14
Arikunto 2001: 276 berpendapat bahwa nilai prestasi haruslah mencerminkan tingkatan-tingkatan siswa sejauh mana telah dapat
mencapai tujuan yang ditetapkan di setiap bidang studi. Simbol yang digunakan untuk menyatakan nilai, baik huruf maupun angka
hendaknya merupakan tentang prestasi siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan
pencapaian suatu hasil belajar setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dan proses kegiatan belajar tidak dapat
dipisahkan. Karena untuk mengetahui adanya prestasi belajar pada siswa harus melalui proses kegaiatan belajar terlebih dahulu.
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar siswa sangat tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor internal dan eksternal adalah dua hal yang
sangat menunjang keberhasilan siswa dalam melakukan kegiatan belajar. Jadi untuk menghasilkan siswa berprestasi, seorang pendidik harus mampu
mensinergikan kedua factor, yakni faktor internal dan eksternal. a.
Faktor internal Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam diri
siswa. Adanya faktor internal ini yang membuat prestasi belajar siswa menjadi tinggi. Faktor internal yang mempengaruhi prestasi belajar
antara lain:
15
1 Bakat merupakan kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang Chaplin, 1972; Reber, 1998
2 Kecerdasan yaitu potensi yang dimiliki oleh setiap siswa.
3 Minat yaitu suatu ketertarikan atau perhatian pada suatu obyek yang
cenderung bersifat menetap yang di dalamnya ada unsur rasa senang.
4 Motivasi yaitu suatu tenaga yang mendorong setiap individu
bertindak atau berbuat untuk tujuan tertentu. b.
Faktor eksternal Pengertian
prestasi belajar
menurut para
ahli tidak
mengesampingkan peranan faktor eksternal dalam meningkatkan prestasi belajar. Faktor ini pengaruhnya tidaklah sebesar faktor internal.
Faktor eksetrnal yaitu : 1
Kualitas guru dalam menguasai meteri. 2
Metode yang digunakan guru dalam mengajar. 3
Fasilitas dalam mengajar seperti media dalam mengajar. 4
Lingkungan yang mendukung, dan sebagainya. Pendapat di atas yang dijelaskan disimpulkan prestasi belajar
merupakan nilai dari hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka, symbol, huruf dan yang meliputi ranah kognitif, afektif
dan psikomotor. Peneliti menggunakan ranah kognitif untuk
16
menentukan prestasi belajar sedangkan ranah afektif dan ranah psikomotor untuk menentukan kedispilinan siswa.
4. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperarif merupakan suatu model pengaajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang
mempunyai tingkat kemampuan berbeda-beda. Pengajaran ini dikembangkan berdasarkan teori belajar kontruktivisme. Salah satu
teori Vygotsky, penekanan pada hakekat sosiokultural pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa fungsi-fungsi mental yang lebih tinggi pada
umumnya muncul dalam percakapan atau kerjasama antar individu sebelum fungsi mental yang lebih tinggi itu teresap ke dalam individu
tersebut. Penerapan ini berimplikasi dikehendakinya susunan kelas berbentuk pembelajaran kooperarif. Di dalam pembelajaran kooperatif
siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil, saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri
dari 4 atau 5 siswa dengan kemampuan yang heterogen. Yang dimaksud heterogen yaitu dari campuran siswa, jenis kelamin, dan suku. Hal ini
bermanfaat untuk melatih siswa menerima perbedaan pendapat dan bekerja sama dengan teman yang berbeda latar belakangnya.
Suyatno 2009: 51, model pembelajaran kooperatif adalah kegiatan pembelajaran dengan cara kelompok untuk bekerja sama
17
saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inkuiri.
Lie 2002: 30 menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Ada
unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif yang membedakannya dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.
Maka dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan sebuah model pembelajaran
kooperatif yang bertujuan untuk mengaktifkan siswa dengan membentuk kelompok yang berisikan siswa dengan kemampuan yang
berbeda-beda sehingga dapat saling melengkapi untuk mecapai suatu keberhasilan kelompok.
b. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Suyatno 2009: 50 menyatakan bahwa langkah pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:
1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.
Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi
siswa untuk belajar. 2
Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan. 3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
18
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar
melakukan transisi secara efisien. 4
Membimbing kelompok belajar dan bekerja Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mereka mengerjakan tugas. 5
Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil belajarnya.
6 Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai naik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok.
c. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II
Trianto 2010: 75, menyatakan teknik Jigsaw tipe II dikembangkan oleh Slavin. Pada tipe II ini siswa memperoleh
kesempatan belajar secara keseluruhan konsep
scan read
sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli
exper
t. Hal ini bertujuan untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep
yang akan dibicarakan. Jigsaw II adalah strategi pembelajaran dimana individu belajar menjadi pakar dalam satu sub materi tertentu
dan mengajarkan satu sub materi tersebut kepada orang lain Egen.
