KEPUTUSAN PEMBERIAN KREDIT MODAL KERJA PERUSAHAAN JASA PADA PT. BANK PEMBANGUNAN DAERAH BALI CABANG SINGARAJA.

(1)

SKRIPSI

Diajukan Oleh : Gede Adi Purnomo 0713010075/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memproleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Akuntansi

Diajukan Oleh : Gede Adi Purnomo 0713010075/FE/EA

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(3)

Yang Diajukan GEDE ADI PURNOMO

0713010075/ FE/ EA

Telah Dipertahankan Dihadapan dan Diterima Oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional ”Veteran” Jawa Timur

Pada Tanggal 30 Maret 2012

Pembimbing Utama Tim Penguji :

Ketua

Drs.Ec.Tamadoy Thamrin,MM Drs.Ec.Tamadoy Thamrin,MM

Sekretaris

Drs.Ec.Eko Riadi,MAks

Anggota

Dra.Ec.Dyah Ratnawati,MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Dr. Dhani Ichsanuddin N, MM NIP. 030217167


(4)

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Hyang Widhi Wasa, karena atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat berkesempatan untuk dapat kuliah di

UPN Veteran Jawa Timur serta menyelesaikan skripsi dengan judul “Keputusan

Pemberian Kredit Modal Kerja Perusahaan Jasa Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja”

Penyusunan skripsi ini untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur. Keberhasilan penulis menyelesaikan skripsi ini tentu tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan yang baik ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP., selaku Rektor Universitas Pembangunan

Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM., selaku Dekan Fakultas Ekonomi

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Drs. Ec. Saiful Anwar, MSi., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Ibu Dr. Sri Trisnaningsih, MSi., selaku Ketua Program Studi Akuntansi

Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Drs. EC. Tamadoy Thamrin, MM., selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak membantu dan meluangkan waktu serta dengan kesabarannya membimbing penulis sampai terselesainya skripsi ini.


(5)

6. Seluruh Dosen jurusan akuntansi dan Staff Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur yang telah banyak memberikan bekal ilmu pengetahuan.

7. Seluruh staf dan karyawan PT. Bank Pembangunan Daerah Bali, kususnya

Bapak Komang Buditha Wirautama yang telah banyak membantu dan meluangkan waktu dalam wawancara.

8. Keluarga yang tercinta Made Budi Adnyana dan Ketut Ratna Sri Utami

sebagai orang tua, serta adik-adik (Kadek Aldian D.S dan Komang Yoga K.D) yang telah menyediakan sarana prasarana serta dukungan selama ini.

9. Sahabat, teman sekaligus kekasihku Nyoman Dewi Yani yang telah

memberikan semangat, serta bantuannya.

10.Sahabat-sahabat selama perkuliahan Handry, Welita, Nopha, Sekar, Selly,

Ajeng, Kristanto, Andreas dan teman-teman yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuannya.

Semoga Hyang Widhi Wasa senantiasa membalas dan melimpahkan berkah, rahmat, dan karuniaNya atas segala budi baik semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.

Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu semua kritik dan saran yang bersifat membangun guna penyempurnaan skripsi ini sangat diharapkan penulis.

Surabaya, Maret 2012


(6)

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

ABSTRAKSI ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Ruag Lingkup Pembahasan ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 11


(7)

2.2.1.2. Kegiatan Usaha Perbankan ... 16

2.2.1.3. Sumber Dana Bank ... 19

2.2.2. Pengertian Akuntansi ... 21

2.2.3. Pengertian Laporan Keuangan ... 22

2.2.3.1. Jenis-janis Laporan Keuangan Bank ... 22

2.2.4. Pengertian Kredit ... 24

2.2.4.1. Unsur Kredit ... 24

2.2.4.2. Jenis Kredit ... 25

2.2.4.3. Tujuan dan Fungsi Kredit ... 29

2.2.4.4. Siklus Perkreditan ... 32

2.2.4.5. Analisa Kredit ... 39

2.2.5. Jaminan ... 55

2.2.5.1. Jenis-jenis Jaminan ... 56

2.2.5.2. Syarat-syarat Jaminan ... 59


(8)

2.2.8. Teori yang Berkaitan dengan Keputusan Pemberian

Kredit Modal Kerja ... 64

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 65

3.1.1. Lokasi Penelitian ... 66

3.1.2. Penentuan Informan ... 66

3.2. Sumber dan Jenis Data ... 67

3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 67

3.4. Analisis Data ... 69

3.5. Keabsahan Data ... 70

BAB IV GAMBARAN UMUM SUBYEK PENELITIAN 4.1. Sejarah Singkat PT. Bank Pembangunan Daerah Bali ... 75

4.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja ... 78


(9)

5.1. Deskripsi Hasil Penelitian ... 85

5.2. Analisis Pembahasan ... 86

5.2.1. Langkah Awal Sebelum Melakukan Analisis ... 87

5.2.2. Proses Analisa Kredit ... 91

5.2.3. Prangkat Analisa Kredit (PAK) ... 94

5.2.4. Flow Chart Proses Pemberian Kredit Bank BPD Bali ... 96

5.2.5. Wewenang dan Tanggung Jawab Pegawai/ Pejabat Kredit ... 99

5.2.6. Ketentuan Pengelolaan Debitur dengan 2 Jenis Kredit ... 100

5.2.7. Pengumpulan Data ... 100

5.2.8. Informasi/ Data yang Diperlukan ... 101

5.2.9. Sumber dan Cara Memproleh Informasi ... 104

5.2.10. Verifikasi Data ... 106

5.2.11. Prosedur Umum ... 111


(10)

5.2.14.Keterbatasan Penelitian ... 116

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 117

6.2. Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA


(11)

ABSTRAK

Pembangunan ekonomi yang dicapai saat ini masih harus menghadapi berbagai permasalahan, khususnya negara yang sedang berkembang. Pembangunan tersebut tentunya memerlukan dana dalam jumlah yang cukup besar. Salah satu sumber pendanaan tersebut adalah kredit bank. Kata kredit dalam kehidupan sehari-hari bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit tersebut sudah sangat popular.

Keputusan pemberian kredit tanpa adanya analisis akan sangat membahayakan Bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif, sehingga mungkin saja kredit sebenarnya tidak layak, tetapi masalah diberikan. Kemudian jika salah dalam menganalisis, maka kredit yang disalurkan yang sebenarnya tidak layak menjadi layak sehingga akan berakibat sulit untuk ditagih alias macet.

Permasalahan yang diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah bagaimana keputusan pemberian kredit modal kerja untuk perusahaan jasa yang diterapkan pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Tujuan penelitian ini memberikan penjelasan atau gambaran mengenai keputusan pemberian kredit modal kerja untuk perusahaan jasa yang dilakukan oleh PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja.

Hasil penelitian menunjukkan keputusan pemberian kredit yang diberikan oleh Bank BPD Bali Cabang Singaraja tidak lepas dari berbagai analisis, terutama analisis laporan keuangan, karena dengan analisis laporan keuangan pihak Bank dapat mengetahui kondisi keuangan nasabah dari sisi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitasnya. Verifikasi data/ informasi pada Bank BPD Bali Cabang Singaraja dilakukan oleh setiap Pejabat Kredit/ Pemasar (RM) dalam rangka memberikan rekomendasi/ masukan untuk pengambilan keputusan oleh Komite Pemutus Kredit (KPK). Pada dasarnya prosedur pemberian kredit modal kerja untuk perusahaan jasa secara umum yang diterapkan oleh Bank BPD Bali Cabang Singaraja dapat dikatakan telah sesuai dengan teori dan sudah memadai.


(12)

ABSTRACT

Economic development is achieved at this time still have to face various problems, in particular developing countries. Such development would require funding in large enough quantities. One of these funding sources are bank loans. Loan words in everyday life is not a word foreign to our society. Loan words are not only known by people in big cities, but up in the villages were said credit is already very popular.

Lending decisions in the absence of analysis would be very harmful to the Bank. Customer in this case easily provides fictitious data, so it might not actually deserve credit, but the problem is given. Then if any of the analyzes, the outstanding loans that are not worthy to be feasible so that it will result in difficult to jam billed alias.

The problems are taken as the basis of studies conducted in this study is how the decision to grant working capital credit for service company that applied to the PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja. The approach used in this study is a qualitative approach to the type of descriptive research. The purpose of this study provide an explanation or description of the decision to grant working capital credit for corporate services performed by PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja.

The results showed the decision to grant credit provided by Bank BPD Bali Cabang Singaraja can not be separated from the various analyzes, especially analyzes of financial statements, because the analysis of the financial statements of Bank customers can know the financial condition of the liquidity, solvency, profitability and activity. Verification of data / information on BPD Bank Bali Singaraja done by any Branch Officer Credit / Marketer (RM) in order to provide advice / input for decision by the Committee Breaker Credit (KPK). Basically the procedure of working capital for general corporate services applied by Branch of Bank BPD Bali Singaraja can be said to have been in accordance with the theory and is adequate.


(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Salah satu masalah yang mendasar yang dialami seluruh bangsa di dunia ini yaitu masalah tentang pembangunan ekonomi. Dengan mengacu pada sektor pembangunan ekonomi suatu Negara maka akan timbul pertumbuhan kesejahteraan suatu bangsa.

Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara dengan menekankan pada pemerataan pendapatan penduduk suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi (economic growth), pembangunan ekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dan sebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Yang dimaksud dengan pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan pendapatan nasional. Suatu negara dikatakan mengalami pertumbuhan ekonomi apabila terjadi peningkatan GNP secara riil diseluruh negara tersebut. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi. Ada beberapa faktor


(14)

yang mempengaruhi pembangunan ekonomi, namun pada hakikatnya faktor-faktor tersebut dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu faktor-faktor Ekonomi dan

faktor non ekonomi. (http://herikurniawan19.wordpress.com/2011/02/22/

pembangunan-ekonomi-mendorong-pertumbuhan-ekonomi/) diunduh 22

November 2011.

Pembangunan ekonomi yang dicapai saat ini masih harus menghadapi berbagai permasalahan, khususnya negara yang sedang berkembang. Pembangunan tersebut tentunya memerlukan dana dalam jumlah yang cukup besar. Salah satu sumber pendanaan tersebut adalah kredit bank.

