Pengertian Akuntansi Laba Usaha

d. Pinjaman dari Bank Indonesia BI, merupakan pinjaman kredit yang diberikan bank Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi. 3. Dana yang bersumber dari masyarakat Sumber dana ini dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank, yaitu terdiri dari : a. Giro b. Deposito c. Tabungan

2.2.2. Pengertian Akuntansi

Menurut Faud 2005 : 2, secara luas pengertian akuntansi dapat didefinisikan sebagai suatu seni untuk melakukan pencatatan, pengelompokan, pengiktisaran dan pelaporan serta penganalisaan terhadap transaksi-transaksi ekonomi perusahaan guna pengambilan suatu keputusan. Akuntansi juga bisa didefinisikan sebagai konsep informasi maupun sebagai sistem informasi. Sebagai konsep informasi, akuntansi merupakan kegiatan jasa yag menyediakan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan, tentang kesatuan-kesatuan ekonomi yang dimaksudkan agar bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam menetapkan pilihan yang pantas dalam berbagai alternatif tindakan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Sedangkan sebagai sistem informasi, akuntansi merupakan proses yang menjalin sumber informasi, saluran komunikasi dan seperangkat penerima Taswan, 2005 : 3.

2.2.3. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan-laporan yang disajikan oleh suatu perusahaan dalam hal ini lembaga perbankan pada periode tertentu bertujuan antara lain Faud, 2005 : 17 : a. Memberikan informasi tentang posisi keuangan bank menyangkut harta bank, kewajiban bank serta modal bank pada periode tertentu. b. Memberikan informasi menyangkut laba rugi suatu bank pada periode tertentu. c. Memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan laporan keuangan yang disajikan suatu bank. d. Memberikan informasi tentang performance suatu bank. Berdasarkan tujuan-tujuan yang dijelaskan diatas, maka dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan yang terdiri dari aktiva, kewajiban, modal bank, laporan hasil usaha dan perubahan-perubahan lainnya.

2.2.3.1. Jenis-Jenis Laporan Keuangan Bank

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Menurut Faud 2005 : 19, Pihak bank memiliki laporan keuangan tersendiri dalam menyajikan informasi tentang laporan keuangan. Laporan keuangan ini disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan SAK dan Standar Akuntansi Perbankan Indonesia SKAPI Sebagai berikut: a. Neraca Laporan keuangan yang menggambarkan keadaan harta bank, kewajiban atau hutang bank serta modal bank pada akhir periode tertentu. b. Laba Rugi Laporan ini menggambarkan posisi hasil usaha suatu bank, berupa pendapatan yang diterima serta pengeluaran-pengeluaran pada periode tertentu. c. Laporan Arus Kas Laporan yang menunjukan penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu yang dikelompokan dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. d. Laporan Perubahan Modal Equitas Laporan yang menunjukan perubahan equitas bank yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan bank selama periode pelaporan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. e. Catatan Atas Laporan Keuangan Laporan ini berkaitan dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang bersifat kualitas maupun kuantitas, termasuk komitmen dan kontijensi serta transaksi-transaksi lainnya.

2.2.4. Pengertian Kredit

Dana yang diperoleh bank dalam bentuk simpanan akan disalurkan kembali kepada masyarakat, berupa kredit. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yakni “credere” yang berarti kepercayaan, sehingga saat seseorang atau badan usaha diberikan pinjaman, diyakini dapat mengembalikannya, karena orang atau badan usaha percaya bahwa dana yang diberikan akan dikembalikan. Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 dikatakan bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

2.2.4.1. Unsur Kredit

Menurut Kasmir 2004 : 94, dalam suatu kredit terdapat unsur- unsur sebagai berikut : 1. Kepercayaan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang. 2. Kesepakatan Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit. 3. Jangka waktu Terdapat jangka waktu antara si pemberi kredit dan si penerima dalam pengembalian kredit yang telah disepakati. 4. Resiko Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya macet pemberian kredit. 5. Balas jasa Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.

