Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw I terhadap minat dan prestasi belajar mata pelajaran IPS kelas V SD Kanisius Sengkan.
i
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW I TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN
IPS KELAS V SD KANISIUS SENGKAN
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Nama : Arif Eka Prabawa NIM : 091134142
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA 2013
(2)
(3)
(4)
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada : 1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Almamater Universitas Sanata Dharma
3. Bapak dan ibu tercinta dan tersayang, yang selalu memberikan doa, motivasi, bimbingan, saran, kasih sayang, membiayai kuliahku sampai sekarang, dan segala sesuatu yang diberikan tanpa pamrih
4. Keluarga besar yang telah mendukung dengan doa dan tenaga
5. Pengajarku, yang sabar membimbingku. 6. Adik-adikku yang kukasihi
7. Para sahabat yang telah memberi semangat dalam kasih dan doa.
8. Teman-teman seperjuanganaku, mahasiswa S1 PGSD 2009, hatur nuhun kasadayana.
(5)
v MOTTO
“Ketika satu pintu tertutup, pintu lain terbuka; namun
terkadang kita melihat dan menyasali pintu tertutup tersebut terlalu lama hingga kita tidak melihat pintu lain yang telah
terbuka”
“Dalam kehidupan ini kita tidak dapat selalu melakukan hal yang beasar. Tapi kita bisa melakukan hal-hal kecil dengan cinta
yang besar”
(Mother Teresa)
“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari
(6)
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 22 Juni 2013 Peneliti
(7)
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Arif Eka Prabawa
NIM : 091134142
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW I
TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS V SD KANISIUS SENGKAN”
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalty kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 22 Juni 2013
Yang menyatakan
(8)
viii ABSTRAK
Prabawa, Arif Eka. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS Kelas V SD Kanisius Sengkan. Skripsi: Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I, prestasi belajar, minat belajar, mata pelajaran IPS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I terhadap 1) minat belajar dan 2) prestasi belajar peserta didik kelas V SDK Sengkan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 mata pelajaran IPS materi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDK Sengkan yang terdiri dari kelas VA sebanyak 31 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebanyak 32 siswa sebagai kelompok kontrol. Instrument penelitian berupa soal pilihan ganda untuk variabel prestasi belajar dan angket minat untuk variabel minat belajar. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan angket awal, angket akhir, pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen. Analisis data yang dilakukan menggunakan program SPSS 20 dengan tiga langkah yaitu dengan uji homogenitas (perbedaan skor pretest), uji perbedaan skor pretest ke posttest, dan uji pengaruh perlakuan (perbedaan skor posttest) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada pengaruh antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I terhadap prestasi belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,03 (atau < 0,05); 2) ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I terhadap minat belajar peserta didik walaupun tidak secara signifikan yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,810 (atau > 0,05) pada selisih skor kelompok kontrol dan kelompok eksperimen serta ditunjukan dengan selisih rata-rata data skor kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu 7,9 pada kelompok kontrol dan 8,01 pada kelompok eksperimen.
(9)
ix ABSTRACT
Prabawa, Arif Eka. (2013). The Effect of Type Jigsaw I Cooperative Learning Model in Developing Interest in Learning Achievement and Social Subjects in 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School. Skripsi: Yogyakarta: Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.
Keywords: Cooperative learning model type jigsaw I, achievement, interest in learning, social studies subjects.
The research was aimed at identifying the effect of of the use of jigsaw I cooperative learning model to: 1) interest in learning, and 2) learning achievement of students 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School in the academic year 2012/ 2013, in the subject social studies materials to prepare the independence of Indonesia.
The type of research used in this study was quasi experimental type with non –equivalent control group design. The subjects of this research are learners in 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School grouped into experimental group, consisting of 24 students from VA, and control group consisting of 24 students from VB. Instruments for this study was in the form of multiple choice questions for the variable academic achievement and an interest in a variable interest questionnaire study. Data collection technique used in this study is in the form of the application of pretest and posttest both in control and experimental groups. PASW SPSS 20 was used to analyze the test, consisting of three steps pretest score difference test, pretest posttest score difference test, and posttest score difference test between experimental group and control group.
The results of research showed that: 1) there were effect of the application of cooperative learning jigsaw I model of the learning achievement of students as indicated by the significant value of 0,03 (or < 0,05); 2) There were significant implementation jigsaw cooperative learning model to students learning interest, although not significant as indicated by the significance value of 0,810 (or > 0,05) in the control group and the difference score of the experimental group and indicated the mean difference score data control group and the experimental group is 7,9 in the control group and 8,01 in the experimental group.
