53)

Mengenai promosi, Xinxin home industry memiliki sedikit media promosi

yang dapat membantu produk mereka dapat lebih dikenal oleh target pasar ataupun khalayak umum, upaya yang dilakukan oleh Xinxin antara lain : mengikuti event kuliner, mendistribusikan produk pada restoran yang mengenal Xinxin, mempromosikan lewat media sosial (facebook, instagram, dan twitter),

“untuk saat ini kami mempunyai website dan media sosial seperti instagram,

facebook dan twitter untuk mengenalkan produk kita” pungkas Bapak Jonny

selaku pemilik dan merangkap sebagai marketing divisi pada Xinxin home

industry.

Sedangkan hasil dari wawancara yang didapatkan dari konsumen yang membeli langsung kepada Xinxin pada saat ada event kuliner, lebih mengajukan pertanyaan tentang bagaimana pendapat orang tersebut untuk produk favorit yang ditawarkan oleh Xinxin, apakah produk tersebut mewakili rasa yang diinginkan oleh konsumen dan juga bagaimana konsumen menjadikan Xinxin atau produk yang dijual menjadi pilihan dalam proses pembelian. Dari beberapa pertanyaan dan juga wawancara yang didapat yaitu konsumen Xinxin lebih menyukai dari banyaknya varian rasa yang ditawarkan dan keuntungan yang diperoleh konsumen dalam harga jual yang terjangkau sehingga menjadikan Xinxin pilihan dalam proses pembelian yang dalam kebanyakan konsumen merupakan pembelian dalam jumlah besar atau kuantiti yang banyak, selain itu konsumen juga menyadari bahwa Xinxin ini merupakan minuman olahan alami yang menyehatkan terlebih lagi pada Xinxin dapat dinikmati dalam varian rasa yang cukup banyak sehingga memudahkan konsumen dalam memilih rasa yang disukai. Dengan lebih


(54)

mengutamakan kecepatan dalam pelayanan dan kualitas dari minuman olahan alami yang sudah banyak diketahui memiliki khasiat, ini juga yang dijadikan oleh Xinxin sebagai strategi penjualan word of mouth yang dijalankan oleh perusahaan

ini dan juga memberikan keuntungan bagi konsumennya.

Untuk itu perancangan brand identity sangat diperlukan bagi Xinxin sebagai

upaya dalam peningkatan awareness terhadap target pasar dan khalayak umum

sekaligus dapat memberikan sebuah pengalaman baru terhadap konsumen melalui variasi produk yang ditawarkan dalam menikmati minuman olahan alami yang sehat dan berkhasiat.

Xinxin mempunyai banyak varian rasa yang dapat memberikan pengalaman baru dalam menikmati minuman olahan alami cincau bagi konsumen. Inovasi yang diciptakan oleh Xinxi ini bukanlah hal baru yang dilakukan oleh beragam pengusaha dalam industri kuliner, namun dalam hal ini minuman olahan alami seperti cincau merupakan suatu yang lebih menarik dan unik bagi konsumen, adapun beberapa produk yang saat ini menjadi pilihan yang baik dan produk yang berpotensi dapat mendatangkan konsumen baru antara lain : Cincau original, Cincau Melon, Cincau Strawberry, Cincau Capucinno, Cincau Chocolate, Cincau Green Tea, Cincau Degan yang merupakan varian terbaru dari produk minuman Xinxin dan masih banyak lagi.

Dalam mempromosikan produk-produk yang ditawarkan oleh Xinxin, pemilik usaha telah melakukan upaya promosi melalui media promosi dan adanya website yang mendukung informasi tentang produk-produk tersebut, selain itu melalui promosi event atau pameran dalam kota. Upaya promosi tersebut


(55)

ditargetkan kepada target pasar dan khalayak umum yang menyukai minuman olahan alami yang sehat dan berkhasiat.