2.2.4.2. Jenis Kredit

Menurut Abdullah 2004 : 85, kredit dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek pendekatan ini : a. Menurut Tujuan Pemberian Penggunaan 1 Kredit komersial, yaitu kredit yang ditunjukkan untuk membiayai kebutuhan dunia usaha, baik dalam bentuk Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kredit revolving maupun kredit non-revolving. Jenis kredit komersial misalnya :  Pinjaman rekening Koran  Pembiayaan giro mundur  Pinjaman aksep  Anjak piutang  Pinjaman berjangka  Bank garansi 2 Kredit konsumtif, yaitu yang dipergunakan untuk pembeliaan barang tertentu bukan keperluan usaha aktifitas yang produktif melainkan untuk konsumsi dan merupakan pinjaman yang bersifat non-revolving. Jenis kredit konsumtif misalnya :  Kredit kepemilikan rumah  Kredit kepemilikan kendaraan  Kartu kredit  Kredit konsumtif lainnya b. Menurut Jangka Waktu Kredit 1 Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka maksimum satu tahun. 2 Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang memiliki jangka waktu diatas satu tahun sampai dengan tiga tahun. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 3 Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun. c. Menurut Bentuk Jaminan 1 Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan dengan adanya jaminan dari debitur, baik berupa harta bergerak maupun harta tidak bergerak. 2 Kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit dengan tidak berdasarkan barang jaminan. d. Menurut Status Hukum Debitur 1 Kredit bagi debitur korporasi, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur berstatus badan hukum corporate loans dan dalam jumlah kredit bersekala menengah besar. 2 Kredit bagi debitur perorangan, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur bersetatus perorangan personal loans dalam jumlah kredit bersekala kecil. e. Menurut Segmen Usaha 1 Whole Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada individu meupun korporasi untuk menjalankan bidang usaha. 2 Retail Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah debitur untuk tujuan konsumsi. f. Menurut Sifat Pemakaian Dana Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1 Kredit revolving, yaitu kredit yang dananya dapat ditarik berulang-ulang, artinya jumlah kredit dapat ditarik sekaligus atau secara bertahap tergantung kepada kebutuhan debitur. 2 Kredit non-revolving, yaitu kredit yang dananya dilakukan sekaligus dan perluasannya dilakukan secara bertahap maupun sekaligus. g. Menurut Sumber Dana Pembiayaan 1 Kredit likuiditas, yaitu kredit yang sebagian sumber dana pembiayaan diperoleh melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia KLBI. 2 Kredit pihak ketiga, yaitu kredit yang sebagian sumber dana pembiayaannya diperoleh dari dana pihak ketiga giro, tabungan, deposito. Menurut Siamat 2004 : 166, kredit dilihat segi penggunaannya terdiri atas: a. Kredit modal kerja Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. Kredit modal kerja ini pada prinsipnya meliputi modal kerja untuk tujuan komersial, industri, kontraktor bangunan dan sebagainya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Kredit Investasi Yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi untuk membeli barang-barang modal. Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk membiayai pengadaan barang-barang modal maupun jasa yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi, moderenisasi, ekspansi, relokasi dan pendirian proyek baru.

2.2.4.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Menurut Kasmir 2004 : 95, tujuan pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut : a. Mencari Keuntungan Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank. b. Membantu Usaha Nasabah Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya. c. Membantu Pemerintah Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam segala bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor. Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki fungsi yang sangat luas. Menurut Kasmir 2004 : 97, fungsi kredit secara luas antara lain : a. Untuk meningkatkan daya guna uang Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit. b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memproleh kredit maka daerah tersebut akan memproleh tambahan uang dari daerah lainnya. c. Untuk meningkatkan daya guna barang Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat. d. Meningkatkan peredaran barang Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar. e. Sebagai alat stabilitas ekonomi Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara. f. Meningkatkan kegairahan berusaha Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha apalagi bagi nasabah yang modalnya pas-pasan. g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya. h. Untuk meningkatkan hubungan internasional Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan dan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

