College van Kerkmeesters Dewan Wali Gereja, 1655
106 penggembalaan jiwa, dan melayankan baptisan
kudus serta perjamuan kudus.
90
Pada tahun 1712 Pdt. Abraham Feylingius menyampaikan laporan
kunjungannya ke Rembang, Semarang, Tegal, dan Cirebon kepada majelis gereja di Batavia.
Pada masa itu jemaat Kristen di kota-kota tersebut masih sangat kecil. Umpamanya, di Cirebon Pdt.
Feylingius merayakan perjamuan kudus bersama satu orang saja, yaitu Residen Jongbloet. Laporan-
laporan yang disampaikan oleh Pdt. Antoni Hoijer 1716, Pdt. Philip Capelle 1719, Pdt.
Jacobus Canter Visscher 1719, dan Pdt. Johannes Wagardus 1738 memperlihatkan pula bahwa
kegiatan para pendeta dari Batavia di Pulau Jawa hanya diarahkan kepada orang-orang Kristen
Eropa saja. Sesudah pemberontakan orang Cina 1741-
1743 dan setelah diikatnya perjanjian baru dengan Susuhunan Mataram, VOC semakin
menancapkan kekuasaannya di Pulau Jawa. Gubernur Jenderal G.W. van Imhoff 1743-1750,
seorang Lutheran, bersikap positif terhadap usaha peluasan agama Kristen di Jawa. Menurut
pendapatnya, semangat menyebarkan agama Kristen tidak bertentangan dengan politik yang
bijaksana. Saat melakukan kunjungan ke istana Kartasura 1746 ia mengemukakan pula hal
penempatan dua orang pendeta di pantai utara Pulau Jawa, satu di Semarang dan satu lagi di
Surabaya. Pendeta Semarang akan juga diberi tugas melakukan kunjungan ke Surakarta, Tegal,
Cirebon, Jepara, dan Rembang setiap tiga bulan sekali. Tetapi baru pada tahun 1753 majelis
gereja di Batavia dapat mengutus beberapa orang pendeta ke Semarang. Pdt. Johannes Wilhelmus
Swemmelaar menetap di kota itu dan membentuk majelis jemaat di sana. Dalam laporan yang
panjang lebar 1756 dicantumkannya informasi mengenai kelompok-kelompok kecil orang Kristen
di sebelah barat Semarang Pekalongan, Tegal dan di sebelah timur kota itu Kuala Demak,
Jepara, Juwana, Rembang, Gresik, Surabaya, Pasuruan, Bangkalan, dan Sumenep. Ada juga
orang-orang Kristen di Ungaran, Salatiga, Bogo, dan Yogyakarta.
Menonjollah bahwa dalam kelompok-kelompok tersebut terdapat sejumlah besar Lutheran dan
Katolik. Biasanya warga Lutheran ikut mengambil bagian dalam perayaan perjamuan kudus. Di
Tegal, gereja pertama dibangun oleh Residen Carel Gustaef Falk, seorang Lutheran; di Surabaya
contohnya diikuti oleh Residen Abraham Christoffel Coertsz, yang adalah juga seorang
Lutheran 1759. Arsip-arsip kedua gereja tersebut tidak tersimpan. Majelis gereja di Semarang
merupakan majelis pusat, yang secara berkala mengutus pendeta ke jemaat-jemaat tetangga
untuk memimpin ibadah gereja dan melayankan baptisan. Arsip jemaat Semarang tersimpan mulai
dari saat pembentukan majelis gereja permanen oleh Pdt. Swemmelaar dalam bulan November
1753. Selain informasi mengenai jemaat di Semarang sendiri, dalam arsip ini terdapat juga
data-data mengenai kelompok-kelompok Kristen lainnya di Jawa Tengah dan Jawa Timur.