Menurut Bapak Jonny selaku pemilik dari Xinxin, “tidak ada batasan untuk pembeli produk kami, jika memungkinkan bahkan kami ingin menargetkan semua kalangan untuk dapat menikmati produk kami, karena kami menawarkan produk

minuman olahan alami yang sehat dan berkualitas”

Produk yang paling menarik konsumen berdasarkan data penjualan dari beberapa tahun terakhir adalah Cincau Chocolate, kemudian yang kedua adalah Cincau Green Tea. Produk tersebut dan beberapa varian rasa yang lain memiliki rasa yang tidak mengganggu di tenggorokan. Selain itu rasa yang menjadi paling diminati oleh konsumen adalah rasa yang sudah dikenal dan rasa yang sedang menjadi trending dalam penjualan industri kuliner terlebih lagi produk tersebut

dikemas dengan lebih higienis dan cepat. Oleh sebab itu memungkinkan konsumen membeli produk-produk tersebut lebih sering dibandingkan dengan varian rasa yang lain yang ditawarkan oleh Xinxin.

4.2 Studi Eksisting

Untuk menganalisa studi eksisting dalam perancangan ini, peneliti mengacu pada observasi yang telah dilakukan terhadap objek penelitian. Studi eksisting dapat berupa media promosi yang sudah ada, serta analisa kompetitornya.

Peneliti melakukan analisa studi eksisting berdasarkan dari observasi yang dilakukan oleh penrliti terhadap obyek penelitian, sedangkan untuk studi kompetitor, peneliti harus mengacu pada kesesuaian konsep maupun teknik yang digunakan oleh kompetitor. Dalam penelitian, adapun perusahaan lain yang


(56)

merupakan kompetitor adalah Cao ku yang bergerak pada komoditi yang sama dan Cincau Station yang bergerak pada komoditi yang subtitution atau pengganti.

Dari hasil observasi yang diakukan, studi eksisting yang didapatkan berupa data-data tertulis, car branding, dan beragam dokumen promo yang dilakukan

melalui media sosial, seperti instagram, facebook dan twitter. Kemudian untuk studi kompetitor, peneliti mendapatkan sebuah data dari file dan artikel-artikel yang dapat ditemukan pada internet ataupun yang berada pada lapangan.

Xinxin merupakan sebuah perusahaan yang sudah bergerak dalam industri penjualan minuman atau beverage selama 6 tahun, akan tetapi selama ini hanya

mengandalkan strategi penjualan bola salju dan mouth-to-mouth yang banyak memiliki keunggulan dan juga kelemahan. Oleh sebab itu media promosi yang pernah dibuat oleh Xinxin sebagai upaya untuk mengenalkan dan juga memasarkan produk mereka sangatlah minim, berdasarkan wawancara yang dilakukan, media promosi yang dilakukan hanya sebatas media sosial saja, yang dapat berupa postingan foto, update event terbaru, dan pengenalan produk baru, namun selain hal itu Xinxin sudah memiliki sebuah website yang berisi sebuah informasi tentang usaha dan produk yang mereka tawarkan. Untuk gambar media promosi dalam bentuk postingan media sosial dapat dilihat pada gambar 4.1.


(57)

Gambar 4.1 Postingan Media Sosial Instagram Xinxin (sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016)


(58)

Gambar 4.2 Postingan Media Sosial Facebook Xinxin (sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016)

Media promosi yang sudah dilakukan oleh Xinxin selanjutnya adalah berupa website, berisi tentang informasi dan foto produk yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut.


(59)

Gambar 4.3 Tampilan Website Xinxin (sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016)

a. Keunggulan Media Sosial dan Website Xinxin

Upaya yang sudah dilakukan oleh Xinxin untuk dapat mengenalkan produk mereka lebih baik dengan menggunakan media sosial dan website ini sudah dapat dikatakan cukup baik, karena dalam media sosial dan website tersebut mengandung banyak informasi tentang produk-produk yang mereka tawarkan.