Bagi masyarakat yang hidup di negara maju, seperti negara-negara di Eropa, Amerika dan Jepang, mendengar kata bank sudah bukan merupakan barang yang asing. Bank sudah merupakan mitra dalam rangka memenuhi semua kebutuhan keuangan mereka. Bank dijadikan sebagai tempat untuk melakukan berbagai transakasi yang berhubungan dengan keuangan seperti, tempat mengamankan uang, melakukan pembayaran atau melakukan penagihan. Bank dapat dikatakan sebagai darahnya perekonomian suatu negara. Oleh karena itu kemajuan suatu bank disuatu negara dapat pula dijadikan ukuran kemajuan negara yang bersangkutan. Semakin maju suatu negara, maka semakin besar peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakatnya. (Kasmir, 2002 : 1)


(15)

Berbeda dengan negara-negara berkembang, seperti Indonesia, pemahaman bank di negera ini baru sepotong-sepotong. Sebagian masyarakat hanya memahami bank sebatas tempat meminjam dan menyimpan uang belaka. Bahkan terkadang sebagian masyarakat belum memahami bank secara utuh, sehingga pandangan tentang bank sering diartikan secara keliru. Selebihnya banyak masyarakat yang tidak paham sama sekali tentang dunia perbankan. Semua ini tentu dapat dipahami karena pengenalan tentang dunia perbankan secara utuh terhadap masyarakat sangat minim, sehingga tidak mengherankan keruntuhan dunia perbankanpun tidak terlepas dari kurang pahamnya pengelola perbankan ditanah air dalam memahami dunia perbankan secara utuh. (Kasmir, 2002 : 2)

Menurut Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa bank merupakan lembaga keuangan yang kegiatannya adalah (Kasmir, 2002 : 4)

1. Menghimpun dana (uang) dari masyarakat dalam bentuk simpanan,

maksudnya dalam hal ini bank sebagai tempat menyimpan uang atau berinvestasi bagi masyarakat.


(16)

3. Memberikan jasa-jasa bank lainnya, seperti pengiriman uang (transfer), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari dalam kota (clearing), penagihan surat-surat berharga yang berasal dari luar kota dan luar negeri (inkaso), letter of credit (L/C) dan jasa lainnya.

Kata kredit dalam kehidupan sehari-hari bukan merupakan perkataan yang asing bagi masyarakat kita. Perkataan kredit tidak saja dikenal oleh masyarakat di kota-kota besar, tetapi sampai di desa-desa pun kata kredit tersebut sudah sangat popular. Populernya istilah kredit dikalangan masyarakat disebabkan karena setiap manusia selalu berusaha untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia beraneka ragam sesuai dengan harkatnya selalu meningkat, sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas.

Menurut Kasmir (2002 : 109), pada dasarnya kredit hanya satu macam saja bila dilihat dari pengertian yang terkandung didalamnya. Akan tetapi dalam praktiknya kredit yang diberikan bank umum dan bank perkreditan rakyat untuk masyarakat terdiri dari berbagai jenis. Secara umum jenis-jenis kredit dapat dilihat dari berbagai segi antara lain: kegunaan kredit, tujuan kredit, jangka waktu kredit, jaminan dan sektor usaha. Dilihat dari segi penggunaannya kredit terbagi dalam beberapa macam (kredit investasi dan kredit modal kerja). Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun


(17)

proyek/ pabrik baru atau untuk keperluan rehabilitasi. Contoh kredit investasi misalnya untuk membangun pabrik atau membeli mesin-mesin. Sedangkan kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dan operasionalnya. Sebagai contoh kredit modal kerja diberikan untuk membeli bahan baku, membayar gaji pegawai atau biaya-biaya lainnya yang berkaitan dengan proses produksi perusahaan.

Bank Pembangunan Daerah Bali sebagai salah satu bank umum di Indonesia berperan aktif di bidang perbankan. Hingga akhir Desember tahun 2010 bank umum lokal satu-satunya saat ini berhasil membukukan laba setelah pajak Rp 230 milyar atau tumbuh 21,05% dibandingkan Desember 2009 Rp 190 milyar. Dilihat dari segi aset, Bank BPD Bali telah menembus angka Rp 9,078 trilyun atau tumbuh 37,36% dibandingkan Desember 2009 yang sebesar Rp 6,609 trilyun. Pertumbuhan aset yang cukup signifikan ini didorong oleh penyaluran kredit sebesar Rp 6,261 trilyun pada Desember 2010, atau tumbuh sebesar 13,47% dari Rp 5,518 trilyun pada Desember 2009. Kenaikan jumlah kredit terbesar diberikan untuk tujuan modal kerja. Kredit yang diberikan untuk tujuan modal kerja tumbuh 196,47% dari Rp 283 milyar pada 2009 menjadi Rp 839 milyar pada tahun 2010. Kredit konsumsi tetap memberikan kontribusi terbesar dalam portfolio kredit, yaitu sebesar 70,82% atau sebesar Rp 4,434 trilyun dari total kredit yang diberikan sebesar


(18)

PT. Bank Pembangunan Daerah Bali (BPD Bali) sebagai salah satu bank pemerintah daerah yang memberikan fasilitas pinjaman dana bagi para pengusaha untuk memperlancar dan mengembangkan usahanya dalam bentuk kredit. Salah satu fasilitas kredit yang diberikan oleh Bank BPD Bali adalah kredit modal kerja yang memberikan kemudahan dalam persyaratan pemberian kredit. Ketentuan pemberian kredit harus mengacu pada tiga asas, yaitu likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas serta prinsip 6 C antara lain

Character (watak), Capacity (kemampuan), Capital (modal), Collateral

(jaminan), dan Condition of Economy (kondisi ekonomi) dan Constrain (hambatan). Tujuannya agar pihak bank mempunyai kenyakinan atas kesanggupan debitur untuk membayar (ability to pay) dan keyakinan atas kemauan debitur untuk membayar (willingness to pay). Seperti yang telah dijelaskan pada penelitian terdahulu oleh Sundari (2008), bahwa prinsip 6 C dipakai sebagai acuan dalam keputusan pemberian kredit diantaranya adalah

prinsip Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition of Economy dan

Constrain karena prinsip-prinsip tersebut berpengaruh positif terhadap keputusan pemberian kredit.

Menurut Kasmir (2002 : 101), pemberian kredit tanpa dianalisis terlebih dulu akan sangat membahayakan bank. Nasabah dalam hal ini dengan mudah memberikan data-data fiktif, sehingga mungkin saja kredit sebenarnya tidak layak, tetapi masalah diberikan. Kemudian jika salah dalam


(19)

menjadi layak sehingga akan berakibat sulit untuk ditagih alias macet. Oleh karena itu, untuk meyakinkan bank bahwa si nasabah benar-benar dapat dipercaya, maka sebelum kredit diberikan terlebih dulu bank mengadakan analisis kredit. Analisis kredit mencakup latar belakang nasabah atau perusahaan, prospek usahanya, jaminan yang diberikan serta faktor-faktor lainnya. Tujuan analisis ini adalah agar bank yakin bahwa kredit yang diberikan benar-benar aman.

Tabel 1.1 : Data Pemberian Kredit Modal Kerja (dalam ribuan) Nama Nasabah Permohonan Kredit (Rp) Jaminan (Rp) Laba Usaha (Rp) / Thn

Penjualan (Rp) / Thn

Realisasi Kredit (Rp)

A 300.000 626.000 46.600 584.400 50.000

B 49.000 119.200 66.200 703.800 49.000

C 30.000 112.000 30.400 238.100 30.000

D 150.000 398.000 179.700 1.290.500 150.000

E 1.000.000 1.954.500 451.400 5.293.800 800.000

Sumber : PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja

Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat diketahui bahwa ada permohonan kredit yang tidak disetujui, yaitu pada nasabah A dan E, hal ini disebabkan pihak PT. Bank Pembangunan Daerah Bali dalam pemberian kredit berpedoman pada nilai permohonan kredit yang diajukan oleh debitur,


(20)

jaminan yang diberikan, laba usaha dan penjualan yang dicapai oleh pengusaha setiap tahunnya. Pada nasabah A yang mengajukan permohonan kredit sebesar Rp.300.000.000,- dengan jaminan Rp.626.000.000,-, laba usaha Rp.46.600.000,- dan penjualan yang dicapai setahunnya Rp.584.400.000,- tetapi pihak bank hanya dapat merealisasikan kredit sebesar Rp.50.000.000,- atau sebesar 16,66% dari jumlah permohonan kredit. Pada nasabah B mengajukan permohonan kredit sebesar Rp.49.000.000,- dengan jaminan Rp.119.200.000,- laba usaha Rp.66.200.000,- dan penjualan yag dicapai setahunnya Rp703.800.000 maka pihak bank dapat merealisasikan sepenuhnya yaitu Rp.49.000.000,- atau sebesar 100% dari jumlah permohonan kredit. Pada nasabah C dan D, pihak bank memberikan perlakuan yang sama dengan nasabah B yaitu mendapatkan realisasi kredit sebesar 100% dari jumlah permohonan kredit. Pada nasabah E mengajukan permohonan kredit sebesar Rp.1.000.000.000,- dengan jaminan Rp1.954.500.000,- laba usaha Rp.451.400.000,- dan penjualan yang dicapai setahun Rp.5.293.800.000,- tetapi pihak bank merealisasikan kredit sebesar Rp.800.000.000- atau sebesar 80% dari jumlah permohonan kredit. Faktor-faktor yang mengakibatkan bank terpaksa melakukan penolakan kredit, yaitu kurangnya legalitas usaha, nasabah tidak melakukan pencatatan dengan baik, dan nasabah tidak dapat menyerahkan jaminan tambahan yang cukup memadai atau nilai jaminan yang tidak cukup. Bank menyetujui permohonan


(21)

menjalankan usahanya, administrasi keuangan telah dijalankan dengan benar, adanya jaminan yang memadai dari nilai permohonan kredit yang diajukan, dan semua persyaratan pengajuan kredit telah dipenuhi.

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul : “Keputusan Pemberian Kredit Modal

Kerja Perusahaan Jasa Pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Singaraja”

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat diambil sebagai dasar kajian dalam penelitian yang dilakukan adalah “Bagaimanakah keputusan pemberian kredit modal kerja untuk perusahaan jasa yang diterapkan pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja?”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

Untuk mengetahui bagaimana PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja dalam melakukan keputusan pemberian kredit modal kerja untuk perusahaan jasa.


(22)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan, yaitu antara lain:

1) Bagi Pendidikan

Sebagai bahan masukan yang bermanfaat bagi kemajuan studi dan perkembangan ilmu ekonomi khususnya dibidang kredit dan sebagai bahan referensi penelitian dimasa yang akan datang.

2) Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan praktis tentang keputusan pemberian kredit modal kerja secara relevansinya dengan ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu ekonomi pada khususnya.

3) Bagi PT BPD Bali Cabang Singaraja

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan analisis pengambilan keputusan tentang pemberian kredit.