(10)
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Pengasih karena bimbingan, kasih, dan rahmat-Nya kepada peneliti, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW I TERHADAP MINAT DAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS V SD KANISIUS SENGKAN” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata I Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selesainya skripsi ini tidak lepas dari dukungan, bimbingan, dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segenap hati peneliti mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Dharma 2. G. Ari Nugrahanta SJ, S.S., BST, M.A., selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Sekolah Dasar Universitas Dharma.
3. Catur Rismiati, S. Pd., M.A, Ed.D., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 4. Rusmawan, S.Pd., M.Pd., selaku dosen Pembimbing I, yang memberikan
bimbingan, masukan yang membangun dan memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Theresia Yunia S., S.Pd., M.Hum., selaku dosen Pembimbing II, yang memberikan bimbingan, masukan yang membangun dan memotivasi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Margaretha Sri Wartini, selaku kepala SD Kanisius Sengkan yang memberikan izin penelitian dan dukungan kepada peneliti.
(11)
xi
7. Kensi Jati Hananingrum, S.Pd., selaku guru IPS SDK Sengkan yang bersedia memberikan waktu dan tenaganya sebagai guru mitra.
8. Siswa kelas VA dan VB SDK Sengkan, yang bersedia sebagai subjek penelitian.
9. Bapak, Ibu dan segenap keluarga tersayang yang selalu memberi doa dan dukungan kepada penulis.
10. Ririska Vakta Ninda yang selalu memberi semangat dan motivasi selama mengerjakan skripsi ini.
11. Aji Hernawan, Dhanu Setiawan, Purwanta Ipung, Nicolas Sandra Atma Berek dan Andika Eka Novianta atas kebersamaanya selama ini dan atas motivasi yang kalian berikan.
12. Dionisiyus dan teman-teman penelitian bimbingan Pak Rusmawan, yang selalu berbagi pengetahuan dan semangat kepada peneliti.
Peneliti menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam penulisan karya ilmiah ini. Untuk itu, peneliti sangat terbuka terhadap kritikan dan saran dari semua pihak. Besar harapan penulis karya ilmiah ini berguna bagi pembaca.
(12)
xii DAFTAR ISI
HALAMAN
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.Latar Belakang ... 1
B.Rumusan Masalah... 3
C.Tujuan Penelitian ... 4
D.Manfaat Penelitian ... 4
E.Definisi Operasional ... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I ... 7
1. Pembelajaran Koperatif ... 7
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I ... 14
B. Minat ... 17
1. Pengertian Minat... 17
(13)
xiii
3. Cara Mengukur Minat ... 19
C.Prestasi Belajar ... 21
1. Belajar ... 21
2. Prestasi Belajar ... 23
D. IPS kelas V SD ... 26
1. Pengertian IPS ... 26
2. Ruang Lingkup ... 27
3. Tujuan IPS ... 27
4. Materi Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia ... 29
E. Hasil Penelitian Yang Relevan... 30
F. Kerangka Berpikir ... 32
G. Hipotesis ... 33
BAB III METODE PENELITIAN... 35
A. Jenis Penelitian ... 35
B. Tempat dan Waktu Penelitian... 36
C.Populasi dan Sempel ... 37
1. Populasi ... 37
2. Sempel ... 37
D. Variabel ... 38
E.Instrumen Penelitian ... 39
1. Instrumen Tes ... 39
2. Angket Minat ... 40
F.Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 41
1. Validitas Instrumen ... 41
2. Reliabilitas Instrumen ... 43
G. Teknik Pengumpulan Data ... 45
1. Variabel Prestasi Belajar ... 44
2. Variabel Minat Belajar ... 44
H. Teknik Analisis Data ... 46
1. Uji Normalitas ... 46
(14)
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 50
A. Hasil Penelitian ... 50
1. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I Terhadap Prestasi Belajar ... 50
2. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I Terhadap Minat Belajar ... 58
3. Rangkuman Hasil Penelitian ... 65
B. Pembahasan ... 68
C. Keterbatasan Penelitian ... 69
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70
A. Kesimpulan ... 70
B. Saran ... 71
(15)
xv
DAFTAR TABEL
HALAMAN
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes ... 40
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen angket ... 41
Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabilitas ... 43
Tabel 3.4 Uji reliabilitas soal pilihan ganda ... 44
Tabel 3.5 Uji reliabilitas angket minat ... 44
Tabel 3.5 Tabel Pengumpulan Data Variabel Prestasi Belajar ... 45