2.2.4.4. Siklus Perkreditan

Menurut Dendawijaya 2005 : 74, siklus perkreditan yang dimulai sejak permohonan kredit hingga akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi, dan pelunasan kredit, akan dijelaskan sebagai berikut : 1. Permohonan kredit Permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank, umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut : a. Surat permohonan resmi. b. Akte pendirian perusahaan yang merupakan lembaga yang secara resmi memohon kredit, sekaligus menjelaskan siapa yang berwenang meminta kredit dan lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penerimaan kredit, termasuk kewajiban Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. nasabah kredit seperti melunasi utang angsuran beserta bunganya dalam jangka waktu yang telah disepakati. c. Penjelasan atau uraian singkat tentang rencana proyek atau bisnis yang akan dilakukan oleh nasabah. d. Untuk proyek yang cukup besar dan membutuhkan jumlah kredit yang besar, dilengkapi dengan suatu laporan kelayakan proyek feasibility study yang disusun oleh suatu lembaga konsultan yang ditunjuk oleh calon nasabah. e. Laporan keuangan perusahaan. f. Informasi-informasi lain yang biasanya selalu diminati oleh bank seperti: 1 Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP 2 Keterangan domisili dari perusahaan 3 Izin-izin yang telah diperoleh dalam rangka pembagunan proyek maupun bisnis yang telah berjalan. 4 Rekening perusahaan pada beberapa bank 2. Analisis kredit Secara umum, analisis kredit dilakukan berdasarkan dua metode, yaitu : a. Metode penilaian “6C” yang meliputi character, capital, capacity, condition of economy, collateral, constrain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. b. Metode penilaian “6A” yang meliputi aspek yuridis hukum, pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, keuangan, dan social ekonomis. 3. Persetujuan kredit Analisis kredit yang dibuat oleh account officer atau wirakredit diperiksa review dahulu oleh atasannya, kepada bagian kredit, sebelum disampaikan ke direksi bank. Nama dari laporan analisis kredit bermacam-macam, tergantung pada sistem dan prosedur yang dimiliki bank, antara lain sebagai berikut : a. Laporan analisis kredit b. Laporan analisis permohonan kredit c. Laporan rekomendasi kredit d. Appraisal study e. Laporan kelayakan proyek Atas dasar laporan analisis kredit diatas, pembahasan atau persetujuan kredit dilakukan oleh lembaga yang mungkin berbeda- beda, tergantung pada sistem dan prosedur yang berlaku pada masing-masing bank. 4. Perjanjian kredit Perjanjian kredit akad kredit dipersiapkan oleh seorang notaries publik yang ditunjuk bank atau dipilih oleh calon nasabah. Bank mengirimkan ahli hukumnya untuk mendampingi wirakredit dalam membahas berbagai ketentuan yang harus dimuat dalam perjanjian Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. kredit. Secara umum, isi perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris publik berdasarkan masukan dari pihak bank adalah sebagai berikut : a. Pihak pemberi kredit bank yang bersangkutan b. Pihak penerima kredit perusahaan nasabah c. Tujuan pemberian kredit, dalam hal ini tergantung pada jenis proyek atau bisnis yang akan dibangun, diperluas, direhabilitasi, ditambah modal kerja dan lain-lain. d. Besarnya biaya proyek, termasuk investasi tetap, kebutuhan modal kerja, biaya pendahuluan, dan sebagainya. e. Besarnya kredit yang akan diberikan oleh bank. f. Tingkat bunga kredit. g. Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit, seperti appraisal fee, commitment fee, supervision fee, provisi kredit dan lain-lain. h. Jangka waktu pengembalian kredit angsuran i. Jadwal pembayaran angsuran kredit dan pembayaran bunga kredit yang dinyatakan secara terperinci pada pasal tertentu dalam perjanjian kredit yang dituangkan dalam lampiran perjanjian kredit. j. Jaminan kredit, yang meliputi jenis jaminan, pemiliknya, jumlah dan nilainya serta cara pengikatannya secara hukum yang dinyatakan secara hukum yang dinyatakan secara terperinci Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dalam pasal tertentu pada perjanjian kredit dan dituangkan pada lampiran perjanjian kredit. k. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kredit dicairkan. l. Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan atau dipenuhi oleh nasabah kredit selama kredit belum dilunasi. m. Hak-hak yang dimiliki bank selama kredit belum dilunasi, misalnya memeriksa secara fisik keadaan proyek yang di biayai bank, memeriksa buku-buku dan laporan keuangan nasabah, dan lain-lain. 5. Pencairan kredit Pencairan kredit diminta debitur kredit hanya dapat dilakukan bank setelah debitur yang bersangkutan memenuhi berbagai persyaratan seperti dituangkan dalam perjanjian kredit yang ditandatangani kedua pihak bank dan debitur serta dicatat di hadapan notaris publik. Persyaratan untuk pencairan kredit tersebut umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Perjanjian kredit sudah ditandatangani b. Penarikan kredit sudah sesuai dengan kebutuhan proyek, misalnya untuk membayar kontraktor yang membangun pabrik. c. Penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan proyek d. Permohonan pencairan kredit didukung oleh dokumen-dokumen yang sesuai dengan kebutuhan pencairan kredit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. e. Besarnya kredit harus sesuai dengan perbandingan rasio yang disepakati antara dana yang bersumber dari nasabah debitur dan pembiayaan dari bank loan atau debt 6. Pengawasan kredit Pengawasan monitoring kredit meliputi berbagai aspek atau kegiatan, yakni sebagai berikut : a. Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan cara-cara mutahir, seperti penggunaan komputer on line system, dan sebagainya. b. Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan laporan secara berkala atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan dalam perjanjian kredit. c. Keharusan bagi wirakredit account officer untuk melakukan kunjungan ke perusahaan ataupun proyek yang di biayai bank, baik selama berlangsungnya pembangunan proyek maupun setelah proyek tersebut berjalan sebagai suatu usaha bisnis. d. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan debitur, terutama jika debitur mulai mengalami kesulitan dalam bisnisnya atau telah menunjukkan tanda-tanda kemungkinan terjadinya kemacetan. e. Adanya suatu “sistem peringatan” pada administrasi bank umumnya dikelola oleh wirakredit yang menangani nasabah yang bersangkutan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 7. Perlunasan kredit Dalam kondisi yang ideal, nasabah akan selalu dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatannya yang dimuat dalam perjajian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, sehingga kedit pinjaman bank akhirnya dinyatakan lunas. 8. Tambahan kredit Bagi nasabah yang berhasil dalam menjalankan usaha atau proyeknya, nasabah tersebut akan datang kembali ke bank untuk membicarakan kemungkinan memproleh penambahan kredit bagi perluasan usaha atau proyeknya. 9. Kredit bermasalah Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit. 10. Penyelamatan kredit bermasalah Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut : a. Rescheduling Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikan kepada debitur. Cara ini dilakukan jika ternyata pihak debitur tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bunga kredit. b. Reconditioning Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi yang semula disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan dalam perjanjian kredit. c. Restructuring Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal sendiri, tetapi sebagian besar dibiayai dengan kredit yang diperoleh dari bank. d. Kombinasi 3-R Dalam rangka penyelamatan kredit yang bermasalah bila dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan restructuring. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. e. Eksekusi Eksekusi yang dilakukan bank melalui berbagai cara, antara lain: 1 Menyerahkan kewajiban kepada BUPN Badan Usaha Piutang Negara. 2 Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri perkara perdata.