(60)

Dengan demikian konsumen yang sudah mengenal atau ingin mengenal Xinxin dapat memperoleh informasi yang cukup jelas mulai dari ragam varian rasa yang mereka miliki hingga event atau acara terupdate yang mereka ikuti atau yang Xinxin turut antisipasi.

b. Kelemahan Media Sosial dan Website Xinxin

Dalam hal ini media sosial dan website merupakan suatu media promosi yang butuh untuk terus dikembangkan dan dikelola dengan baik, namun hal itu juga bukan berarti media promosi yang dimiliki sudah cukup. Pengenalan dan pengkomunikasian yang dilakukan secara langsung baik tidak langsung sangatlah diperlukan untuk dapat memberikan dampak yang besar bagi media sosial atau website yang sudah dimiliki. Selain itu, suatu identitas yang jelas juga cukup memberikan dampak penekanan brand kepada konsumen dengan cukup baik,

namu hal itu tidak ditemukan pada media sosial ataupun website milik Xinxin. Dalam segi desain, banyak ragam media promosi yang dimiliki dengan kesesuaian identitas antar satu media dengan media lain juga sangatlah diperlukan, namun Xinxin memiliki sangat sedikit sekali ragam media promosi lain selain media online, hal ini kurang mempercepat upaya pengenalan produk baik itu berupa produk baru ataupun produk lama terhadap target pasar atau khalayak umum lebih lambat dalam memberikan dampak.

Dari hasil yang telah dipaparkan diatas, studi eksisting yang dimiliki oleh perusahaan ini masih minim dan kurang dapat menjangkau terhadap khalayak luas. Hal ini juga menjadi sebuah tujuan dilakukannya sebuah upaya brand identity untuk dapat lebih memberikan identitas yang jelas untuk memperbanyak dan


(61)

mengenalkan perusahaan beserta produk-produk atau promo yang mereka tawarkan baik kepada target pasar ataupun khalayak umum sehingga dapat menjadi sebuah brand yang lebih terpercaya atau trusted brand dan mudah diingat

atau brand awareness.

4.3 Segmetasi, Targeting, Positioning

4.3.1 Segmentasi dan Targeting

Dalam perancangan brand identity Xinxin, konsumen atau target marketing yang disasar adalah :

a. Demografis

Usia : Remaja usia 12-21 tahun Jenis Kelamin : Pria dan Wanita

Siklus Keluarga : Belum Menikah, Menikah Profesi : Pelajar, Mahasiswa

Pendidikan : SMP, SMA, Perguruan Tinggi Kelas Sosial : Menengah atas

b. Geografis

Wilayah : Domestik

Ukuran Kota : Kota Besar (Misalnya : Surabaya, Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Malang)

Iklim : Tropis

c. Psikografis

Gaya Hidup : Menyukai praktis, Menyukai olahan bahan alami (unsur kesehatan)


(62)

4.3.2 Positioning

Positioning adalah strategi komunikasi yang berhubungan dengan bagaimana khalayak menempatkan suatu produk, individu, perusahaan, merk atau apa saja dalam alam pikiran mereka yang dianggap sebagai sasarannya atau konsumennya (Morissan, 2010:72). Oleh karena itu Xinxin memposisikan dirinya sebagai sebuah brand minuman sehat yaitu cincau hitam yang berbasis pengolahan bahan alami dan varian rasa favorit yang beragam sebagai ciri khas dari produk mereka.

4.4 Studi Kompetitor

Studi kompetitor menjelaskan mengenai kemiripan usaha-usaha dengan produk yang ditawarkan baik secara langsung atau pengganti, selain itu juga keberhasilannya dalam mengembangkan bisnis. Salah satu usaha yang menawarkan sebuah produk dan usaha yang serupa dengan Xinxin adalah Cincau Station yang sudah tersebar hampir pada kebanyakan kota besar di Indonesia. a. Analisis Kompetitor (Cincau Station)

Cincau Station merupakan salah satu brand yang sudah cukup terkenal dalam penawaran produk mereka yaitu minuman cincau hijau dalam kemasan yang sudah banyak dikenal dalam masyarakat luas. Brand yang awal mula terbangun pada daerah Bandung, Jawa Barat ini mampu menarik banyak konsumen untuk mengenal sebuah minuman sehat yang terbilang masih sangat minim dalam penjualannya yang secara branding, karena kebanyakan sebelumnya penjualan cincau masih terbatas pada pedagang kaki lima yang banyak memiliki