Tabel 3.6 Tabel Pengumpulan Data Variabel Minat ... 45
Tabel 4.1 Deskripsi data prestasi belajar ... 51
Tabel 4.2 Hasil uji normalitas variabel prestasi belajar ... 52
Tabel 4.3 Perbandingan skor pretest variabel prestasi belajar ... 53
Tabel 4.4 Perbandingan skor pretest ke posttest variabel prestasi belajar ... 55
Tabel 4.5 Perbandingan skor posttest kelompok kontrol dan eksperimen variabel prestasi belajar ... 57
Tabel 4.6 Deskripsi data minat belajar ... 59
Tabel 4.7 Hasil uji normalitas variabel minat belajar ... 60
Tabel 4.8 Perbandingan skor angket awal variabel minat belajar ... 62
Tabel 4.9 Perbandingan skor angket awal ke angket akhir variabel minat belajar ... 63
Tabel 4.10 Perbandingan skor angket akhir kelompok kontrol daneksperimen variabel minat belajar ... 65
Tabel 4.11 Rangkuman pretest dan angket awal ... 67
Tabel 4.12 Rangkuman pretest ke posttest dan angket awal ke angket akhir ... 67
(16)
xvi
DAFTAR GAMBAR
HALAMAN Gambar 3.1 Pengaruh Perlakuan ... 36 Gambar 3.2 Pemetaan Variabel Penelitian... 38 Gambar 4.1 Perbandingan antara skor pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ... 58 Gambar 4.2 Perbandingan antara skor angket awal dan angket akhir pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen ... 66
(17)
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
HALAMAN
Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 74
Lampiran 2. Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 75
Lampiran 3. Silabus ... 76
Lampiran 4. RPP ... 77
RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 1 ... 77
RPP Kelas Eksperimen Pertemuan 2 ... 79
RPP Kelas Kontrol Pertemuan 1 ... 81
RPP Kelas Kontrol Pertemuan 2 ... 83
Lampiran 5. Materi KD 2.2 ... 84
Lampiran 6. Validitas Instrumen ... 96
Validitas Instrumen tes ... 96
Validitas Instrumen angket ... 97
Lampiran 7. Instrumen Penelitian ... 98
Instrumen Angket (variabel minat) ... 98
Instrumen Tes (variabel prestasi belajar) ... 100
Lampiran 8. Lembar Kerja Siswa ... 103
Lampiran 9. Deskripsi Data ... 104
Nilai Hasil Pretest Kelas Eksperimen (VA) ... 104
Nilai Hasil Pretest Kelas Kontrol (VB) ... 105
Nilai Hasil Posttest Kelas Eksperimen (VA) ... 106
Nilai Hasil Posttes Kelas Kontrol (VB) ... 107
Nilai Hasil Angket Awal Kelas Eksperimen (VA) ... 108
Nilai Hasil Angket Awal Kelas Kontrol (VB) ... 109
Nilai Hasil Angket Akhir Kelas Eksperimen (VA)... 110
Nilai Hasil Angket Akhir Kelas Eksperimen (VB) ... 111
Lampiran 10. Hasil Uji Normalitas ... 112
Uji Normalitas Angket ... 112
(18)
xviii
Lampiran 11. Hasil Uji Statistik dengan SPSS 20 ... 116
Lampiran 12. Foto-foto Saat Pembelajaran Berlangsung ... 120
Lampiran 13. Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran ... 126
Lampiran 14. Instrumen Tes Dan Angket Yang Sudah Dikerjakan Siswa ... 130
Lampiran 15. Nilai Ulangan Harian Tahun Sebelumnya ... 138
Lampiran 16. Validasi Instrumen Oleh Guru dan Kepala Sekolah ... 144
(19)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan berperan penting bagi kehidupan manusia. Adanya pendidikan akan membuat suatu bangsa menjadi maju dan besar. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas melalui pendidikan. Hal yang paling berpengaruh terhadap pendidikan salah satunya adalah proses pembelajaran. Proses inilah yang menentukan tujuan belajar akan tercapai atau tidak tercapai. Ketercapaian dalam proses belajar mengajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku tersebut baik yang menyangkut perubahan bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).
Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar mengajar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebih efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
(20)
Pada kenyataannya pembelajaran di sekolah-sekolah sampai saat ini belum menerapkan pembelajaran yang menyenangkan dan berdasarkan pengalaman siswa sendiri. Di dalam proses pembelajaran guru cenderung menggunakan pembelajaran yang tradisional yang lebih menekankan pada penggunaan metode ceramah dibandingkan dengan metode yang lain. Hal itu membuat siswa dituntut untuk mengingat dan memahami materi yang telah dipelajari serta mencatat hal-hal yang dianggap penting. Padahal penggunaan metode tersebut kurang efektif dalam membantu siswa dalam proses mengingat dan memahami materi secara baik serta cenderung akan membuat siswa menjadi bosan.