2.2.4.5. Analisa Kredit

Analisa kredit atau penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak. Pelaksanaan analisis kredit berpedoman pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, khususnya pasal 1 ayat 11, pasal 8, dan pasal 29 ayat 3. Sebelum melaksanakan prinsip-prinsip perkreditan dalam pemberian suatu kredit, bank harus berdasarkan kebijaksanaan kredit memperhatikan dengan 3 azas pokok Muljono 1994 : 20, yaitu : 1. Azas likuiditas Yaitu suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari masyarakat luas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Azas solvabilitas Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit. 3. Azas rentabilitas Dimana dalam setiap kegiatan usaha selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya. Secara umum analisis kredit dilakukan berdasarkan dua prinsip Dendawijaya, 2005 : 88, yaitu : 1. Analisis kredit berdasarkan prinsip “6C” yang meliputi sebagai berikut : a. Character C-1 Dalam melakukan analisis mengenai watak karakter berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan willingness to pay atau kemauan membayar kembali nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya. Penilaian terhadap itikad atau kemauan baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya memang agak sukar untuk dilaksanakan, khususnya terhadap calon nasabah yang baru dikenal oleh bank. Penilaian lebih mudah dilakukan jika telah terjalin hubungan antara bank dengan calon debitur atau dapat Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. dicairkan dari informasi yang mendukung, baik dari kalangan perbankan maupun dari kalangan bisnis. Informasi dari kalangan perbankan diperoleh melalui surat menyurat korespondensi antar bank yang dikenal dengan bank information, termasuk permohonan resmi ke Bank Indonesia untuk memproleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai pribadinya maupun perusahaan bisnis yang dimilikinya. b. Capital C-2 Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan debitur tidak seluruhnya berasal dari bank dan debitur. Oleh karena itu pihak debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam pembiayaan proyeknya. Perbandingan antara besarnya pembiyaan dari bank dengan besarnya modal sendiri yang dapat disediakan nasabah disebut debt to equity ratio. Penilaian terhadap pemodalan sangat erat hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna membiayai proyek yang akan dijalankan. Besarnya kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dimiliki calon nasabah, semakin mudah memproleh data tentang modal sendiri. Perusahaan-perusahaan kecil umumnya tidak memiliki Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. laporan keuangan yang dapat dianalisis yang dilakukan oleh bank. c. Capacity C-3 Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan. Kemampuan-kemampuan calon nasabah yang harus diukur adalah sebagai berikut : 1 Kemampuan calon nasabah menyediakan dana untuk pembiayaan. 2 Kemampuan calon nasabah untuk membangun proyek. 3 Kemampuan nasabah untuk menghasilkan produk dari proyeknya. 4 Kemampuan nasabah untuk menjual hasil produksinya. 5 Kemampuan nasabah untuk memproeh laba dari penjualan tersebut. 6 Kemampuan nasabah untuk menyediakan cash yang memadai untuk membayar kewajiban- kewajibannya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Hal-hal yang dianalisis adalah sebagai berikut : 1 Jadwal pembangunan proyek yang akan dibiayai bank dan nasabah. 2 Rencana produksi dan penjualan produk maupun jasa. 3 Proyeksi laba rugi atau project income statement misalnya selama lima tahun atau selama jangka waktu kredit. 4 Proyeksi arus kas project cash flow. 5 Kemampuan manajerial dari pimpinan perusahaan dalam mengelola bisnisnya kelak. 6 Kemampuan nasabah untuk memenuhi kewajiban-kewajiban pada pihak-pihak lainnya. d. Condition Of Economy C-4 Suatu proyek yang akan dibiayai lebih bersama oleh bank dan nasabah kredit tertentu memiliki berbagai ciri tertentu, misalnya jenis bisnis yang akan digeluti, jenis produk atau jasa yang akan diproduksi, sasaran pasar yang akan dituju, harga yang akan ditawarkan, promosi yang akan dijalankan, dan sebagainya. Dalam rangka proyeksi pemberian kredit, kondisi perekonomian harus pula ikut dianalisis paling sedikit dalam jangka waktu kredit. Kondisi-kondisi tersebut antara lain meliputi : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1 Kondisi dari sektor industri dimana proyek akan dibangun; 2 Ketergantungan terhadap bahan baku yang harus diimpor; 3 Nilai kurs valuta terhadap nilai uang domestik rupiah; 4 Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku; 5 Kondisi perekonomian secara nasional, regional, dan global; 6 Kemampuan untuk memperoleh sumber daya bahan baku, tenaga kerja; 7 Tingkat bunga kredit yang berlaku, dan sebagainya. e. Collateral C-5 Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah Bank Indonesia, setiap pembelian kredit oleh bank harus didukung oleh adanya jaminan agunan yang memadai, kecuali untuk program-program pemerintah. Collateral atau agunan kredit merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Collateral atau agunan pada umumnya adalah barang-barang yang diserahkan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. pinjaman yang diterimanya. Dengan demikian, collateral atau jaminan tersebut berfungsi sebagai : 1 Bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang dilakukan bank; 2 Cara yang dilakukan bank untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kegagalan usaha atau proyek yang dibiayai; 3 Cara untuk mendorong nasabah agar mau bersungguh- sungguh dalam melaksanakan mengelola proyeknya yang ikut dibiayai bank; 4 Pengganti pembayaran apabila nasabah tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, misalnya dijual melalui lelang umum dan berbagai cara lain sesuai dengan ketentuan serta perundang-undangan yang berlaku. f. Constrain C-6 Constrain merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan. Misalnya, pendirian suatu pabrik farmasi yang akan memproduksi obat-obatan antibiotika dan vitarian, tetapi merencanakan pula untuk mengelola ganja dan ekstasi, Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. rasanya sulit untuk diberikan izin oleh instansi yang berwenang. 