1.5. Ruang Lingkup Pembahasan

Penulis membatasi ruang lingkup permasalahan hanya mengenai bagaimana PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Cabang Singaraja dalam melakukan keputusan pemberian kredit modal kerja untuk perusahaan jasa. Agar penelitian lebih terarah dan tidak menyimpang dari pokok permasalahan


(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan pihak lain mengenai keputusan

pemberian kredit pada bank yang dapat dipakai sebagai bahan masukan dilakukan oleh :

Sundari (2008) Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Dengan judul penelitian “Pengaruh Character, Capacity, Capital, Colateral dan Condition of Economic Terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Kaliasin Surabaya”. Dalam penelitian ini membahas permasalahan tentang pengaruh

Character, Capacity, Capital, Colateral dan Condition of Economic

terhadap keputusan pemberian kredit investasi. Variabel yang digunakan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu variabel terikat (Y) adalah keputusan pemberian kredit investasi sedangkan variable bebas (X) adalah character (X1), capacity (X2), capital (X3), colateral (X4) dan condition of

economic (X5). Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa variabel

watak (X1), modal (X3), jaminan (X4), dan kondisi ekonomi (X5)

berpengaruh secara nyata dan berhubungan positif terhadap keputusan

pemberian kredit investasi (Y), sedangkan variabel kemampuan (X2) tidak

berhubungan secara nyata dan berhubungan negatif terhadap keputusan pemberian kredit investasi (Y).


(24)

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Ovi Anindita (2010) Universitas Pembangunan Naional “Veteran” Jawa Timur, dengan judul “Keputusan Pemberian Kredit Investasi Perusahaan Dagang Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto”. Penelitian ini membahas tentang pengaruh jaminan, laba usaha dan penjualan terhadap keputusan pemberian kredit investasi perusahaan dagang pada BRI Cabang Mojokerto. Penelitian ini disajikan secara kuantitatif dengan metode pengumpulan data dari dokumen yang ada pada BRI Cabang Mojokerto selama tahun 2010. Variabel yang digunakan yang digunakan dalam penelitian tersebut yaitu Variabel terikat (Y) adalah keputusan pemberian kredit, sedangkan variabel

bebas (X) adalah nilai jaminan kredit (X1), laba usaha (X2), penjualan (X3).

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah secara simultan Nilai Jaminan

Kredit (X1), Laba Usaha (X2), dan Penjualan (X3) berpengaruh terhadap

keputusan pemberian kredit investasi (Y) yang diberikan oleh BRI Cabang

Mojokerto. Secara parsial Nilai Jaminan Kredit (X1) dan Penjualan (X3)

berpengaruh secara signifikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit

Investasi (Y), sedangkan Laba Usaha (X2) berpengaruh tetapi tidak

signifikan terhadap Keputusan Pemberian Kredit Investasi (Y)

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Made Nik Yunariani Dewi (2010) Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja. Dengan judul penelitian “Prosedur Pemberian Kredit Untuk Golongan Berpenghasilan Tetap Dan Kaitannya Dengan Sistem Pengendalian Intern Pada PT. BPD Bali Cabang Seririt”. Permasalahan yang dibahas dalam penelitian tersebut adalah


(25)

tentang prosedur pemberian kredit untuk golongan berpenghasilan tetap pada serta sistem pengendalian intern dalam pemberian kredit untuk golongan berpenghasilan tetap pada PT BPD Bali Cabang Seririt. Penelitian ini menggunakan metodelogi penelitian kualitatif deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan Bagi mereka yang termasuk ke dalam golongan berpenghasilan tetap seperti PNS, kredit yang akan diberikan didasarkan pada besarnya gaji yang diperolehnya. Untuk golongan berpenghasilan tetap (PNS) jangka waktu pemberian kredit maksimal 10 tahun dengan angsuran 85% dari gaji dan bunga 15%. Sedangkan untuk jaminan kreditnya adalah Taspen, SK Pengangkatan dan Karpeg. PT BPD Bali Cabang Seririt menggunakan struktur organisasi garis dalam pelaksanaannya, dimana semua wewenang datangnya dari atasan kepada bawahan dan tanggung jawab langsung dari bawahan kepada atasan. Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah Pada dasarnya Prosedur Pemberian Kredit untuk Golongan Berpenghasilan Tetap yang diterapkan oleh PT BPD Bali Cabang Seririt dapat dikatakan telah sesuai dengan teori dan sudah memadai. Namun terdapat kekurangan pada Tahap Penata Usahaan dan Administrasi Kredit, karena masih terlihat adanya berkas yang tercecer dan tidak disimpan dengan rapi sehingga menyulitkan jika ada pihak yang berkepentingan terhadap isi berkas tersebut. Sistem pengendalian intern yang diterapkan sudah sesuai dengan situasi dan kondisi PT BPD Bali Cabang Seririt. Secara intern dapat dilihat dari pengaplikasian sistem pengendalian intern yang bertujuan untuk mencegah adanya resiko yang tidak diinginkan dan


(26)

membantu dalam meningkatkan pencapaian kredit yang sudah ditetapkan. Namun terkadang masih terdapat kelemahan seperti disetujuinya pemberian jumlah kredit yang tidak sebanding dengan besarnya gaji yang diperoleh sehingga melebihi batas plafond kredit yang seharusnya sudah ditetapkan.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pengertian Bank

Pengertian Bank menurut Pasal 1 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/ atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Dendawijaya (2005 : 14), Bank merupakan badan usaha yang wujudnya memuaskan keperluan orang akan kredit baik dengan uang yang diterimanya dari orang lain maupun dengan jalan mengeluarkan uang baru sebagai uang kertas atau uang logam.

Berdasarkan pengertian bank di atas, terdapat suatu misi bagi bank, yaitu meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Artinya bahwa dana-dana yang telah dihimpun bank dari masyarakat harus dialokasikan dan disalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit agar usaha masyarakat dapat meningkat. Dengan meningkatkan laju dan pemerataan


(27)

pembangunan ekonomi di Indonesia. Dengan demikian, dapat disimpulkan peranan bank dalam masyarakat adalah :

1. Penghimpun dana masyarakat.

2. Penyalur dana dalam bentuk kredit.

3. Memperlancar dalam transaksi perdagangan yang dilakukan oleh

masyarakat.

2.2.1.1. Jenis-jenis Bank

Menurut Dendawijaya (2005 : 15), jenis atau bentuk bank bermacam-macam, tergantung pada cara penggolongannya. Penggolongannya dapat dilakukan berdasarkan hal-hal sebagai berikut :

1. Jenis bank berdasarkan Undang-Undang.

Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang No. 19 tahun 1998

tentang perubahan UU No. 7 tahun 1992 tentang perbankan, terdapat 2 jenis bank, yaitu :

a. Bank Umum, dan

b. Bank Perkreditan Rakyat.

2. Jenis bank berdasarkan kepemilikannya.

a. Bank milik negara (Badan Usaha Milik Negara atau

BUMN)

b. Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik

Daerah)


(28)

d. Bank milik swasta campuran (nasional dan asing)

e. Bank milik asing (cabang atau perwakilan)

3. Jenis bank berdasarkan penekanan kegiatannya

a. Bank retail (Retail Banks)

b. Bank korporasi (Corporate Banks)

c. Bank komersial (Commercial Banks)

d. Bank pedesaan (Rural Banks)

e. Bank pembangunan (Development Banks)

f. dan lain-lain.

4. Jenis Bank berdasarkan pembayaran bunga dan pembagian hasil

usaha.

a. Bank konvesional

b. Bank berdasarkan prinsip syariah.

2.2.1.2. Kegiatan Usaha Perbankan

Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 pasal 6 dan 7, disebutkan kegiatan yang dilakukan oleh Bank Umum sesuai dengan pasal 6, yaitu meliputi :

a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

b. Memberikan kredit.


(29)

d. Membeli, menjual, atau meminjam atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya :

1) Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh

bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat yang dimaksud.

2) Surat pengakuan utang dan kertas dagang lainnya yang

masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan perdagangan surat-surat dimaksud.

3) Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan

pemerintah.

4) Sertifikat Bank Indonesia.

5) Obligasi.

6) Surat dagang berjangka waktu sampai dengan satu tahun.

7) Instrument surat berharga lain yang berjangka waktu

sampai dengan satu tahun.

e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun

untuk kepentingan nasabah.

f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau

meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.

g. Menerima pembayaran dan tagihan atas surat berharga dan


(30)

h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang atau surat berharga.

i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain

berdasarkan suatu kontrak.

j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah

lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek.

k. (Menurut UU No. 10 tahun 1998 pasal 6 huruf k dalam UU No. 7

Tahun 1992 dihapus)

l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kredit dan kegiatan ahli

amanat.

m. Menyediakan pembiayaan dan/ atau melakukan kegiatan lain

berdasarkan Prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank

sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang ini dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Selain melakukan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 di atas, Bank Umum juga mempunyai usaha lain yaitu :

a. Melakukan kegiatan dalam valuta asing dengan memenuhi


(31)

b. Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan, seperti sewa guna usaha, modal ventura, perusahaan efek, asuransi, serta lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan, dengan memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

c. Melakukan kegiatan penyertaan modal sementara untuk

mengatasi akibat kegagalan kredit atau kegagalan pembiayaan berdasarkan Prinsip Syariah, dengan syarat harus menarik kembali penyertaannya dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

d. Bertindak sebagai pendiri dana pensiun dan pengurus dana

pensiun sesuai dengan ketentuan dalam perundang-undangan dana pensiun yang berlaku.

2.2.1.3. Sumber Dana Bank

Bank dalam melakukan aktivitasnya sehari-hari membutuhkan dana untuk membiayai kegiatan operasional bank. Dana untuk membiayai operasinya diperoleh dari berbagai sumber. Adapun sumber-sumber dana bank tersebut (Dendawijaya, 2005 : 46)

1. Dana yang bersumber dari modal bank sendiri

Sumber dana ini berasal dari pemilik bank atau para pemegang saham, yang terdiri dari :


(32)

a. Modal disetor, merupakan uang yang disetor secara efektif dari pemegang saham pada saat bank didirikan.

b. Agio saham, merupakan nilai selisih jumlah uang yang di

bayarkan oleh pemegang saham baru dibandingkan dengan nilai nominal saham.

c. Cadangan-cadangan, merupakan sebagian laba bank yang

disisihkan dalam bentuk cadangan modal dan cadangan lainnya yang digunakan untuk menutup kemungkinan timbulnya risiko di kemudian hari.

d. Laba ditahan, merupakan laba milik para pemegang saham

yang diputuskan oleh mereka sendiri melalui rapat umum pemegang saham untuk tidak dibagikan sebagai deviden, tetapi dimasukkan kembali dalam modal kerja untuk operasional kerja.