Salah satu mata pelajaran wajib di sekolah dasar adalah mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). Mata pelajaran IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan (Ischak, 2005:1.24). Menurut Rismiati (2008:16) IPS merupakan bidang kajian yang mempelajari politik, ekonomi, budaya, dan aspek-aspek lingkungan dari suatu masyarakat pada masa lalu, sekarang dan akan datang. Dimana mata pelajaran ini menuntut siswa untuk lebih mengembangkan kemampuan mengingat, dan memahami materi yang banyak. Pembelajaran IPS di SD Kanisius Sengkan masih diajarkan dengan menggunakan metode ceramah dimana siswa diminta untuk memperhatikan penjelasan guru, mencatat hal-hal penting dan mengerjakan soal sesuai dengan penjelasan, sehingga siswa menjadi bosan dan kurang berminat dalam mengikuti pembelajaran.
(21)
Pembelajaran hendaknya divariasi dengan menggunakan metode atau model pembelajaran lain yang membuat siswa belajar secara aktif, tidak membosankan bagi siswa, dan membuat siswa merasa senang dalam mengikuti pembelajaran serta dapat mendorong siswa dalam memiliki rasa ingin tahu yang tinggi dan tidak hanya dengan menggunakan metode ceramah. Salah satu model yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I dapat menciptakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok dan menimbulkan suasana belajar yang partisipatif sehingga mendorong timbulnya rasa ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa. Untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I tersebut, peneliti melakukan penelitian yang menggunakan penelitian eksperimental dengan membandingkan antara dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen pada siswa kelas V SD Kanisius Sengkan Yogyakarta pada semester genap Tahun Ajaran 2012/ 2013.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada materi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDK Sengkan Tahun Ajaran 2012/ 2013?
(22)
2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar siswa pada materi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDK Sengkan Tahun Ajaran 2012/ 2013?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar siswa pada materi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDK Sengkan Tahun Ajaran 2012/ 2013.
2. Mengetahui apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada materi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia siswa kelas V SDK Sengkan Tahun Ajaran 2012/ 2013.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tetang salah satu model pembelajaran, yang dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar dalam pelajaran IPS.
(23)
2. Manfaat Secara Praktis a. Bagi Guru
Dapat menjadi bahan masukan dan pertimbangan bagi guru dalam menentukan model pembelajaran yang sesuai bagi siswa. Guru dapat menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I sebagai alternatif dalam mengajar jika hasil yang diberikan oleh teknik ini dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar siswa.
b. Bagi Siswa
Dapat memperoleh pengalaman mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I selain itu hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi proses belajar yang di alami siswa di kelas serta untuk memenuhi tujuan belajar siswa.
c. Bagi Sekolah
Dapat menjadi alat untuk memperbaiki model dan sistem pembelajaran yang ada disekolah, jika diketahui dari hasil penelitian bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I bermanfaat maka akan membuat kualitas pendidikan di sekolah menjadi lebih baik.
d. Bagi Peneliti
Peneliti mendapatkan pengalaman dalam menerapkan model kooperatif tipe jigsaw I dalam pelajaran IPS, sehingga bisa menerapkannya pada waktu mengajar kelak.
(24)
e. Bagi Perguruan Tinggi
Penelitian dan hasilnya dapat digunakan sebagai bahan referensi universitas dalam penerapan pembelajaran khususnya model kooperatif tipe jigsaw I.
E. Definisi Operasional
Agar tidak menimbulkan pertanyaan dan menimbulkan multi tafsir tentang suatu istilah yang dipakai dalam penelitian ini, maka diberikan definisi operasional tentang beberapa istilah sebagai berikut:
1. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada pelajaran yang ditandai dengan rasa suka siswa saat pelajaran, perhatian siswa selama pembelajaran dan partisipasi aktif siswa selama pembelajaran.
2. Prestasi belajar adalah hasil dari proses pembelajaran yang telah dilakukan siswa, prestasi belajar dapat dijadikan indikator/ tanda mengenai sejauh mana ketercapaian tujuan serta tingkat pemahaman siswa selama kegiatan pembelajaran, untuk mengetahui hasil/ prestasi belajar siswa biasanya diperoleh melalui kegiatan evaluasi setelah proses belajar diberikan, prestasi belajar selain dipengaruhi oleh faktor kecerdasan intelektual, juga dipengaruhi oleh minat siswa.
3. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I adalah model pembelajaran yang berusaha menyatukan berbagai informasi, konsep atau bagian materi yang tersebar secara acak sehingga menjadi satu kesatuan informasi, konsep atau materi yang dapat dipahami secara utuh.
(25)
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I 1. Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif
Sugiyanto (2009:37) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dalam pembelajaran kooperatif siswa tidak hanya belajar dari guru, tetapi juga dari sesama siswa. Sedangkan pengertian pembelajaran kooperatif menurut Slavin (2008:4) adalah metode pengajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran.