2. Analisis kredit berdasarkan “6A” Metode analisis “6A” adalah metode analisis kredit yang lebih teliti, tepat, dan akurat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pihak bank pemberi kredit diharuskan untuk melakukan penelitian yang seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan nasabah debitur penerima kredit untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian kredit yang diterimanya. Prinsip ini meliputi sebagai berikut : a. Analisis aspek yuridis hukum Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memproleh bantuan kredit atau pembiayaan dari bank. Analisis ini meliputi sub aspek sebagai berikut : 1. Badan usaha 1 Bentuk usaha 2 Nama badan usaha 3 Pemegang saham 4 Anggaran dasar perusahaan 5 Penanggung jawab perusahaan 6 Status usaha Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 7 Bidang usaha 8 Domisili 2. Izin-izin yang harus dimiliki 1 Persetujuan prinsip 2 Izin penggunaan tanah 3 Izin gangguan 4 Izin bangunan 5 Izin usaha perdagangan 3. Perjanjian-perjanjian 1 Perjanjian dalam manajemen 2 Perjanjian lisensi produk 3 Perjanjian penyediaan bahan baku 4 Perjanjian pengalihan saham b. Analisis aspek pasar dan pemasaran Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh investor atau pengelola proyek agar perusahaan dapat memenangkan persaingan yang cukup kompetitif. Dengan demikian, analisis yang dilakukan meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Luas dan bentuk pasar 1 Kebutuhan demand 2 Penyediaan supply 3 Jumlah dan kepastian produsen 4 Jenis dan sifat konsumen 5 Cara menghitung besarnya pasar 6 Daftar skala prioritas BKPM 2. Pangsa pasar 1 Bagian pasar yang akan dikuasai 2 Segmen pasar dan jenis konsumen 3. Saingan usaha 1 Jumlah saingan 2 Data saingan a. Lokasi usaha b. Daerah pemasaran c. Kualitas produk d. Harga jual e. Pelayanan pemasaran f. Piutang dagang saingan g. Teknologi yang digunakan h. Purna jual 3 Saingan dari barang impor 4. Rencana pemasaran Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1 Rencana jenis produk yang akan dipasarkan 2 Rencana volume penjualan 3 Rencana harga 4 Rencana daerah penjualan 5 Sistem distribusi 6 Rencana diskon harga dan komisi 7 Rencana diskon c. Analisis aspek teknis Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya nanti sebagai business entity. Untuk analisis dibidang teknis ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut : 1. Lokasi pabrik pemilihan lokasi 1 Faktor bahan baku 2 Faktor pasar 3 Faktor tenaga kerja 4 Faktor angkutan 5 Faktor tanah soil 2. Bangunan 1 Bangunan pabrik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2 Bangunan gudang 3 Bangunan kantor 4 Bangunan prasarana 3. Sistem dan alat transportasi 1 Alat transportasi dan pabrik a. Overhead crane b. Fork lift 2 Alat transportasi di luar pabrik a. Truk b. Sedan, jepp, sepeda motor 4. Peralatan kantor 1 Mesin ketik, komputer, dan telepon 2 Faksimile, mesin fotocopy, mesin gambar 5. Layout bangunan 6. Bahan baku dan bahan penolong 1 Spesifikasi bahan baku 2 Sumber bahan baku 3 Syarat, harga, dan pengiriman 4 Syarat angkutan 5 Syarat penyimpanan 6 Kontinuitas bahan baku 7. Persediaan 1 Bahan baku dan penolong Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2 Barang setengah jadi 3 Barang jadi 8. Persediaan 1 Mesin produksi 2 Mesin pembantu 3 Peralatan pabrik 4 Tata letak mesin 5 Cara bekerja mesin 6 Kapasitas teknis design 7 Rencana produksi 8 Peralatan maintenance 9 Suku cadang 9. Proses produksi 10. Produksi percobaan 11. Pembuangan sisa proses d. Analisis aspek manajemen Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampauan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Penilaian dilakukan terhadap jenis serta bentuk manajemen pada saat proyek sedang dibangun belum beroperasi dan pada saat perusahaan sudah beroperasi. Analisis pada aspek Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. manajemen ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut : 1. Struktur organisasi 1 Badan organisasi 2 Line dan staff function 3 Komite-komite 2. Uraian tugas job description 3. Sistem dan prosedur 4. Kebutuhan tenaga kerja penarikan dan penempatan tenaga kerja 5. Evaluasi pribadi penguasa e. Analisis aspek keuangan Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan. Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan bisnis. Analisis yang dilakukan berbeda-beda tergantung kepada jenis proyek, misalnya: proyek baru; proyek perluasan; proyek rehabilitasi; diversifikasi produk; dan lain-lain. Analisis pada aspek ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut: Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 1. Penilaian data keuangan proyek 1 Biaya investasi 2 Biaya modal kerja 3 Biaya prainvestasi 2. Sumber pembiayaan 1 Modal investor equity 2 Kredit bank debt 3. Kemampuan proyek 1 Proyeksi penjualan 2 Proyeksi arus kas 3 Proyeksi laba rugi 4 Proyeksi neraca 5 Payback period 6 Net present value 7 Internal rate of return IRR 8 Profitability index 4. Penilaian data keuangan perusahaan bisnis yang sudah beroperasi. f. Analisis aspek sosial ekonomi Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. makro ekonomis, terutama dilihat dari pandangan pihak pemerintah dan masyarakat, seperti kesempatan kerja; penerima devisa; penghematan devisa; penggunaan bahan baku lokal; pendapatan negara dari segi pajak; kelestarian alam; dan lain sebagainya. Analisis pada aspek ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut : 1. Kesempatan kerja employment 2. Penggunaan bahan baku lokal 3. Menghasilkan devisa 4. Penghematan devisa 5. Penerimaan pajak bagi negara 6. Subsidi dari negara 7. Tax holiday 8. Backward dan forward integration 9. Pemerataan usaha vs konglomerasi 10. Dampak lingkungan

