Informasi bahwa pengobatan asma adalah pengobatan jangka panjang dan

Pertanyaan keenam mengenai keluhan yang dialami pasien semakin berat seperti tidak bisa tidur sama sekali dan sesak nafas secara mendadak. Sama seperti pertanyaan kelima, pasien dengan tingkat kontrol yang buruk, derajat asma yang berat, biasanya mempunyai kepatuhan pengobatan yang rendah, akibatnya akan lebih memperparah gejala asmanya. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selau mengalaminya sebanyak 3,2 , kadang-kadang sebanyak 32,3 , tidak pernah 64,5 , yang berarti sebanyak 64,5 responden yang patuh terhadap pengobatannya. Pertanyaan ketujuh mengenai seberapa sering pasien melakukan kontrol pengobatan asma ke apotek. Kepatuhan dalam pengobatan merupakan kunci sukses dari pengobatan penyakit asma, sehingga penyakit asma yang diderita bisa terkontrol DepKes RI, 2007. Biasanya pasien baru melakukan kontrol apabila asma yang dideritanya tidak kunjung terkontrol, yang disebabkan karena ketidakpatuhan dalam pengobatan, hal ini dapat mengindikasikan pasien tidak patuh dalam pengobatannya. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang selalu melakukannya 16,1 , kadang- kadang 29 , tidak pernah 54,8 , yang berarti sebanyak 54,8 responden yang patuh terhadap pengobatannya. Pertanyaan kedelapan mengenai seberapa sering pasien berkunjung ke rumah sakit atau apotek akibat kesalahan dalam menggunakan obat. Kesalahan penggunaan obat dapat menjadi indikasi ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang menjawab selalu sebanyak 6,5 , kadang-kadang 9,7 , tidak pernah 80,6 , tidak diisi 3,2 , yang berarti sebanyak 80,6 responden yang patuh terhadap pengobatannya. Pertanyaan kesembilan mengenai penambahan obat atau penggantian obat saat pengobatan. Penambahan atau penggantian obat dapat disebabkan karena tidak terkontrolnya asma yang diderita pasien, hal ini dapat menjadi indikasi tidak patuhnya pasien dalam pengobatan. Dari penelitian diperoleh bahwa pasien yang menjawab selalu sebanyak 6,5 , kadang-kadang 19,4 , tidak pernah 71 , tidak diisi 3,2 , yang berarti sebanyak 71 responden yang patuh terhadap pengobatannya. Jenis-jenis ketidak patuhan meliputi ketidakpatuhan yang disengaja intentional non compliance dan ketidakpatuhan yang tidak disengaja unintentional non compliance . Ketidakpatuhan yang disengaja disebabkan karena keterbatasan biaya pengobatan, sikap apatis pasien, dan ketidakpercayaan pasien akan efektivitas obat. Ketidakpatuhan yang tidak disengaja disebabkan karena pasien lupa minum obat, ketidaktahuan akan petunjuk pengobatan, kesalahan dalam hal pembacaan etiket. Pada penelitian Schaffer et al 2004, tingkat kepatuhan pasien harus minimal 80 . Untuk melihat bagaimana kepatuhan pasien dapat dilihat dari berapa persen pasien yang tidak pernah mengalami gejala asma dan berapa persen yang selalu minum obat sesuai aturan pakai. Dari hasil penelitian diperoleh hasil kepatuhan pasien yaitu 59,86 , bila dilihat dari penelitian Scaffer et al 2004 Promoting adherence: effects of theory-based asthma education mengatakan minimal kepatuhan pasien minum obat asma adalah 80 , bisa dikatakan jika pasien belum memenuhi minimal kepatuhan dalam minum obat asma. Dikarenakan peneliti tidak mengetahui bagaimana cara pasien dalam menjalani pengobatannya, maka tidak dapat memastikan hal-hal apa saja yang mempengaruhi kepatuhan pasien. Tetapi bila dilihat dari beberapa alasan apoteker tidak memberikan informasi obat seperti menurut Sihombing 2007 beberapa alasan apoteker tidak memberikan informasi kepada pasien yaitu, tidak sempat karena banyaknya pembeli, kurangnya pengetahuan yang dimiliki, pasien dianggap sudah tahu dari kemasanbrosur, pasien tidak aktif bertanya dan pasien tergesa-gesa dan tidak mau dijelaskan, hal ini dapat menyebabkan salah paham dengan informasi yang diberikan. Tak seorang pun mematuhi instruksi jika ia salah paham tentang instruksi yang diberikan padanya. Ley dan Spelman 1967 menemukan bahwa lebih dari 60 yang diwawancarai setelah bertemu dengan dokter salah mengerti tentang instruksi yang diberikan pada mereka Ester, 2000. Kadang-kadang hal ini disebabkan oleh kegagalan profesional kesehatan dalam memberikan informasi yang lengkap, penggunaan istilah-istilah medis, dan banyak memberikan intruksi yang harus diingat oleh penderita Ester, 2000. Keyakinan, sikap, kepribadian juga mempengaruhi kepatuhan pasien dalam pengobatan. Ahli psikologi telah menyelidiki tentang hubungan antara pengukuran-pengukuran kepribadian dan kepatuhan. Mereka menemukan bahwa data kepribadian secara benar dibedakan antara orang yang patuh dengan orang yang gagal Ester, 2000. Orang-orang yang tidak patuh adalah orang- orang yang lebih mengalami depresi, ansietas, sangat memerhatikan kesehatannya, memiliki kekuatan ego yang lebih lemah dan yang kehidupan sosialnya lebih memusatkan perhatian pada dirinya sendiri Ester, 2000. Ciri - ciri kepribadian yang disebutkan di atas itu yang menyebabkan seseorang cenderung tidak patuh drop out dari program pengobatan Ester, 2000. Hal ini dapat menyebabkan tingkat kepatuhan pasien belum memenuhi minimal kepatuhan pasien.