Pendapat lain dikemukakan oleh Suprijono (2011:54) bahwa pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan informasi yang dirancang untuk membantu peserta didik menyelesaikan masalah yang dimaksud. Dari beberapa pendapat tersebut peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara kelompok untuk membuat semua anggota
(26)
kelompok menguasai bahan pelajaran atau masalah yang diberikan guru agar dapat menyelesaikannya.
b. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif berbeda dengan pembelajaran lainnya. Perbedaan tersebut dapat dilihat dari proses pembelajarannya, dimana pembelajaran kooperatif lebih menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai yaitu tidak hanya kemampuan akademik tetapi juga adanya unsur kerja sama dalam penguasaan materi. Adanya kerja sama itulah yang menjadi ciri khas dari pembelajaran kooperatif. Dengan demikian, karakteristik pembelajaran kooperatif dijelaskan dibawah ini.
1) Pembelajaran Secara Tim
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran secara tim untuk mencapai suatu tujuan. Oleh karena itu maka harus bisa membuat setiap siswa belajar. Semua anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Untuk itulah maka keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh keberhasilan tim. Setiap kelompok bersifat heterogen, artinya kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Hal ini bertujuan agar setiap angota kelompok dapat memberikan pengalamannya, saling memberi dan menerima, sehinga diharapkan setiap angota bisa memberikan kontribusi terhadap keberhasilan kelompok.
(27)
2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif
Seperti yang sudah diketahui pada umumnya manajemen mempunyai empat fungsi pokok, yaitu fungsi perencanaan, fungsi organisasi, fungsi pelaksanaan, dan fungsi kontrol. Demikian juga pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses belajar berjalan secara efektif.
3) Kemauan untuk Bekerja Sama
Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara kelompok. Oleh karena itu prinsip kerja kelompok sangat ditekankan dalam pembelajaran kooperatif. Setiap anggota kelompok tidak hanya diatur tugas dan tanggung jawab masing-masing, akan tetapi perlunya penanaman rasa saling membantu demi tercapainya tujuan bersama.
4) Keterampilan Bekerja Sama
Kemauan untuk bekerja sama itu kemudian dipraktikkan melalui aktivitas dan kegiatan yang mencerminkan keterampilan bekerja sama. Dalam keterampilan bekerja sama perlu mengatasi berbagai hambatan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, sehingga siswa dapat menyampaikan ide, mengemukakan pendapat, sehingga dapat memberikan kontribusi kepada keberhasilan kelompok.
c. Prosedur Pembelajaran Kooperatif
Wina Sanjaya (2006:246-247) mengemukakan bahwa prosedur pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap, yaitu : (1) Penjelasan Materi; (2) Belajar Dalam Kelompok; (3) Penilaian; dan (4) Pengakuan Tim.
(28)
1) Penjelasan Materi
Pada tahap ini diartikan sebagai proses penyampaian pokok- pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok. Tujuan tahap ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran. Guru memberikan gambaran umum tentang materi yang harus dikuasai dan selanjutnya siswa akan memperdalam materi dalam pembelajaran secara berkelompok. 2) Belajar dalam Kelompok
Setelah guru menjelaskan gambaran umum tentang pokok materi pelajaran, selanjutnya siswa belajar dalam kelompoknya masing-masing yang telah dibentuk sebelumnya. Pengelompokan bersifat heterogen, artinya kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan-perbedaan setiap angotanya, baik latar belakang agama, sosial ekonomi, perbedaan gender, etnik dan perbedaan kemampuan akademik.
3) Penilaian
Penilaian dilakukan dengan tes atau kuis. Tes atau kuis dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Tes individu digunakan untuk memberikan informasi kemampuan setiap siswa dan tes kelompok akan memberikan informasi kemampuan tiap kelompok. Hasil akhir setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai kelompok setiap siswa sama, karena nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerjasama setiap angota kelompok.
(29)
4) Pengakuan Tim
Pengakuan tim adalah penetapan tim yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan penghargaan atau hadiah. Hal ini dimaksudkan agar dapat memotivasi kelompok agar terus berprestasi dan agar membangkitkan motivasi tim lain untuk lebih meningkatkan prestasi mereka.
d. Unsur-Unsur Pembelajaran Kooperatif
Suprijono (2011:58) menyebutkan ada lima unsur model pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Saling Ketergantungan Positif
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua pertanggungjawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut. Saling ketergantungan dapat dicapai melalui saling ketergantungan mencapai tujuan, saling ketergantungan menyelesaikan tugas, saling ketergantungan bahan atau sumber dan saling ketergantungan peran.
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Pertanggungjawaban ini muncul ketika dilakukan pengukuran terhadap keberhasilan kelompok. Tujuan pembelajaran kooperatif adalah membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat. Tanggung jawab perseorangan adalah kunci
(30)
untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.
3) Interaksi Promotif
Unsur ini penting karena dapat mengahsilkan saling ketergantungan positif. Ciri-ciri interaksi promotif adalah saling membantu secara efektif dan efisien, saling memberi informasi dan sarana yang diperlukan, memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien, saling mengingatkan, saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi, saling percaya, serta saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama.