2.2.5. Jaminan

Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisis bank, jaminan kredit collateral dalam perkreditan karena berbagai sebab tetap menduduki posisinya yang penting, terutama dalam fungsinya untuk pengaman apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami kegagalan. Oleh karena itu tidaklah berlebihan kiranya sekali lagi para analisis kredit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. untuk diminta kejelian dan ketelitian dalam penilaian barang-barang yang dijamin kepada bank. Menurut Muljono 1994 : 290, dalam penilaian ini ada 2 sasaran pokok yaitu : a. Untuk menilai nilai ekonomis dari barang jaminan. b. Untuk menilai nilai yuridis dari barang jaminan yang bersangkutan. Kedua nilai persyaratan tersebut harus dipenuhi secara lengkap apabila jaminan yang akan diikat tersebut memang ditujukan sebagai alat pengamanan atas kredit yang diberikan.

2.2.5.1. Jenis-Jenis Jaminan

Secara umum wujud dari jaminan perkreditan dapat dilihat dari berbagai sudut, antara lain : 1. Dari pemilik barang jaminan itu sendiri : a. Dapat berupa kekayaan dari si debitur yang bersangkutan b. Dapat pula berupa kekayaan dari pihak ketiga lainnya yang digunakan untuk menjamin kredit yang diperoleh si debitur tersebut. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 2. Dari status kekayaan tersebut didalam suatu perusahaan : a. Dapat sebagai current assets, antara lain berupa piutang diikat dengan cara cessie stock persediaan barang-barang yang diperdagangkan, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan seterusnya. b. Dapat juga sbagai fixed asset, yaitu kekayaan produksi dari debitur yang bersangkutan seperti tanah, bangunan, alat transportasi dan seterusnya. 3. Dari wujud barang jaminan itu sendiri : a. Jaminan adalah bentuk tangible asset yaitu barang-barang yang ada wujudnya secara fisik antara lain aktiva lancar, aktiva tetap milik perusahaan atau kebendaan lainnya. b. Jaminan dalam bentuk intangible asset yaitu jaminan kredit yang tidak ada wujudnya secara fisik, misalnya jaminan pribadi letter of quarante, letter of comfort, rekomendasi, tanda tangan avalist dan seterusnya. 4. Dari fungsinya dalam kegiatan perkreditan yang bersangkutan dapat pula dibedakan antara lain : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. a. Jaminan utama, yaitu barang-barang yang diperoleh dibeli dengan kredit yang bersangkutan, dan kemudian dijaminkan kepada bank kembali. b. Jaminan tambahan, yaitu barang-barang jaminan lainnya diluar yang dibiayai dengan kredit tersebut, dengan maksud sebagai alat pengamanan terhadap kredit yang telah ditarik oleh debitur. 5. Dari jumlah kreditur, maka jaminan dapat pula dibedakan : a. Sebagai jaminan tunggal, yaitu atas suatu kekayaan hanya ada pengikatan jaminan dengan satu bank saja. b. Dapat pula jaminan tersebut berupa jaminan gabungan yang diikat sebagai barang jaminan oleh beberapa kreditur bersama-sama atau secara sendiri-sendiri oleh masing-masing kreditur yang bersangkutan. 6. Dari kestabilan nilai barang jaminan : a. Akan mengalami penurunan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu, misalnya gedung, alat transportasi, mesin, stock barang dagangan kecuali logam mulia dan seterusnya. b. Akan mengalami kenaikan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu yang lain, misalnya tanah, logam mulia, valuta asing, dan seterusnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 7. Dari penguasaan barang jaminan : a. Secara fisik dikuasi oleh bank, dan disimpan dalam gudang atau dalam khasanah bank misalnya logam mulia, sertifikat deposito, surat-surat berharga, barang dagangan yang dikuasai dalam gudang bank dengan pengamanan kunci rangkap dan seterusnya. b. Secara fisik dikuasai dan digunakan kembali oleh pihak debitur, yaitu terutama, jaminan utama yang diikat oleh bank dengan cara fudicia. 8. Dari resiko barang jaminan, yaitu : a. Kekayaan yang mengandung resiko tinggi, dapat berupa kebakaran, hilang, rusak dan seterusnya. b. Kekayaan yang tidak mengandung resiko, dan oleh karenanya tidak perlu ditutup asuransinya misalnya, tanah hak milik. 9. Dari sudut yuridis, jaminan kredit dapat pula dibedakan menjadi : a. Jaminan kebendaan - Benda bergerak yaitu mempunyai ciri-ciri karena sifatnya tidak bergabung dengan tanah, misal prabot rumah tangga. Dan dapat karena ditentukan oleh Undang-undang misanya, hak atas surat berharga dan seterusnya. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. - Benda tidak bergerak yaitu memiliki ciri-ciri karena sifatnya tidak dapat bergerak misalnya tanah, karena tujuannya, pemakaiannya tidak dapat bergerak misalnya bangunan atau karena ditentukan oleh Undang-undang misalnya hak guna bangunan. b. Jaminan bukan kebendaan, atau disebut juga jaminan perorangan, antara lain bortocht avalist, yaitu suatu perjanjian dimana pihak ketiga menyanggupi kepada pihak berpiutang bahwa ia menyanggupi pembayaran suatu utang, apabila si berutang tidak menepati janjinya dikemudian hari.