2. Dana yang bersumber dari pihak luar

Sumber dana ini berasal dari pinjaman pihak luar, yang terdiri atas dana-dana sebagai berikut :

a. Pinjaman antar bank (Call Money)

b. Pinjaman biasa antar bank, merupakan pinjaman dari bank

lain yang berupa jaminan biasa dengan jangka waktu yang relatif lebih lama.


(33)

d. Pinjaman dari Bank Indonesia (BI), merupakan pinjaman (kredit) yang diberikan bank Indonesia kepada bank untuk membiayai usaha-usaha masyarakat yang tergolong berprioritas tinggi.

3. Dana yang bersumber dari masyarakat

Sumber dana ini dihimpun dari masyarakat dan merupakan sumber dana terbesar yang paling diandalkan oleh bank, yaitu terdiri dari :

a. Giro

b. Deposito

c. Tabungan

2.2.2. Pengertian Akuntansi

Menurut Faud (2005 : 2), secara luas pengertian akuntansi dapat

didefinisikan sebagai suatu seni untuk melakukan pencatatan, pengelompokan, pengiktisaran dan pelaporan serta penganalisaan terhadap transaksi-transaksi ekonomi perusahaan guna pengambilan suatu keputusan.

Akuntansi juga bisa didefinisikan sebagai konsep informasi maupun sebagai sistem informasi. Sebagai konsep informasi, akuntansi merupakan kegiatan jasa yag menyediakan informasi kuantitatif terutama yang bersifat keuangan, tentang kesatuan-kesatuan ekonomi yang dimaksudkan agar bermanfaat dalam pengambilan keputusan ekonomi, dalam menetapkan pilihan yang pantas dalam berbagai alternatif tindakan.


(34)

Sedangkan sebagai sistem informasi, akuntansi merupakan proses yang menjalin sumber informasi, saluran komunikasi dan seperangkat penerima (Taswan, 2005 : 3).

2.2.3. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan-laporan yang disajikan oleh suatu perusahaan dalam hal ini lembaga perbankan pada periode tertentu bertujuan antara lain (Faud, 2005 : 17) :

a. Memberikan informasi tentang posisi keuangan bank menyangkut

harta bank, kewajiban bank serta modal bank pada periode tertentu.

b. Memberikan informasi menyangkut laba rugi suatu bank pada

periode tertentu.

c. Memberikan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan

dengan laporan keuangan yang disajikan suatu bank.

d. Memberikan informasi tentang performance suatu bank.

Berdasarkan tujuan-tujuan yang dijelaskan diatas, maka dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah suatu bentuk laporan yang terdiri dari aktiva, kewajiban, modal bank, laporan hasil usaha dan perubahan-perubahan lainnya.


(35)

Menurut Faud (2005 : 19), Pihak bank memiliki laporan keuangan tersendiri dalam menyajikan informasi tentang laporan keuangan. Laporan keuangan ini disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dan Standar Akuntansi Perbankan Indonesia (SKAPI) Sebagai berikut:

a. Neraca

Laporan keuangan yang menggambarkan keadaan harta bank, kewajiban atau hutang bank serta modal bank pada akhir periode tertentu.

b. Laba Rugi

Laporan ini menggambarkan posisi hasil usaha suatu bank, berupa pendapatan yang diterima serta pengeluaran-pengeluaran pada periode tertentu.

c. Laporan Arus Kas

Laporan yang menunjukan penerimaan dan pengeluaran selama periode tertentu yang dikelompokan dalam aktivitas operasi, aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan.

d. Laporan Perubahan Modal (Equitas)

Laporan yang menunjukan perubahan equitas bank yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan bank selama periode pelaporan.


(36)

e. Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan ini berkaitan dengan pos-pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas yang sifatnya memberikan penjelasan baik yang bersifat kualitas maupun kuantitas, termasuk komitmen dan kontijensi serta transaksi-transaksi lainnya.

2.2.4. Pengertian Kredit

Dana yang diperoleh bank dalam bentuk simpanan akan disalurkan kembali kepada masyarakat, berupa kredit. Kata kredit berasal dari bahasa Yunani yakni “credere” yang berarti kepercayaan, sehingga saat seseorang atau badan usaha diberikan pinjaman, diyakini dapat mengembalikannya, karena orang atau badan usaha percaya bahwa dana yang diberikan akan dikembalikan.

Menurut UU RI No. 10 Tahun 1998 dikatakan bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat disamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”.

2.2.4.1. Unsur Kredit

Menurut Kasmir (2004 : 94), dalam suatu kredit terdapat unsur-unsur sebagai berikut :


(37)

Suatu keyakinan pemberian kredit bahwa kredit yang diberikan akan benar-benar diterima kembali di masa yang akan datang.

2. Kesepakatan

Kesepakatan antara si pemberi kredit dengan si penerima kredit.

3. Jangka waktu

Terdapat jangka waktu antara si pemberi kredit dan si penerima dalam pengembalian kredit yang telah disepakati.

4. Resiko

Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko tidak tertagihnya/ macet pemberian kredit.

5. Balas jasa

Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita kenal dengan nama bunga.

2.2.4.2. Jenis Kredit

Menurut Abdullah (2004 : 85), kredit dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek pendekatan ini :

a. Menurut Tujuan Pemberian/ Penggunaan

1)Kredit komersial, yaitu kredit yang ditunjukkan untuk


(38)

kredit revolving maupun kredit non-revolving. Jenis kredit komersial misalnya :

 Pinjaman rekening Koran

 Pembiayaan giro mundur

 Pinjaman aksep

 Anjak piutang

 Pinjaman berjangka

 Bank garansi

2)Kredit konsumtif, yaitu yang dipergunakan untuk

pembeliaan barang tertentu bukan keperluan usaha (aktifitas yang produktif) melainkan untuk (konsumsi) dan merupakan pinjaman yang bersifat non-revolving. Jenis kredit konsumtif misalnya :

 Kredit kepemilikan rumah

 Kredit kepemilikan kendaraan

 Kartu kredit

 Kredit konsumtif lainnya

b. Menurut Jangka Waktu Kredit

1)Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang memiliki jangka

maksimum satu tahun.

2)Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang memiliki jangka


(39)

3)Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari tiga tahun.

c. Menurut Bentuk Jaminan

1) Kredit dengan jaminan, yaitu kredit yang diberikan

dengan adanya jaminan dari debitur, baik berupa harta bergerak maupun harta tidak bergerak.

2) Kredit tanpa jaminan, yaitu pemberian kredit dengan

tidak berdasarkan barang jaminan.

d. Menurut Status Hukum Debitur

1) Kredit bagi debitur korporasi, yaitu kredit yang diberikan

kepada debitur berstatus badan hukum (corporate loans) dan dalam jumlah kredit bersekala menengah/ besar.

2) Kredit bagi debitur perorangan, yaitu kredit yang

diberikan kepada debitur bersetatus perorangan (personal loans) dalam jumlah kredit bersekala kecil.

e. Menurut Segmen Usaha

1) Whole Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada

individu meupun korporasi untuk menjalankan bidang usaha.

2) Retail Loans, yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah

(debitur) untuk tujuan konsumsi.


(40)

1) Kredit revolving, yaitu kredit yang dananya dapat ditarik berulang-ulang, artinya jumlah kredit dapat ditarik sekaligus atau secara bertahap tergantung kepada kebutuhan debitur.

2) Kredit non-revolving, yaitu kredit yang dananya

dilakukan sekaligus dan perluasannya dilakukan secara bertahap maupun sekaligus.

g. Menurut Sumber Dana Pembiayaan

1) Kredit likuiditas, yaitu kredit yang sebagian sumber dana

pembiayaan diperoleh melalui Kredit Likuiditas Bank Indonesia (KLBI).

2) Kredit pihak ketiga, yaitu kredit yang sebagian sumber

dana pembiayaannya diperoleh dari dana pihak ketiga (giro, tabungan, deposito).

Menurut Siamat (2004 : 166), kredit dilihat segi penggunaannya terdiri atas:

a. Kredit modal kerja

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank untuk menambah modal kerja debitur. Kredit modal kerja ini pada prinsipnya meliputi modal kerja untuk tujuan komersial, industri, kontraktor bangunan dan sebagainya.


(41)

b. Kredit Investasi

Yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada perusahaan untuk digunakan melakukan investasi untuk membeli barang-barang modal. Kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk membiayai pengadaan barang-barang modal maupun jasa yang diperlukan dalam rangka rehabilitasi, moderenisasi, ekspansi, relokasi dan pendirian proyek baru.

2.2.4.3. Tujuan dan Fungsi Kredit

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi bank tersebut didirikan. Menurut Kasmir (2004 : 95), tujuan pemberian suatu kredit adalah sebagai berikut :

a. Mencari Keuntungan

Bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini penting untuk kelangsungan hidup bank.


(42)

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluaskan usahanya.

c. Membantu Pemerintah

Tujuan lainnya adalah membantu pemerintah dalam segala bidang. Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Disamping memiliki tujuan pemberian suatu fasilitas kredit juga memiliki fungsi yang sangat luas. Menurut Kasmir (2004 : 97), fungsi kredit secara luas antara lain :

a. Untuk meningkatkan daya guna uang

Dengan adanya kredit dapat meningkatkan daya guna uang. Dengan diberikannya kredit uang tersebut menjadi berguna untuk menghasilkan barang atau jasa oleh si penerima kredit.

b. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Dalam hal ini uang yang diberikan atau disalurkan akan beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya sehingga, suatu daerah yang kekurangan uang dengan memproleh kredit maka daerah tersebut akan memproleh tambahan uang dari daerah lainnya.


(43)

Kredit yang diberikan oleh bank akan dapat digunakan oleh debitur untuk mengolah barang yang tidak berguna menjadi berguna atau bermanfaat.

d. Meningkatkan peredaran barang

Kredit dapat pula menambah atau memperlancar arus barang dari satu wilayah ke wilayah lainnya, sehingga jumlah barang yang beredar dari satu wilayah ke wilayah lainnya bertambah atau kredit dapat pula meningkatkan jumlah barang yang beredar.

e. Sebagai alat stabilitas ekonomi

Dengan memberikan kredit dapat dikatakan sebagai stabilitas ekonomi karena adanya kredit yang diberikan akan menambah jumlah barang yang diperlukan oleh masyarakat. Kredit dapat pula membantu dalam mengekspor barang dari dalam negeri ke luar negeri sehingga meningkatkan devisa negara.

f. Meningkatkan kegairahan berusaha

Bagi si penerima kredit tentu akan dapat meningkatkan kegairahan berusaha apalagi bagi nasabah yang modalnya pas-pasan.

g. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan

Semakin banyak kredit yang disalurkan maka akan semakin baik terutama dalam hal meningkatkan pendapatan. Jika sebuah kredit diberikan untuk membangun pabrik, maka pabrik tersebut tentu


(44)

membutuhkan tenaga kerja sehingga, dapat pula mengurangi pengangguran. Disamping itu bagi masyarakat sekitar pabrik juga dapat meningkatkan pendapatannya seperti membuka warung atau menyewa rumah kontrakan atau jasa lainnya.

h. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Dalam hal pinjaman internasional akan dapat meningkatkan dan saling membutuhkan antara si penerima kredit dengan si pemberi kredit. Pemberian kredit oleh negara lain akan meningkatkan kerja sama di bidang lainnya.