4) Komunikasi Antar Anggota
Untuk mengkoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan, peserta didik harus saling mengenal dan salin percaya, mampu berkomunikasi secara akurat dan tidak ambisius, saling menerima dan saling mendukung, serta mampu menyelesaikan konflik secara konstruktif.
5) Pemrosesan Kelompok
Pemrosesan mengandung arti menilai. Tujuan pemrosesan kelompok adalah meningkatkan efektivitas anggota dalam memberikan kontribusi terhadap kegiatan kolaboratif untuk mencapai tujuan kelompok. Ada dua tingkat pemrosesan yaitu kelompok kecil dan kelas secara keseluruhan.
(31)
Model pembelajaran kooperatif, adalah model pembelajaran dimana guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi. Guru tidak hanya memberikan pengetahuan pada siswa, tetapi juga harus membangun pengetahuan dan pikirannya. Siswa mempunyai kesempatan untuk mendapatkan pengalaman langsung dalam menerapkan ide-ide mereka, ini merupakan kesempatan bagi siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri.
Berdasarkan beberapa uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang diarahkan oleh guru yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam mencapai tujuan belajar.
e. Keunggulan Pembelajaran Kooperatif
Dari uraian-uraian pembelajaran kooperatif yang telah dikemukakan para ahli peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif mempunyai keunggulan–keunggulan. Keungulan pembelajaran kooperatif sebagai suatu model pembelajaran yaitu diantaranya :
1) Melalui pembelajaran kooperatif siswa tidak terlalu bergantung pada guru, tetapi dapat menambah rasa percaya diri siswa akan kemampuan berfikir sendiri, dapat menemukan informasi dari berbagai sumber, dan bisa belajar dari siswa yang lain.
2) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan menyampaikan ide dan gagasan melalui kata-kata
(32)
verbal dan dapat membandingkannya dengan ide-ide dari siswa lain.
3) Melalui pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk respect pada orang lain dan menyadari akan segala keterbatasannya serta dapat menerima segala perbedaan.
4) Melalui pembelajaran kooperatif dapat membantu siswa untuk memberdayakan tanggung jawab dalam belajar.
5) Melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi akademik dan kemampuan sosial.
6) Melalui pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik. Siswa dapat berpraktik memecahkan suatu masalah tanpa takut membuat kesalahan, karena keputusan yang dibuat merupakan tanggung jawab kelompoknya.
7) Melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata.
8) Melalui pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motovasi dam memberikan rangsangan untuk berfikir melalui interaksi selama pembelajaran.
2. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I
Tipe pembelajaran jigsaw I ini dikembangkan oleh Elliot Aronson dan kawan-kawan dari Universitas Texas sebagai model pembelajaran kooperatif dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan kawan-kawan (Sugiyanto,2009:45). Tipe pembelajaran ini bisa digunakan dalam
(33)
pembelajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara serta dapat pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti IPA, IPS, matematika, agama, dan bahasa. Tipe pembelajaran ini juga cocok digunakan untuk semua kelas atau tingkatan. Slavin (2008:14)
mengemukakan bahwa dalam pembelajaran jigsaw siswa bekerja dalam
anggota kelompok yang sama, yaitu 4 orang dengan latar belakang yang berbeda. Pendapat lain di kemukakan oleh Isjoni (2009:77) yang
menyatakan bahwa jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran
kooperatif yang mendorong siswa aktif dan membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal.
Suprijono (2011:89) juga mengemukakan bahwa pembelajaran kooperatif dengan tipe jigsaw diawali dengan pengenalan topik yang akan dibahas oleh guru. Guru bisa menuliskan topik yang dipelajari pada papan tulis, white board, penayangan power point dan sebagainya. Dalam model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terdapat dua kelompok yaitu, kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin, dan latar belakang sosial yang berbeda. Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli adalah kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu serta menyelesaikan tugas-tugas yang sesuai topiknya untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal. Dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw anggota dari kelompok-kelompok yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi dalam kelompok ahli dan saling
(34)
membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan kelompok ahli.
Melihat dari uraian di atas, maka peneliti mengadopsi Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw menurut Suprijono (2011:45) langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Siswa suatu kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang berbeda kelompok terdiri atas anggota yang memiliki kemampuan akademik, jenis kelamin dan latar belakang sosial yang berbeda.
b. Materi pembelajaran dibagikan kepada siswa dalam kelompok asal dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian materi pembelajaran tersebut.
c. Selanjutnya semua siswa dengan materi pembelajaran yang sama, berkumpul dalam kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi yang sama serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan informasi tersebut kepada anggota kelompok yang lain.
d. Kemudian para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan materi pembelajaran yang sudah di diskusikan dalam kelompok ahli.
e. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, para siswa dievaluasi mengenai materi pembelajaran yang telah dipelajari.