(1)

4.12.10 GSM (Graphic Standard Manual)

Gambar 5.17 Graphic Standard Manual (Sumber: Hasil Olahan Peneliti, 2016)

Graphic standard manual merupakan aturan dalam pengaplikasian logo

Xinxin Home Industry. Graphic standard manual berisi tentang aturan-aturan yang dibuat yang dijadikan acuan dari komponen-komponen identitas visual. Salah satu fungsi graphic standard manual adalah untuk menjaga konsistensi identitas dari Xinxin Home Industry. Selain itu fungsi graphic standard manual juga dapat menghindarkan dari pembajakan logo serta elemen visual penyusunnya. Graphic standard manual juga dapat merepresentasikan citra dari perusahaan

Xinxin Home Industry. Terdapat spesifikasi dalam pembagian isi dari buku graphic standard manual Xinxin Home Industry adalah sebagai berikut:


(2)

107

1. Pembukaan

Berisi halaman kata pengantar, daftar isi, yang berisi tentang urutan buku Graphic Standard Manual Xinxin Home Industry.

2. Logo

Terdiri dari tampilan utama logo serta makna logo, penggunaan warna logo, grid system, clean space area, minimum size logo, dan juga Incorrect Logo

Usage.

3. Aplikasi Logo dalam Corporate Identity dan Media Promosi

Berisi tentang contoh-contoh pengaplikasian logo dalam corporate identity dan media promosi.


(3)

108

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian maupun hasil implementasi karya yang telah dijelaskan penulis pada bab sebelumnya. Dapat ditarik bebeapa kesimpulan anatara lain sebagai berikut :

a. Konsep yang diusung dalam melakukan perancangan Brand Identity Xinxin adalah Excellent, yang mana konsep ini menonjolkan pada sisi keunggulan atau mutu produk yang berbasis nature yang ada pada Xixin tersebut.

b. Perancangan branding ini diharapkan mampu memberikan dampak positif bagi perusahaan Xinxin dan tentunya dapat pula mengangkat potensi penjualan ataupun pengenalan yang ada pada suatu brand baru agar dapat lebih meningkatkan rasa kepercayaan pada target pasar ataupun khalayak umum tentang suatu brand lokal baru.

c. Media branding yang digunakan antara lain yaitu : Logo, GSM, web desain, poster, marchendise (pin, mug, kaos, dan sticker).


(4)

109

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:

a. Dalam suatu perancangan branding Xinxin ini masih sangat mungkin untuk dikembangkan dari sisi media yang digunakan sesuai dengan stragtegi kreatif yang ingin dikembangkan oleh peusahaan ataupun berdasarkan yang telah dianalisa pada STP.

b. Pengembangan inovasi media dengan dikombinasikan teknologi terkini akan membantu akses dan fleksibelitas masyarakat untuk mendapatkan informasi tentang produk-produk atau promo yang ditawarkan oleh Xinxin. c. Penambangan source foto atau video dalam media buku atau video

explainer agar memperkaya informasi yang ingin dikomunikasikan oleh perusahaan terhadap target pasar ataupun khalayak umum tentang beragam produk ataupun promo yang ingin disajikan.


(5)

110

DAFTAR PUSTAKA

Aaker, A. D. 1997. Manajemen Ekuitas Merek. Jakarta: Spektrum Mitra Utama.

Ardhi, Yudha. 2013. Merancang Media Promosi Unik dan Menarik. Yogyakarta: Penerbit Taka.

Ainholt, Simon. 2006. Competitive Identity: The New Brand Management for Nations, Cities and Regions, London: Palgrave Macmillan.