2.2.5.2. Syarat-Syarat Jaminan

Menurut Muljono 1994 : 295, secara umum syarat-syarat jaminan perkreditan ada 2 yaitu : 1. Syarat-syarat ekonomi yang dipenuhi dari jaminan perkreditan antara lain: a. Mempunyai nilai ekonomis dapat diperjual-belikan secara umum dan bebas. b. Nilai tersebut harus lebih besar dari jumlah kredit yang diberikan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. c. Barang jaminan tersebut harus mudah dipasarkan tanpa harus mengeluarkan biaya pemasaran yang berat. d. Nilai barang jaminan tersebut harus constant dan akan lebih baik kalau nilainya juga ada kemungkinan akan mengalami pertambahan di kemudian hari. e. Kondisi dan lokasi barang jaminan tersebut cukup strategis dekat dengan pasar konsumen f. Secara fisik barang jaminan tersebut tidak cepat lusuh, rusak, obsolency, dan lain-lain sebab yang akan mengurangi nilai ekonomisnya. g. Barang jaminan tersebut mempunyai manfaat ekonomis dalam jangka waktu relatif lebih lama dari jangka waktu kredit yang dijaminnya. 2. Syarat-syarat yuridis yang harus dipenuhi dari suatu barang jaminan : a. Milik nasabah calon debitur yang bersangkutan. b. Ada dalam kekuasaan calon debitur sendirinya. c. Tidak berada dalam persengketaan dengan pihak lain. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. d. Memiliki bukti pemilikan sertifikat atas nama nasabah yang bersangkutan yang masih berlaku. e. Bukti-bukti pemilikan yang ada memenuhi syarat untuk diadakan pengikatan bank secara hipotik dan lain-lain ketentuan pengikatan yang telah ditetapkan secara yuridis perundang-undangan yang berlaku. f. Barang-barang jaminan tersebut bebas tidak ada ikatan jaminan pihak lain.

2.2.5.3. Fungsi Jaminan

Fungsi jaminan kredit dapat ditinjau dari sisi bank maupun dari sisi debitur. Menurut Bahsan 2007 : 102, dapat dikemukakan lebih lanjut sebagai berikut : 1. Jaminan kredit sebagai pengamanan perluasan kredit Fungsi jaminan kredit untuk mengamankan perlunasan kredit baru akan muncul pada saat kredit dinyatakan sebagai kredit macet. Selama kredit telah dilunasi oleh debitur, tidak akan terjadi pencairan jaminan kredit. Dalam hal ini jaminan kredit akan dikembalikan kepada debitur yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan hukum dan perjanjian kredit. Fungsi jaminan kredit untuk mengamankan pelunasan kredit sangat berkaitan dengan kepentingan bank yang menyalurkan dananya kepada debitur yang sering dikatakan mengandung resiko. Dengan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. adanya jaminan kredit yang dikuasai dan diikat bank sesuai dengan ketetuan hukum yang berlaku, pelaksanaan fungsi tersebut akan terlaksana pada saat debitur ingkar janji. 2. Jaminan kredit sebagai pendorong motivasi debitur Pengikat jaminan kredit yang berupa hak milik debitur yang dilakukan oleh bank, tentunya debitur yang bersangkutan takut akan kehilangan hartanya tersebut. Hal ini akan mendorong debitur berupaya untuk melunasi kreditnya kepada bank agar hartanya yang dijadikan jaminan kredit tersebut tidak hilang karena harus dicairkan oleh bank. 3. Fungsi yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan perbankan Keterkaitan jaminan kredit dengan ketentuan perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, misalnya dapat diperhatikan dari ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang penilaian agunan sebagai faktor pengurang dalam penghitungan PPA Penyisihan Penghapusan Aktiva, persyaratan agunan untuk restrukturisasi kredit yang dilakukan dengan cara pemberian fasilitas kredit, penilaian terhadap jaminan kredit dalam rangka manajemen resiko kredit dan sebagainya.

2.2.6. Laba Usaha

Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. Menurut Soemarso 2002 : 227, laba usaha adalah selisih antara pendapatan bruto pendapatan dengan beban usaha. Atau laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan. Menurut Statement of Financial Accounting Concept SFAC No.1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang berguna bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya FASB, 1978. Dan dinyatakan bahwa salah satu fokus utama pelaporan keuangan adalah memberikan informasi tentang kinerja suatu perusahaan yang disediakan melalui pengukuran laba. Tujuan utama pelaporan laba adalah membantu investor memprediksi arus kas masa yang akan datang. Kemampuan laba sebagai prediktor merupakan kualitas laba Schroeder 1998 : 105. Untuk menganalisis realisasi laba usaha maka data historis yang berurutan paling tidak selama kurun waktu dua tahun terakhir harus tersedia dan dapat dianalisis. Laporan laba atau rugi perusahaan pada periode-periode yang sudah berlaku menggambarkan situasi yang dihadapi oleh perusahaan, baik dalam bidang manajemen, keuangan maupun perpajakan, juga pengalaman dari pengelola tersebut.

2.2.7. Penjualan