(35)
Dari uraian pendapat para ahli peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I merupakan strategi pembelajaran, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan saling bekerjasama dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota lain.
B. Minat
1. Pengertian Minat
Ada beberapa definisi yang dikemukakan oleh para ahli tentang minat. Winkel (1983:30) menyatakan bahwa kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang studi/ hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan Slameto (2003:180) berpendapat bahwa minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Surya (2004:121) menyatakan bahwa, “minat dapat diartikan sebagai rasa senang atau tidak senang dalam menghadapi suatu obyek”. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan sesuatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat.
Pada dasarnya pendapat ketiga ahli di atas sama yaitu mengatakan bahwa dalam minat terdapat rasa ketertarikan terhadap sesuatu dan adanya rasa senang. Selain itu juga ketiga ahli di atas mengatakan selain ada rasa ketertarikan akan sesuatu dan rasa senang juga adanya kecenderungan menetap atau terus menerus.
(36)
Berdasarkan uraian-uraian di atas dapat disimpulkan bahwa minat merupakan suatu rasa suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada tekanan dari suatu hal, paksaan dari orang lain dan tanpa ada yang menyuruh. Dari definisi-definisi di atas juga dapat dikatakan bahwa minat erat hubungannya dengan perasaan, individu, obyek, aktivitas dan situasi.
2. Ciri-ciri Siswa Yang Memiliki Minat Tinggi Dalam Belajar
Menurut Slameto (2003:58) siswa yang berminat dalam belajar mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a. Mempunyai kecenderungan yang tetap untuk untuk memperhatikan dan mengenang sesuatu yang dipelajari secara terus menerus.
Siswa yang memiliki minat yang tinggi terhadap pelajaran yang disenanginya ia akan memperhatika pelajaran itu secara terus-menerus tidak mudah terpengaruh oleh apapun, misalnya kegaduhan suasana luar kelas, ajakan teman untuk bermain.
b. Ada rasa suka dan senang pada sesuatu yang diminati.
Siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran IPS, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan IPS. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut.
c. Memperoleh suatu kebanggaan dan kepuasan pada sesuatu yang diminati.
Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi setelah memperoleh hasil dari apa yang telah diusahakannya maka ia akan merasa puas dan bangga terhadap jerih payahnya dalam memperoleh
(37)
nilai belajar, seperti saat menerima rapot ia akan puas, menemukan referensi materi pelajaran yang sulit akan bangga, dan merasa puas memecahkan masalah yang membuatnya tertarik seperti mengerjakan soal matematika, fisika, dan kimia yang membuatnya menantang. d. Ada rasa keterikatan pada sesuatu aktivitas-aktivitas yang diminati.
Berhubungan dengan daya gerak yang mendorong siswa untuk cenderung merasa tertarik pada orang, benda, kegiatan atau bisa berupa pengalaman efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri.
e. Lebih menyukai suatu hal yang menjadi minatnya daripada yang lainnya.
Siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi ia akan mengabaikan aktifitas atau kegiatan yang tidak berhubungan dengan minatnya contoh siswa akan mengabaikan ajakan teman untuk pergi bermain bola, basket, pergi ke perpustakaan ketika sedang mempelajari pelajaran yang disukainya.
f. Dimanifestasikan melalui partisipasi pada aktivitas dan kegiatan. Siswa yang mempunyai minat belajar yang tinggi maka ia akan mengikuti berbagai aktivitas yang berhubungan dengan materi pelajaran yang mereka sukai seperti ikut karya ilmiah, studi kampus, belajar kelompok dan membuat karya yang sesuai dengan pelajaran yang diminatinya.
3. Cara Mengukur Minat
Guru tidak bisa melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa tetapi guru dapat mengamati dari manifestasinya. Dari berbagai pendapat para ahli dan ciri-ciri minat yang sudah disebutkan diatas, dijadikan peneliti
(38)
sebagai dasar untuk menentukan indikator minat belajar. Indikator minat belajar pada penelitian ini adalah: (1) Rasa suka terhadap pelajaran. (2) Perhatian siswa selama pembelajaran. (3) Partisipasi siswa selama pembelajaran. Masing-masing indikator tentang minat belajar akan dijelaskan dibawah ini.
a. Rasa Suka Terhadap Pelajaran
Siswa yang memiliki minat belajar dapat dilihat dari tingkah lakunya yang menunjukkan rasa senang pada saat menerima pelajaran. Belajar dengan perasaan yang tidak senang, akan membuat pelajaran terasa berat. Jadi di dalam proses belajar mengajar, penting bagi guru untuk selalu membuat siswa merasa senang terhadap pelajaran yang diterima agar proses belajar tidak sia-sia.
