Penyebaran dan pengumpulan kuesioner

berjenis kelamin perempuan. Hal ini tidak bisa menjadi acuan bahwa penyakit asma lebih banyak diderita oleh perempuan.

3. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden merupakan faktor yang berpengaruh terhadap tingkat daya tangkap responden terhadap informasi, pengetahuan, sikap dan minat responden terhadap suatu tindakan Rachmanti, 2000, walaupun sebenarnya sifatnya tidak mutlak. Persentase responden lulusan SMA sebanyak 71, responden lulusan diploma sebanyak 3 dan responden lulusan strata 1sebanyak 26. Responden dalam peneltian ini memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi sehingga diasumsikan responden memiliki kemampuan untuk menerima dan mengolah informasi yang diberikan bervariasi juga.

4. Pekerjaan

Jenis pekerjaan seseorang berpengaruh terhadaap perilaku seseorang, dalam hal ini adalah perilaku dalam kepatuhan pengobatan. Orang yang mempunyai pekerjaan yang baik misalnya instansi pemerintah atau di bidang kesehatan akan menpunyai perhatian yang lebih baik terhadap kondisi kesehatannya bila dibandingkan dengan orang yang bekerja sebagai buruh maupun pekerajaan kasar lainnya. Hal ini dikarenakan pekerjaan mempengaruhi keadaan ekonomi, sehingga orang yang memiliki pekerjaan yang baik akan lebih mudah memilih pengobatan yang lebih baik, serta mempunyai kesempatah untuk memilih pelayanan kesehatan. Persentase responden dengan pekerjaan mahasiswamahasiswi sebanyak 61, responden dengan pekerjaan PNS sebanyak 7, responden dengan pekerjaan swasta sebanyak 23, responden dengan pekerjaan honorer 3, responden dengan pekerjaan ibu rumah tangga sebanyak 3, responden dengan pekerjaan pensiunan 3. Responden dalam penelitian ini sebagian besar mempunyai pekerjaan sebagai mahasiswamahasiswi. Hal ini dapat menjadi acuan bahwa sebagian besar responden seharusnya bisa lebih perhatian terhadap kondisi kesehatannya.

5. Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan berhubungan erat dengan masalah penanganan kesehatan, masyarakat dengan pendapatan tinggi akan sangat mudah untuk mengakses semua sarana kesehatan, tetapi masyarakat dengan tingkat pendapatan rendah akan mempertimbangkan biaya dalam mencari pengobatan jika tidak mendapatkan kartu masyarakat miskin. Pengobatan sendiri dirasakan dapat mengurangi biaya pengobatan, bahkan dengan menggunakan obat buatan sendiri ketimbang pergi ke apotek ataupun rumah sakit. Hal ini malahan dapat membahayakan kesehatan karena tidak mendapat informasi yang pasti dari ahli kesehatan Bastable, 1999. Persentase responden dengan pendapatan Rp 1.125.000bulan sebanyak 58, responden dengan pendapatan Rp 1.125.000 – Rp 2.000.000bulan sebanyak 16, responden dengan pendapatan Rp 2.000.000bulan sebanyak 7, responden dengan pendapatan Rp 3.000.000bulan sebanyak 3 dan responden yang tidak