Cooper, Carry, Straw Aliison. 1995. Stress Managemnet yang Sukses. Jakarta: Kesain Blanc

Dharmaprawira W.A, Sulasmi. 2002. Warna Teori dan Kreativitas Penggunanya. Bandung: ITB

Harjanto, Rudi. 2009. Prinsip-Prinsip Periklanan. Jakarta: Gramedia Jefkins, Frank. 1994. Periklanan. Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

Kotler, Philip. 2005. Manajamen Pemasaran, Jilid 1 dan 2. Jakarta: PT. Indeks Kotler, Philips dan Kevin Lane Keller. 2007. Manajemen Pemasaran Edisi 12. ___ : PT Index

Kusrianto, Adi. 2010. Pengantar Tipografi, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Moleong, Lexy, J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:

Penerbit PT Remaja Rosda Karya.

Morissan, Alexander. 2010. Periklanan Komunikasi Pemasaran Terpadu. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Nugroho, Eko. 2008. Pengenalan Teori Warna, Yogyakarta: Andi.

Pawito. 2007. Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: PT LkiS Pelangi Aksara Yogyakarta

Rustan, Surianto S.Sn. 2011. Font Dan Tipografi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sanyoto, Sadjiman Ebdi. 2010. Nirmana, Elemen-elemen Seni dan Desain. Yogyakarta: Jalasutra.

Suyanto, M. 2005. Strategi Perancangan Iklan Televisi Perusahaan Top Dunia. Yogyakarta: ANDI.

Wheeler, Alina. 2013. Designing brand identity. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.


(6)

111

Yeshin, Tony. 2004. Integrated Marketing Communications, The Holistic Approach (Oxford: Elseiver Butterworth-Heinemann).

Sumber Jurnal :

Wood, Emma. 2012. Dalam jurnal penelitian “keterbukaan informasi dan pencitraan” oleh Henny S. Widyaningsih.

Sumber Internet :

http: //www.detiknews.com (diakses tanggal 27-03-2015) http: //www.cincaustation.com (diakses tanggal 05-04-2015) http: //www.kbbi.com (diakses tanggal 15-05-2015)


Dokumen yang terkait

Pengaruh Advertising Terhadap Pembentukan Brand Awareness Serta Dampaknya Pada Keputusan Pembelian Produk Pocari Sweat Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

14 58 108

Pengaruh Ekuitas Merek (Brand Equity) Tas Sophie Martin Terhadap Kesediaan Membayar Harga Premium (Studi Kasus Pada BC Rosida Medan).

3 49 104

Pengaruh Celebrity Endorser Igor Saykoji Terhadap Brand Awareness Pada Kartu IM3 (Studi Kasus Karyawan Sogo Department Store Sun Plaza, Medan)

3 52 107

Pengaruh Penempatan Posisi (Positioning) Terhadap Citra Merek (Brand Image) Pada Clear Men Shampoo (Studi Kasus : Mahasiswa S-1 Reguler Fakultas Ekonomi USU Medan)

2 65 105

Analisis pengaruh Brand Awareness, Perceived Quality, Brand Association, Dan Brand Loyalty terhadap keputusan pembelian pada produk pasta gigi 'Pepsodent (studi kasus pada Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta)

6 41 167

Analisis pengaruh ekuitas merek terhadap keputusan pembalian serta dampaknya terhadap tanggungjawab sosial produk sabun mandi lifebuoy

0 3 167

THE INFLUENCE OF BRAND AWARENESS, PERCEIVED BRAND QUALITY, BRAND ASSOCIATION AND BRAND LOYALTY TOWARD CUSTOMER PURCHASE DECISION TO CHOOSE GARUDA INDONESIA AIRLINES (CASE STUDY: CUSTOMER GARUDA INDONESIA IN JABODETABEK)

0 7 124

Ekuitas Merek Bank Syariah di Kalangan Mahasiswa Program Studi Muamalat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2 11 151

TA : Perancangan Corporate Identity S1 Desain Komunikasi Visual Stikom Surabaya Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Awareness.

3 22 104

TA : Perancangan Corporate Identity PT. Globalindo 21 Express Sebagai Upaya Meningkatkan Brand Awareness.

2 14 83