2.2.4.4. Siklus Perkreditan

Menurut Dendawijaya (2005 : 74), siklus perkreditan yang dimulai sejak permohonan kredit hingga akhirnya disetujui, dicairkan, diawasi, dan pelunasan kredit, akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Permohonan kredit

Permohonan kredit yang diajukan oleh calon nasabah kepada bank, umumnya dilakukan dengan menyampaikan dokumen-dokumen sebagai berikut :

a. Surat permohonan resmi.

b. Akte pendirian perusahaan yang merupakan lembaga yang secara

resmi memohon kredit, sekaligus menjelaskan siapa yang berwenang meminta kredit dan lembaga yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan penerimaan kredit, termasuk kewajiban


(45)

nasabah kredit seperti melunasi utang (angsuran) beserta bunganya dalam jangka waktu yang telah disepakati.

c. Penjelasan atau uraian singkat tentang rencana proyek atau bisnis

yang akan dilakukan oleh nasabah.

d. Untuk proyek yang cukup besar dan membutuhkan jumlah kredit

yang besar, dilengkapi dengan suatu laporan kelayakan proyek (feasibility study) yang disusun oleh suatu lembaga konsultan yang ditunjuk oleh calon nasabah.

e. Laporan keuangan perusahaan.

f. Informasi-informasi lain yang biasanya selalu diminati oleh bank

seperti:

1) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)

2) Keterangan domisili dari perusahaan

3) Izin-izin yang telah diperoleh dalam rangka

pembagunan proyek maupun bisnis yang telah berjalan.

4) Rekening perusahaan pada beberapa bank

2. Analisis kredit

Secara umum, analisis kredit dilakukan berdasarkan dua metode, yaitu :

a. Metode penilaian “6C” yang meliputi character, capital,


(46)

b. Metode penilaian “6A” yang meliputi aspek yuridis (hukum), pasar dan pemasaran, teknis, manajemen, keuangan, dan social ekonomis.

3. Persetujuan kredit

Analisis kredit yang dibuat oleh account officer atau wirakredit diperiksa (review) dahulu oleh atasannya, kepada bagian kredit, sebelum disampaikan ke direksi bank. Nama dari laporan analisis kredit bermacam-macam, tergantung pada sistem dan prosedur yang dimiliki bank, antara lain sebagai berikut :

a. Laporan analisis kredit

b. Laporan analisis permohonan kredit

c. Laporan rekomendasi kredit

d. Appraisal study

e. Laporan kelayakan proyek

Atas dasar laporan analisis kredit diatas, pembahasan atau persetujuan kredit dilakukan oleh lembaga yang mungkin berbeda-beda, tergantung pada sistem dan prosedur yang berlaku pada masing-masing bank.

4. Perjanjian kredit

Perjanjian kredit (akad kredit) dipersiapkan oleh seorang notaries publik yang ditunjuk bank atau dipilih oleh calon nasabah. Bank mengirimkan ahli hukumnya untuk mendampingi wirakredit dalam membahas berbagai ketentuan yang harus dimuat dalam perjanjian


(47)

kredit. Secara umum, isi perjanjian kredit yang dibuat oleh notaris publik berdasarkan masukan dari pihak bank adalah sebagai berikut :

a. Pihak pemberi kredit (bank yang bersangkutan)

b. Pihak penerima kredit (perusahaan nasabah)

c. Tujuan pemberian kredit, dalam hal ini tergantung pada jenis

proyek atau bisnis yang akan dibangun, diperluas, direhabilitasi, ditambah modal kerja dan lain-lain.

d. Besarnya biaya proyek, termasuk investasi tetap, kebutuhan

modal kerja, biaya pendahuluan, dan sebagainya.

e. Besarnya kredit yang akan diberikan oleh bank.

f.Tingkat bunga kredit.

g. Biaya-biaya lain yang harus dibayar nasabah kredit, seperti

appraisal fee, commitment fee, supervision fee, provisi kredit dan

lain-lain.

h. Jangka waktu pengembalian kredit (angsuran)

i.Jadwal pembayaran angsuran kredit dan pembayaran bunga kredit

yang dinyatakan secara terperinci pada pasal tertentu dalam perjanjian kredit yang dituangkan dalam lampiran perjanjian kredit.

j.Jaminan kredit, yang meliputi jenis jaminan, pemiliknya, jumlah

dan nilainya serta cara pengikatannya secara hukum yang dinyatakan secara hukum yang dinyatakan secara terperinci


(48)

dalam pasal tertentu pada perjanjian kredit dan dituangkan pada lampiran perjanjian kredit.

k. Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelum kredit dicairkan.

l.Kewajiban-kewajiban yang harus dilakukan atau dipenuhi oleh

nasabah kredit selama kredit belum dilunasi.

m. Hak-hak yang dimiliki bank selama kredit belum dilunasi,

misalnya memeriksa secara fisik keadaan proyek yang di biayai bank, memeriksa buku-buku dan laporan keuangan nasabah, dan lain-lain.

5. Pencairan kredit

Pencairan kredit diminta debitur kredit hanya dapat dilakukan bank setelah debitur yang bersangkutan memenuhi berbagai persyaratan seperti dituangkan dalam perjanjian kredit yang ditandatangani kedua pihak (bank dan debitur) serta dicatat di hadapan notaris publik. Persyaratan untuk pencairan kredit tersebut umumnya meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Perjanjian kredit sudah ditandatangani

b. Penarikan kredit sudah sesuai dengan kebutuhan proyek, misalnya

untuk membayar kontraktor yang membangun pabrik.

c. Penarikan kredit sudah sesuai dengan jadwal pembangunan

proyek

d. Permohonan pencairan kredit didukung oleh dokumen-dokumen


(49)

e. Besarnya kredit harus sesuai dengan perbandingan/ rasio yang disepakati antara dana yang bersumber dari nasabah/ debitur dan pembiayaan dari bank (loan atau debt)

6. Pengawasan kredit

Pengawasan (monitoring) kredit meliputi berbagai aspek atau kegiatan, yakni sebagai berikut :

a. Adanya administrasi kredit yang memadai dan menggunakan

cara-cara mutahir, seperti penggunaan komputer on line system, dan sebagainya.

b. Keharusan bagi nasabah kredit untuk menyampaikan laporan

secara berkala atas jenis-jenis laporan yang telah disepakati dan dituangkan dalam perjanjian kredit.

c. Keharusan bagi wirakredit (account officer) untuk melakukan

kunjungan ke perusahaan ataupun proyek yang di biayai bank, baik selama berlangsungnya pembangunan proyek maupun setelah proyek tersebut berjalan sebagai suatu usaha bisnis.

d. Adanya konsultasi yang terstruktur antara pihak bank dengan

debitur, terutama jika debitur mulai mengalami kesulitan dalam bisnisnya atau telah menunjukkan tanda-tanda kemungkinan terjadinya kemacetan.

e. Adanya suatu “sistem peringatan” pada administrasi bank

(umumnya dikelola oleh wirakredit yang menangani nasabah yang bersangkutan)


(50)

7. Perlunasan kredit

Dalam kondisi yang ideal, nasabah akan selalu dapat memenuhi kewajibannya terhadap bank sesuai dengan kesepakatannya yang dimuat dalam perjajian kredit. Nasabah dapat membayar angsuran pokok pinjaman beserta bunganya sesuai dengan jadwal yang telah dibuat, sehingga kedit/ pinjaman bank akhirnya dinyatakan lunas.

8. Tambahan kredit

Bagi nasabah yang berhasil dalam menjalankan usaha atau proyeknya, nasabah tersebut akan datang kembali ke bank untuk membicarakan kemungkinan memproleh penambahan kredit bagi perluasan usaha atau proyeknya.

9. Kredit bermasalah

Perkembangan pemberian kredit yang paling tidak menggembirakan bagi pihak bank adalah apabila kredit yang diberikannya ternyata menjadi kredit bermasalah. Hal ini terutama disebabkan oleh kegagalan pihak debitur memenuhi kewajibannya untuk membayar angsuran pokok beserta bunga yang telah disepakati kedua belah pihak dalam perjanjian kredit.

10. Penyelamatan kredit bermasalah

Dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah pihak bank dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut : a. Rescheduling


(51)

Rescheduling merupakan upaya pertama dari pihak bank untuk

menyelamatkan kredit yang diberikan kepada debitur. Cara ini dilakukan jika ternyata pihak debitur tidak mampu untuk memenuhi kewajibannya dalam hal pembayaran kembali angsuran pokok maupun bunga kredit.

b. Reconditioning

Reconditioning merupakan usaha pihak bank untuk menyelamatkan kredit yang diberikannya dengan cara mengubah sebagian atau seluruh kondisi yang semula disepakati bersama pihak debitur dan dituangkan dalam perjanjian kredit.

c. Restructuring

Restructuring atau restrukturisasi adalah usaha penyelamatan

kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. Pembiayaan suatu proyek atau bisnis tidak seluruhnya berasal dari modal sendiri, tetapi sebagian besar dibiayai dengan kredit yang diperoleh dari bank.

d. Kombinasi 3-R

Dalam rangka penyelamatan kredit yang bermasalah bila dianggap perlu bank dapat melakukan berbagai kombinasi dari tindakan rescheduling, reconditioning, dan restructuring.


(52)

e. Eksekusi

Eksekusi yang dilakukan bank melalui berbagai cara, antara lain:

1) Menyerahkan kewajiban kepada BUPN (Badan Usaha

Piutang Negara).

2) Menyerahkan perkara ke pengadilan negeri (perkara

perdata).

2.2.4.5. Analisa Kredit

Analisa kredit atau penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisis atau menilai suatu permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur kredit sehingga dapat memberikan keyakinan kepada pihak bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak. Pelaksanaan analisis kredit berpedoman pada UU No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan, khususnya pasal 1 ayat (11), pasal 8, dan pasal 29 ayat (3).