19
dan Kauchak, 2012: 137 setiap siswa berkompetensi untuk mendapatkan suatu penghargaan kelompok. Setiap anggota
kelompok berperan
sangat penting
dan menunjukkan
kemampuannya. Poin tambahan akan diberikan jika masing-masing tiap
anggota mampu
meningkatkan kemampuannya
dari kemampuan sebelumnya saat ditugaskan untuk mengerjakan kuis
Huda, 2012:118 Rusman 2011: 218 menjelaskan bahwa pembelajaran
Jigsaw yaitu dimana siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengemukakan pendapat dan mengolah informasi yang didapat dan
dapat meningkatkan keterampilan dan komunikasi. Setiap anggota kelompok dan ketuntasan bagian materi yang dipelajari sehingga
mampu menyampaikan informasinya kepada kelompok lain. Jadi, pembelajaran tipe Jigsaw II adalah pembelajaran model
kooperatif dimana semua siswa belajar keseluruhan materi sebelum siswa belajar yang akan menjadi keahliannya, dalam model
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II ini tiap anggota memiliki keterlibatan dan tanggung jawabnya untuk membantu anggota
kelompok lain dalam memahami materi. Pada setiap anggota kelompok memiliki peran untuk meningkatkan kemampuannya agar
kelompok tersebut mendapatkan penghargaan. 2
Langkah-langkah Pembelajaran Jigsaw II Metode ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-
kawan dari Universitas Texas, kemudian diadaptasi oleh Slavin serta
20
kawan-kawan. Langkah-langkah pembelajaran tipe Jigsaw II menurut Slavin 2005: 237, yaitu:
a Para siswa bekerja dalam tim yang heterogen. Kelompok
mewakili seluruh bagian di dalam kelas. Contoh, dalam suatu kelompok terdapat tingkat prestasi siswa yang berbeda, jenis
kelamin, dan warna kulit. Pembagian yang rata dan adil sangat diperlukan dan siswa tidak diperbolehkan memilih anggota
kelompok sendiri. b
Para siswa mendapatkan tugas untuk membaca seluruh konsep sebelum ia belajar menjadi “ahli” pada sub bagian. Kelompok ahli
dari tim yang berbeda dan mempunyai fokus materi yang sama bertemu dan membahas fokus topik selama 30 menit.
c Setelah terjadi diskusi dalam kelompok ahli, para ahli kembali
kepada kelompok asal kemudian secara bergiliran menjelaskan materi yang telah dipelajari dalam kelompok ahli dan memantau
teman anggota kelompok asal dalam memahami materi. d
Guru berperan untuk memberikan penilaian yang mencakup seluruh topik. Peraturan penilaian adalah skor kuis menjadi skor
tim sedangkan skor-skor yang dikontribusikan para siswa kepada timnya
adalah skor
pengembangan individual.
Bentuk pengahargaan terhadap tim yang meraih skor tertinggi menerima
adalah sertifikat atau berupa penghargaan lainnya. Bentuk sertifikat dan penghargaan berguna untuk meningkatkan kemauan
21
siswa untuk bekerja keras dan berusaha menjadikan kelompoknya menjadi kelompok yang terbaik.
3 Perbedaan Jigsaw II dan Jigsaw I
Ada perbedaan mendasar anatara pembelajaran Jigsaw I dan Jigsaw II, kalau pada tipe I, awalnya siswa hanya belajar konsep
tertentu yang akan menjadi spesialisasinya sementara konsep-konsep yang lain ia dapatkan melalui diskusi dengan teman segrubnya. Pada
tipe Jigsaw II ini setiap siswa memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep scan read sebelum ia belajar spesialisasinya
untuk menjadi expert. Hal ini untuk memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibicarakan.
Dari pernyataan tersebut dapat dikatakan bahwa secara teknis pelaksanaan Jigsaw II hampir sama dengan Jigsaw I, tetapi dalam
Jigsaw II siswa diberikan kesempatan untuk mempelajari keseluruhan materi. Selain itu yang membedakan dalam Jigsaw I dan
Jigsaw II yang dijelaskan Knight dan Bohlomoyer dalam Huda, 2012: 121 yaitu dalam Jigsaw I tidak ada reward khusus yang
diberikan atas individu maupun kelompok
yang mampu menunjukkan kemampuan untuk bekerja sama dan mengerjakan
kuis. Jigsaw II lebih terlihat persaingan yang jelas sebab penghargaan reward akan diberikan berdasarkan performa individu
masing-masing anggota.
22
Penghargaan tersebut maka setiap kelompok akan terdorong untuk bekerja sama dan berusaha untuk meningkatkan skor
kelompok Sharan, 2012: 58. a
Penghargaan
reward
Kelompok Slavin 2005: 159 menjelaskan bahwa setelah melakukan kuis,
guru harus menghitung skor kemajuan individual kemudian memeberikan penghargaan berbentuk sertifikat atau penghargaan
lainnya untuk tim yang mendapatkan skor tertinggi.
b Poin kemajuan
Sebelum menghitung skor kemajuan penilaian pertama kepada siswa. Pertama melakukan penilaian dengan memberikan soal
untuk mendapatkan skor awal. Kemudian guru memberikan soal evaluasi dan dihitung poin kemajuannya. Berikut poin kemajuan
melakukan kuis memberikan poin berdasarkan keberhasilan kuis yang didapatkan siswa :
Tabel 2.1 Poin Berdasarkan Tingkat Kuis
No. Skor Kuis
Poin Kemajuan
1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5 2.
10-1 poin di bawah skor awal 10
3. Sampai 10 poin di atas skor awal
20 4.
Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
5. Kertas jawaban sempurna terlepas dari skor awal
30
23
c Skor Kelompok
Rusman 2011: 216 skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan
menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut.
Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok
No Rata-rata Skor
Kualifikasi
1. 0 ≤ N ≤ 5
- 2.
6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik
Good Team
3. 16 ≤ N ≤ 20
Tim yang sangat baik
Great Team
4. 21 ≤ N ≤ 30
Tim yang sangat istimewa
Super Team
d Pemberian Hadiah dan Pengakuan Kelompok
Rusman 2011:216
setelah masing-masing
kelompok memperoleh predikat, guru memberikan penghargaan kepada
masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya.
5. Ilmu Pengetahuan Sosial