Sebelum melaksanakan prinsip-prinsip perkreditan dalam pemberian suatu kredit, bank harus berdasarkan kebijaksanaan kredit memperhatikan dengan 3 azas pokok (Muljono 1994 : 20), yaitu :

1. Azas likuiditas

Yaitu suatu azas yang mengharuskan bank untuk tetap menjaga tingkat likuiditasnya, karena suatu bank yang tidak likuid akibatnya akan sangat parah yaitu hilangnya kepercayaan dari para nasabahnya atau dari masyarakat luas.


(53)

2. Azas solvabilitas

Usaha pokok perbankan yaitu menerima simpanan dana dari masyarakat dan disalurkan dalam bentuk kredit.

3. Azas rentabilitas

Dimana dalam setiap kegiatan usaha selalu mengharapkan untuk memperoleh laba, baik untuk mempertahankan eksistensinya maupun untuk keperluan mengembangkan dirinya.

Secara umum analisis kredit dilakukan berdasarkan dua prinsip (Dendawijaya, 2005 : 88), yaitu :

1. Analisis kredit berdasarkan prinsip “6C” yang meliputi

sebagai berikut :

a. Character (C-1)

Dalam melakukan analisis mengenai watak/ karakter berkaitan dengan integritas dari calon debitur. Integritas ini sangat menentukan willingness to pay atau kemauan membayar kembali nasabah atas kredit yang telah dinikmatinya. Penilaian terhadap itikad atau kemauan baik nasabah untuk memenuhi kewajibannya memang agak sukar untuk dilaksanakan, khususnya terhadap calon nasabah yang baru dikenal oleh bank. Penilaian lebih mudah dilakukan jika telah terjalin hubungan antara bank dengan calon debitur atau dapat


(54)

dicairkan dari informasi yang mendukung, baik dari kalangan perbankan maupun dari kalangan bisnis. Informasi dari kalangan perbankan diperoleh melalui surat menyurat/ korespondensi antar bank yang dikenal dengan bank information, termasuk permohonan resmi ke Bank Indonesia untuk memproleh informasi tentang calon debitur, baik mengenai pribadinya maupun perusahaan (bisnis) yang dimilikinya.

b. Capital (C-2)

Pembiayaan suatu proyek yang akan dijalankan debitur tidak seluruhnya berasal dari bank dan debitur. Oleh karena itu pihak debitur wajib memiliki sejumlah dana guna dapat berpartisipasi dalam pembiayaan proyeknya. Perbandingan antara besarnya pembiyaan dari bank dengan besarnya modal sendiri yang dapat disediakan nasabah disebut debt to equity ratio. Penilaian terhadap pemodalan sangat erat hubungannya dengan nilai modal yang dimiliki calon nasabah guna membiayai proyek yang akan dijalankan. Besarnya kemampuan modal calon nasabah dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan yang dimiliki calon nasabah, semakin mudah memproleh data tentang modal sendiri. Perusahaan-perusahaan kecil umumnya tidak memiliki


(55)

laporan keuangan yang dapat dianalisis yang dilakukan oleh bank.

c. Capacity (C-3)

Capacity adalah penilaian terhadap calon nasabah kredit dalam hal kemampuan memenuhi kewajiban yang telah disepakati dalam perjanjian pinjaman atau akad kredit, yakni melunasi pokok pinjaman disertai bunga sesuai dengan ketentuan dan syarat-syarat yang diperjanjikan. Kemampuan-kemampuan calon nasabah yang harus diukur adalah sebagai berikut :

1) Kemampuan calon nasabah menyediakan dana

untuk pembiayaan.

2) Kemampuan calon nasabah untuk membangun

proyek.

3) Kemampuan nasabah untuk menghasilkan

produk dari proyeknya.

4) Kemampuan nasabah untuk menjual hasil

produksinya.

5) Kemampuan nasabah untuk memproeh laba dari

penjualan tersebut.

6) Kemampuan nasabah untuk menyediakan cash

yang memadai untuk membayar kewajiban-kewajibannya.


(56)

Hal-hal yang dianalisis adalah sebagai berikut :

1) Jadwal pembangunan proyek yang akan dibiayai

bank dan nasabah.

2) Rencana produksi dan penjualan (produk

maupun jasa).

3) Proyeksi laba/ rugi atau project income

statement (misalnya selama lima tahun atau

selama jangka waktu kredit).

4) Proyeksi arus kas (project cash flow).

5) Kemampuan manajerial dari pimpinan

perusahaan dalam mengelola bisnisnya kelak.

6) Kemampuan nasabah untuk memenuhi

kewajiban-kewajiban pada pihak-pihak lainnya.

d. Condition Of Economy (C-4)

Suatu proyek yang akan dibiayai lebih bersama oleh bank dan nasabah kredit tertentu memiliki berbagai ciri tertentu, misalnya jenis bisnis yang akan digeluti, jenis produk (atau jasa) yang akan diproduksi, sasaran pasar yang akan dituju, harga yang akan ditawarkan, promosi yang akan dijalankan, dan sebagainya. Dalam rangka proyeksi pemberian kredit, kondisi perekonomian harus pula ikut dianalisis (paling sedikit dalam jangka waktu kredit). Kondisi-kondisi tersebut antara lain meliputi :


(57)

1) Kondisi dari sektor industri dimana proyek akan dibangun;

2) Ketergantungan terhadap bahan baku yang

harus diimpor;

3) Nilai kurs valuta terhadap nilai uang domestik

(rupiah);

4) Peraturan-peraturan pemerintah yang berlaku;

5) Kondisi perekonomian secara nasional, regional,

dan global;

6) Kemampuan untuk memperoleh sumber daya

(bahan baku, tenaga kerja);

7) Tingkat bunga kredit yang berlaku, dan

sebagainya.

e. Collateral (C-5)

Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan pemerintah Bank Indonesia, setiap pembelian kredit oleh bank harus didukung oleh adanya jaminan/ agunan yang memadai, kecuali untuk program-program pemerintah. Collateral atau agunan kredit merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi terlebih dahulu sebelum permohonan kredit disetujui atau dicairkan. Collateral atau agunan pada umumnya adalah barang-barang yang diserahkan peminjam kepada bank sebagai jaminan atas kredit atau


(58)

pinjaman yang diterimanya. Dengan demikian, collateral atau jaminan tersebut berfungsi sebagai :

1) Bagian dari pelaksanaan prinsip kehati-hatian yang

dilakukan bank;

2) Cara yang dilakukan bank untuk mengantisipasi

kemungkinan terjadinya kegagalan usaha atau proyek yang dibiayai;

3) Cara untuk mendorong nasabah agar mau

bersungguh-sungguh dalam melaksanakan/ mengelola proyeknya yang ikut dibiayai bank;

4) Pengganti pembayaran apabila nasabah tidak

memenuhi kewajibannya kepada bank, misalnya dijual melalui lelang umum dan berbagai cara lain sesuai dengan ketentuan serta perundang-undangan yang berlaku.

f. Constrain (C-6)

Constrain merupakan faktor hambatan atau rintangan berupa faktor-faktor sosial psikologis yang ada pada suatu daerah atau wilayah tertentu yang menyebabkan suatu proyek tidak dapat dilaksanakan. Misalnya, pendirian suatu pabrik farmasi yang akan memproduksi obat-obatan antibiotika dan vitarian, tetapi merencanakan pula untuk mengelola ganja dan ekstasi,


(59)

rasanya sulit untuk diberikan izin oleh instansi yang berwenang.

2. Analisis kredit berdasarkan “6A”

Metode analisis “6A” adalah metode analisis kredit yang lebih teliti, tepat, dan akurat. Berdasarkan ketentuan Bank Indonesia, pihak bank (pemberi kredit) diharuskan untuk melakukan penelitian yang seksama terhadap kesanggupan dan kemampuan nasabah debitur (penerima kredit) untuk melaksanakan proyeknya dan pengembalian kredit yang diterimanya. Prinsip ini meliputi sebagai berikut :

a. Analisis aspek yuridis (hukum)

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti ketentuan-ketentuan legalitas dari perusahaan atau badan hukum yang akan memproleh bantuan kredit atau pembiayaan dari bank. Analisis ini meliputi sub aspek sebagai berikut :

1. Badan usaha

1) Bentuk usaha

2) Nama badan usaha

3) Pemegang saham

4) Anggaran dasar perusahaan

5) Penanggung jawab perusahaan


(60)

7) Bidang usaha

8) Domisili

2. Izin-izin yang harus dimiliki

1) Persetujuan prinsip

2) Izin penggunaan tanah

3) Izin gangguan

4) Izin bangunan

5) Izin usaha perdagangan

3. Perjanjian-perjanjian

1) Perjanjian dalam manajemen

2) Perjanjian lisensi produk

3) Perjanjian penyediaan bahan baku

4) Perjanjian pengalihan saham

b. Analisis aspek pasar dan pemasaran

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk meneliti kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk atau jasa yang diproduksi dari proyek yang dibiayai dengan kredit bank serta meneliti strategi pemasaran apa yang digunakan oleh investor atau pengelola proyek agar perusahaan dapat memenangkan persaingan yang cukup kompetitif. Dengan demikian, analisis yang dilakukan meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut :


(61)

1. Luas dan bentuk pasar

1) Kebutuhan (demand)

2) Penyediaan (supply)

3) Jumlah dan kepastian produsen

4) Jenis dan sifat konsumen

5) Cara menghitung besarnya pasar

6) Daftar skala prioritas (BKPM)

2. Pangsa pasar

1) Bagian pasar yang akan dikuasai

2) Segmen pasar dan jenis konsumen

3. Saingan usaha

1) Jumlah saingan

2) Data saingan

a. Lokasi usaha

b. Daerah pemasaran

c. Kualitas produk

d. Harga jual

e. Pelayanan pemasaran

f. Piutang dagang saingan

g. Teknologi yang digunakan

h. Purna jual

3) Saingan dari barang impor


(62)

1) Rencana jenis produk yang akan dipasarkan

2) Rencana volume penjualan

3) Rencana harga

4) Rencana daerah penjualan

5) Sistem distribusi

6) Rencana diskon harga dan komisi

7) Rencana diskon

c. Analisis aspek teknis

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengelola proyek dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan proyek serta kesiapan teknis perusahaan dalam melakukan operasinya nanti sebagai business

entity. Untuk analisis dibidang teknis ini meliputi

berbagai sub aspek sebagai berikut :

1. Lokasi pabrik/ pemilihan lokasi

1) Faktor bahan baku

2) Faktor pasar

3) Faktor tenaga kerja

4) Faktor angkutan

5) Faktor tanah (soil)

2. Bangunan


(63)

2) Bangunan gudang

3) Bangunan kantor

4) Bangunan prasarana

3. Sistem dan alat transportasi

1) Alat transportasi dan pabrik

a. Overhead crane

b. Fork lift

2) Alat transportasi di luar pabrik

a. Truk

b. Sedan, jepp, sepeda motor

4. Peralatan kantor

1) Mesin ketik, komputer, dan telepon

2) Faksimile, mesin fotocopy, mesin gambar

5. Layout bangunan

6. Bahan baku dan bahan penolong

1) Spesifikasi bahan baku

2) Sumber bahan baku

3) Syarat, harga, dan pengiriman

4) Syarat angkutan

5) Syarat penyimpanan

6) Kontinuitas bahan baku

7. Persediaan


(64)

2) Barang setengah jadi

3) Barang jadi

8. Persediaan

1) Mesin produksi

2) Mesin pembantu

3) Peralatan pabrik

4) Tata letak mesin

5) Cara bekerja mesin

6) Kapasitas teknis (design)

7) Rencana produksi

8) Peralatan (maintenance)

9) Suku cadang

9. Proses produksi

10.Produksi percobaan

11.Pembuangan sisa proses

d. Analisis aspek manajemen

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampauan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek ataupun manajemen perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Penilaian dilakukan terhadap jenis serta bentuk manajemen pada saat proyek sedang dibangun (belum beroperasi) dan pada saat perusahaan sudah beroperasi. Analisis pada aspek


(65)

manajemen ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut :

1. Struktur organisasi

1) Badan organisasi

2) Line dan staff function

3) Komite-komite

2. Uraian tugas (job description)

3. Sistem dan prosedur

4. Kebutuhan tenaga kerja (penarikan dan penempatan

tenaga kerja)

5. Evaluasi pribadi penguasa

e. Analisis aspek keuangan

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai kemampuan dan kecakapan dari manajemen pengelola proyek atau manajemen perusahaan dalam bidang keuangan. Penilaian dilakukan terhadap proyek yang masih dalam pembangunan dan proyek yang sudah berkembang menjadi perusahaan/ bisnis. Analisis yang dilakukan berbeda-beda tergantung kepada jenis proyek, misalnya: proyek baru; proyek perluasan; proyek rehabilitasi; diversifikasi produk; dan lain-lain. Analisis pada aspek ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut:


(66)

1. Penilaian data keuangan proyek

1) Biaya investasi

2) Biaya modal kerja

3) Biaya prainvestasi

2. Sumber pembiayaan

1) Modal investor (equity)

2) Kredit bank (debt)

3. Kemampuan proyek

1) Proyeksi penjualan

2) Proyeksi arus kas

3) Proyeksi laba/ rugi

4) Proyeksi neraca

5) Payback period

6) Net present value

7) Internal rate of return (IRR)

8) Profitability index

4. Penilaian data keuangan perusahaan/ bisnis yang

sudah beroperasi.

f. Analisis aspek sosial ekonomi

Analisis pada aspek ini pada dasarnya bertujuan untuk menilai sejauh mana proyek yang akan dibangun dan dibiayai dengan kredit bank memiliki value added yang tinggi dilihat dari sudut pandang sosial maupun


(67)

makro ekonomis, terutama dilihat dari pandangan pihak pemerintah dan masyarakat, seperti kesempatan kerja; penerima devisa; penghematan devisa; penggunaan bahan baku lokal; pendapatan negara dari segi pajak; kelestarian alam; dan lain sebagainya. Analisis pada aspek ini meliputi berbagai sub aspek sebagai berikut :

1. Kesempatan kerja (employment)

2. Penggunaan bahan baku lokal

3. Menghasilkan devisa

4. Penghematan devisa

5. Penerimaan pajak bagi negara

6. Subsidi dari negara

7. Tax holiday

8. Backward dan forward integration

9. Pemerataan usaha vs konglomerasi

10. Dampak lingkungan

2.2.5. Jaminan

Kredit tanpa jaminan sangat membahayakan posisis bank,

jaminan kredit (collateral) dalam perkreditan karena berbagai sebab tetap menduduki posisinya yang penting, terutama dalam fungsinya untuk pengaman apabila kredit yang diberikan tersebut mengalami kegagalan. Oleh karena itu tidaklah berlebihan kiranya sekali lagi para analisis kredit


(68)

untuk diminta kejelian dan ketelitian dalam penilaian barang-barang yang dijamin kepada bank. Menurut Muljono (1994 : 290), dalam penilaian ini ada 2 sasaran pokok yaitu :

a. Untuk menilai nilai ekonomis dari barang jaminan.

b. Untuk menilai nilai yuridis dari barang jaminan yang

bersangkutan.

Kedua nilai/ persyaratan tersebut harus dipenuhi secara lengkap apabila jaminan yang akan diikat tersebut memang ditujukan sebagai alat pengamanan atas kredit yang diberikan.

2.2.5.1. Jenis-Jenis Jaminan

Secara umum wujud dari jaminan perkreditan dapat dilihat dari

berbagai sudut, antara lain :

1. Dari pemilik barang jaminan itu sendiri :

a. Dapat berupa kekayaan dari si debitur yang bersangkutan

b. Dapat pula berupa kekayaan dari pihak ketiga lainnya yang

digunakan untuk menjamin kredit yang diperoleh si debitur tersebut.


(69)

2. Dari status kekayaan tersebut didalam suatu perusahaan :

a. Dapat sebagai current assets, antara lain berupa piutang (diikat

dengan cara cessie) stock persediaan barang-barang yang diperdagangkan, barang-barang setengah jadi, bahan baku dan seterusnya.

b. Dapat juga sbagai fixed asset, yaitu kekayaan produksi dari

debitur yang bersangkutan seperti tanah, bangunan, alat transportasi dan seterusnya.

3. Dari wujud barang jaminan itu sendiri :

a. Jaminan adalah bentuk tangible asset yaitu barang-barang yang

ada wujudnya secara fisik antara lain aktiva lancar, aktiva tetap milik perusahaan atau kebendaan lainnya.

b. Jaminan dalam bentuk intangible asset yaitu jaminan kredit yang

tidak ada wujudnya secara fisik, misalnya jaminan pribadi letter of

quarante, letter of comfort, rekomendasi, tanda tangan avalist dan

seterusnya.

4. Dari fungsinya dalam kegiatan perkreditan yang bersangkutan


(70)

a. Jaminan utama, yaitu barang-barang yang diperoleh (dibeli) dengan kredit yang bersangkutan, dan kemudian dijaminkan kepada bank kembali.

b. Jaminan tambahan, yaitu barang-barang jaminan lainnya diluar

yang dibiayai dengan kredit tersebut, dengan maksud sebagai alat pengamanan terhadap kredit yang telah ditarik oleh debitur.

5. Dari jumlah kreditur, maka jaminan dapat pula dibedakan :

a. Sebagai jaminan tunggal, yaitu atas suatu kekayaan hanya ada

pengikatan jaminan dengan satu bank saja.

b. Dapat pula jaminan tersebut berupa jaminan gabungan yang diikat

sebagai barang jaminan oleh beberapa kreditur bersama-sama atau secara sendiri-sendiri oleh masing-masing kreditur yang bersangkutan.

6. Dari kestabilan nilai barang jaminan :

a. Akan mengalami penurunan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu,

misalnya gedung, alat transportasi, mesin, stock barang dagangan (kecuali logam mulia) dan seterusnya.

b. Akan mengalami kenaikan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu

yang lain, misalnya tanah, logam mulia, valuta asing, dan seterusnya.


(71)

7. Dari penguasaan barang jaminan :

a. Secara fisik dikuasi oleh bank, dan disimpan dalam gudang atau

dalam khasanah bank misalnya logam mulia, sertifikat deposito, surat-surat berharga, barang dagangan yang dikuasai dalam gudang bank dengan pengamanan kunci rangkap dan seterusnya.

b. Secara fisik dikuasai dan digunakan kembali oleh pihak debitur,

yaitu terutama, jaminan utama yang diikat oleh bank dengan cara fudicia.

8. Dari resiko barang jaminan, yaitu :

a. Kekayaan yang mengandung resiko tinggi, dapat berupa

kebakaran, hilang, rusak dan seterusnya.

b. Kekayaan yang tidak mengandung resiko, dan oleh karenanya

tidak perlu ditutup asuransinya misalnya, tanah hak milik.

9. Dari sudut yuridis, jaminan kredit dapat pula dibedakan menjadi :

a. Jaminan kebendaan

- Benda bergerak yaitu mempunyai ciri-ciri karena

sifatnya tidak bergabung dengan tanah, misal prabot rumah tangga. Dan dapat karena ditentukan oleh Undang-undang misanya, hak atas surat berharga dan seterusnya.


(72)

- Benda tidak bergerak yaitu memiliki ciri-ciri karena sifatnya tidak dapat bergerak misalnya tanah, karena tujuannya, pemakaiannya tidak dapat bergerak misalnya bangunan atau karena ditentukan oleh Undang-undang misalnya hak guna bangunan.

b. Jaminan bukan kebendaan, atau disebut juga jaminan perorangan,

antara lain bortocht avalist, yaitu suatu perjanjian dimana pihak ketiga menyanggupi kepada pihak berpiutang bahwa ia menyanggupi pembayaran suatu utang, apabila si berutang tidak menepati janjinya dikemudian hari.

2.2.5.2. Syarat-Syarat Jaminan

Menurut Muljono (1994 : 295), secara umum syarat-syarat

jaminan perkreditan ada 2 yaitu :

1. Syarat-syarat ekonomi yang dipenuhi dari jaminan perkreditan

antara lain:

a. Mempunyai nilai ekonomis (dapat diperjual-belikan) secara

umum dan bebas.


(73)

c. Barang jaminan tersebut harus mudah dipasarkan tanpa harus mengeluarkan biaya pemasaran yang berat.

d. Nilai barang jaminan tersebut harus constant dan akan lebih baik

kalau nilainya juga ada kemungkinan akan mengalami pertambahan di kemudian hari.

e. Kondisi dan lokasi barang jaminan tersebut cukup strategis (dekat

dengan pasar/ konsumen)

f. Secara fisik barang jaminan tersebut tidak cepat lusuh, rusak,

obsolency, dan lain-lain sebab yang akan mengurangi nilai

ekonomisnya.

g. Barang jaminan tersebut mempunyai manfaat ekonomis dalam

jangka waktu relatif lebih lama dari jangka waktu kredit yang dijaminnya.

2. Syarat-syarat yuridis yang harus dipenuhi dari suatu barang

jaminan :

a. Milik nasabah calon debitur yang bersangkutan.

b. Ada dalam kekuasaan calon debitur sendirinya.


(74)

d. Memiliki bukti pemilikan/ sertifikat atas nama nasabah yang bersangkutan yang masih berlaku.

e. Bukti-bukti pemilikan yang ada memenuhi syarat untuk diadakan

pengikatan bank secara hipotik dan lain-lain ketentuan pengikatan yang telah ditetapkan secara yuridis/ perundang-undangan yang berlaku.

f. Barang-barang jaminan tersebut bebas tidak ada ikatan jaminan

pihak lain.

2.2.5.3. Fungsi Jaminan

Fungsi jaminan kredit dapat ditinjau dari sisi bank maupun dari

sisi debitur. Menurut Bahsan (2007 : 102), dapat dikemukakan lebih lanjut sebagai berikut :

1. Jaminan kredit sebagai pengamanan perluasan kredit

Fungsi jaminan kredit untuk mengamankan perlunasan kredit baru akan muncul pada saat kredit dinyatakan sebagai kredit macet. Selama kredit telah dilunasi oleh debitur, tidak akan terjadi pencairan jaminan kredit. Dalam hal ini jaminan kredit akan dikembalikan kepada debitur yang bersangkutan sesuai dengan ketentuan hukum dan perjanjian kredit. Fungsi jaminan kredit untuk mengamankan pelunasan kredit sangat berkaitan dengan kepentingan bank yang menyalurkan dananya kepada debitur yang sering dikatakan mengandung resiko. Dengan


(75)

adanya jaminan kredit yang dikuasai dan diikat bank sesuai dengan ketetuan hukum yang berlaku, pelaksanaan fungsi tersebut akan terlaksana pada saat debitur ingkar janji.

2. Jaminan kredit sebagai pendorong motivasi debitur

Pengikat jaminan kredit yang berupa hak milik debitur yang dilakukan oleh bank, tentunya debitur yang bersangkutan takut akan kehilangan hartanya tersebut. Hal ini akan mendorong debitur berupaya untuk melunasi kreditnya kepada bank agar hartanya yang dijadikan jaminan kredit tersebut tidak hilang karena harus dicairkan oleh bank.

3. Fungsi yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan perbankan

Keterkaitan jaminan kredit dengan ketentuan perbankan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, misalnya dapat diperhatikan dari ketentuan-ketentuan yang mengatur tentang penilaian agunan sebagai faktor pengurang dalam penghitungan PPA (Penyisihan Penghapusan Aktiva), persyaratan agunan untuk restrukturisasi kredit yang dilakukan dengan cara pemberian fasilitas kredit, penilaian terhadap jaminan kredit dalam rangka manajemen resiko kredit dan sebagainya.


(76)

Menurut Soemarso (2002 : 227), laba usaha adalah selisih antara pendapatan bruto (pendapatan) dengan beban usaha. Atau laba yang diperoleh semata-mata dari kegiatan utama perusahaan.

Menurut Statement of Financial Accounting Concept (SFAC)

No.1 menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyajikan informasi yang berguna bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya (FASB, 1978). Dan dinyatakan bahwa salah satu fokus utama pelaporan keuangan adalah memberikan informasi tentang kinerja suatu perusahaan yang disediakan melalui pengukuran laba.

Tujuan utama pelaporan laba adalah membantu investor

memprediksi arus kas masa yang akan datang. Kemampuan laba sebagai prediktor merupakan kualitas laba (Schroeder 1998 : 105). Untuk menganalisis realisasi laba usaha maka data historis yang berurutan paling tidak selama kurun waktu dua tahun terakhir harus tersedia dan dapat dianalisis. Laporan laba atau rugi perusahaan pada periode-periode yang sudah berlaku menggambarkan situasi yang dihadapi oleh perusahaan, baik dalam bidang manajemen, keuangan maupun perpajakan, juga pengalaman dari pengelola tersebut.


(1)

Penelitian ini dirasakan telah dilakukan secara optimal, namun masih terdapat keterbatasan-keterbatasan antara lain:

1. Periode pengamatan relatif singkat, yaitu selama tahun 2011.

2. Lokasi penelitian cukup jauh sehingga menyulitkan jika terdapat data yang kurang.

3. Data-data di Bank BPD Bali Cabang Singaraja yang berhubungan dengan kredit modal kerja banyak bersifat rahasia, sehingga penulis hanya dapat menggambarkan keputusan pemberian kredit modal kerja perusahaan jasa secara umum.


(2)

117 

 

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian dan pembahasan mengenai keputusan pemberian kredit modal kerja untuk perusahaan jasa pada PT. Bank Pembangunan Daerah Bali Kantor Cabang Singaraja, penulis mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berbagai analisis sangat perlu dilakukan, terutama Analisis Laporan Keuangan merupakan aspek yang paling penting dalam menilai kinerja perusahaan calon debitur. Dengan Analisis Laporan Keuangan, Bank BPD Bali Cabang Singaraja dapat mengetahui kondisi keuangan nasabah dari sisi likuiditas, solvabilitas, profitabilitas dan aktivitasnya. Analisis Laporan Keuangan yang diterapkan di Bank BPD Cabang Singaraja terdiri dari Analisa Rasio Keuangan, Analisa Pernyataan Rugi-Laba dan Neraca, Analisa Pernyataan dan Pengadaan Kas, Analisa Proyeksi Arus Kas, Analisa Aspek-aspek Perusahaan Lainnya, dan Analisa Kecukupan Jaminan.

2. Verifikasi data/ informasi pada Bank BPD Bali Cabang Singaraja dilakukan oleh setiap Pejabat Kredit/ Pemasar (RM) dalam rangka memberikan rekomendasi/ masukan untuk pengambilan keputusan


(3)

oleh Komite Pemutus Kredit (KPK). Tujuan verifikasi data/ informasi adalah untuk memperoleh data/ informasi yang akurat, lengkap dan mutakhir sebagai salah satu syarat untuk melakukan analisa/ evaluasi kredit, yang baik dan dapat dipercaya.

3. Pada Bank BPD Bali Cabang Singaraja, pegawai/ pejabat yang bersangkutan dalam melaksanakan proses analisa/ evaluasi dan keputusan pemberian kredit telah diberikan wewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaannya. Oleh karena itu wewenang yang diberikan tidak sama untuk setiap jabatan.

4. Pada dasarnya prosedur pemberian kredit modal kerja secara umum yang diterapkan oleh Bank BPD Bali Cabang Singaraja dapat dikatakan telah sesuai dengan teori dan sudah memadai. Namun masih terdapat sedikit kekurangan pada beberapa bagian, karena terlihat adanya berkas-berkas yang masih tercecer dan tidak disimpan dengan rapi sehingga menyulitkan jika ada pihak yang berkepentingan terhadap isi berkas tersebut.

6.2.Saran

Berdasarkan pengamatan serta dari hasil simpulan yang diperoleh, maka penulis memberikan saran yang kiranya dapat dijadikan bahan pertimbangan sebagai berikut :


(4)

119 

 

1. Prosedur Pemberian Kredit pada Bank BPD Bali Cabang Singaraja pada umumnya telah melalui prosedur yang berlaku, untuk itu perlu tetap dipertahankan sehingga dapat meningkatkan kinerja dan pendapatan bagi bank. Selain itu hendaknya Bank BPD Bali Cabang Singaraja khususnya Bagian Kredit menerapkan Penata Usahaan sehingga tidak terdapat lagi berkas-berkas kredit yang tercecer yang nantinya memudahkan dalam pencarian berkas jika diperlukan kembali.

2. Perlu adanya pelatihan dan peningkatan jumlah kerja sumber daya manusia (karyawan) agar dapat melaksanakan analisa/ evaluasi pemberian kredit secara cepat dan tepat, serta menghindari adanya tugas berganda.

3. Pada setiap meja perlu dibuatkan label nama duduk diisi beserta jabatannya, sehingga memudahkan nasabah kredit untuk mengenal pegawai/ petugas yang bertanggung jawab terhadap permohonan kredit. Selain itu juga perlu dibuatkan adanya bagan/ alur permohonan kredit didinding, jadi nasabah dengan mudah mengetahui bagian/ pejabat yang harus dituju sesuai dengan berbagai keperluan kredit yang dibutuhkan.


(5)

Anindita, Ovi, 2010, Keputusan Pemberian Kredit Investasi Perusahaan Dagang Pada Bank Rakyat Indonesia Cabang Mojokerto, Universitas Pembanguna Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Bahsan, M, 2007, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia, Penerbit PT. Grafindo Persada, Jakarta.

Belkaoui, Ahmed, 1986, Accounting Theory (Teori Akuntansi), Penerbit AK Group.

Bogdan, Robert, 1993, Kualitatif : Dasar-Dasar Penelitian, Penerbit Usaha Nasional, Surabaya.

Dendawijaya, Lukman, 2005, Manajemen Perbankan, Penerbit Ghalia Jakarta. Dewi, Made Nik Yunariani, 2010, Prosedur Pemberian Kredit Untuk Golongan

Berpenghasilan Tetap Dan Kaitannya Dengan Sistem Pengendalian Intern Pada PT. BPD Bali Cabang Seririt, Universitas Ganesha Singaraja.

Faud, Moh. Ramly, 2005, Akuntansi Perbankan, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Kasmir, 2002, Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit PT. Grafindo Persada, Jakarta. Kasmir, 2003, Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit PT. Grafindo Persada, Jakarta. Kasmir, 2004, Dasar-Dasar Perbankan, Penerbit PT. Grafindo Persada, Jakarta. Kotler, Keller, 2006, Manajemen Pemasaran, Penerbit PT. Indeks.

Miles, Matthew B, 1992, Analisis Data Kualitatif, Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press)

Muljono, Teguh Pudjo, 1994, Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil, Penerbit BPFE, Yogyakarta.

Sarwono, Jonathan, 2006, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Penerbit Graha Ilmu, Yogyakarta.

Siamat, Dahlan, 2004, Manajemen Lembaga Keuangan Edisi Keempat, Penerbit Fakultas Ekonomi UI, Jakarta.


(6)

Siagian, 1987, Penelitian Operasional : Teori dan Praktek, Penerbit Indonesia Press.

Soemarsono, 2002, Akuntansi Suatu Pengantar, Penerbit Salemba Empat.

Sudirman, I Wayan. 2004. Manajemen Perkreditan. Universitas Udayana, Fakultas Ekonomi, Program Diploma.

Sugiyono, 2006, Metode Penelitian Administrasi, Penerbit CV. Alfabeta, Bandung

Taswan, 2005, Akuntansi Perbankan, Penerbit UPP AMP YKPN, Yogyakarta. www.bisnisbali.com

http://herikurniawan19.wordpress.com/2011/02/22/pembangunan-ekonomi-mendorong-pertumbuhan-ekonomi/