b. Perhatian Siswa Selama Pembelajaran
Siswa yang memiliki minat belajar, akan memperhatikan materi yang disampaikan oleh guru karena siswa merasa tertarik pada pelajaran tersebut jadi siswa mencurahkan perhatiannya secara berkesinambungan. Siswa yang memiliki minat dan perhatian terhadap pelajaran ditunjukkan dengan berbagai aktivitas yang positif yaitu siswa memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat penjelasan dari guru.
c. Partisipasi Siswa Selama Pembelajaran
Minat belajar siswa dapat ditumbuhkan dengan sengaja melalui beberapa cara. Minat timbul atau muncul tidak secara tiba-tiba, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja. Dengan kata lain, minat dapat menjadi
(39)
penyebab partisipasi, sehingga siswa yang berminat juga dapat dilihat dari partisipasinya pada proses belajar mengajar. Partisipasi siswa dalam belajar dapat ditunjukkan dengan bertanya apabila kurang jelas, menjawab pertanyaan dari guru, berani menyampaikan pendapatnya.
Apabila semua indikator minat belajar tercapai maka siswa dikatakan memiliki minat belajar yang tinggi. Salah satu penyebab utama dari kegagalan studi adalah kurangnya minat belajar. Jadi sangat penting menumbuhkan minat pada diri siswa agar siswa senang dalam belajar.
C. Prestasi Belajar 1. Belajar
a. Pengertian Belajar
Slameto (2003:2) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan menurut Winkel (1989:36) belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas atau dapat dikatakan akibat belajar menimbulkan perubahan perilaku yang bersifat menetap. Dari uraian pendapat di atas pada dasarnya kedua pendapat ahli diatas sama yaitu mengatakan bahwa belajar adalah suatu proses menuju perubahan perilakunya sebagai akibat pengalaman.
(40)
Berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan baik secara langsung maupun tidak langsung dengan lingkungannya sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
b. Ciri-Ciri Belajar
Belajar mempunyai karakteristik tertentu menurut Slameto (2003:2) ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam belajar ada enam, yakni :
1) Perubahan terjadi secara sadar
Maksudnya terjadi perubahan yang disengaja dan dilakukan dengan sadar begitu juga dengan hasil-hasilnya.
2) Perubahan dalam belajar bersifat continue dan fungsional
Perubahan continyu maksudnya bertambahnya pengetahuan yang dimiliki merupakan kelanjutan dari pengetahuan yang di miliki sebelumnya. Sedangankan perubahan fungsional maksutnya setiap perubahan yang terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidupnya.
3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif
Perubahan yang bersifat positif yaitu perubahan perilaku yang terjadi menunjukan kearah kemajuan. Sedangkan perubahan yang bersifat aktif maksudnya yaitu untuk meperoleh perubahan perilaku, maka individu tersebut aktif berupaya melakukan perubahan.
(41)
4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara
Perubahan-perubahan dari hasil belajar tidak hanya bersifat sementara tapi berkelanjutan.
5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah
Maksudnya setiap individu ketika belajar memiliki tujuan yang dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku
Perubahan tingkah laku yang bersifat menyeluruh yakni bukan hanya sekedar pengetahuan saja, tetapi juga perubahan dalam sikap serta ketrampilannya.
Pembelajaran dalam IPS ini akan menggunakan keenam ciri diatas. Diharapkan perubahan yang akan terjadi pada peserta didik meliputi tiga aspek yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik. Pembelajaran ini juga akan menggunakan pengalaman peserta didik sehari-hari sehingga perubahan perilaku yang terjadi dapat relatif menetap.
2. Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Prestasi belajar merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar digunakan untuk mengetahui tingkat keberhasilan peserta didik setelah proses belajar mengajar.
(42)
Sehubungan dengan prestasi belajar para ahli mengemukakan pendapatnya sesuai pandangan yang mereka anut. Winkel (1983:162) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Bahwa prestasi belajar adalah hasil yang telah dicapai dan didapat oleh seseorang setelah melakukan kegiatan tertentu dengan usahanya sendiri dengan cara belajar yang berbeda-beda. Menurut Darsono (2000:110) prestasi belajar siswa merupakan perubahan-perubahan yang berhubungan dengan pengetahuan/ kognitif, keterampilan/ psikomotor dan nilai sikap/ afektif sebagai akibat inetraksi aktif dengan lingkungan. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa hasil belajar dapat dilihat dari tingkah laku siswa dari aspek kognitif, psikomotorik, dan afektif setelah mereka memperoleh pengalaman belajar.
Pendapat kedua ahli tersebut sama tapi ada sedikit perbedaan, Winkel menyatakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan usaha yang dapat dicapai. Sementara Darsono lebih menekankan pada perubahan-perubahan yang berhubungan dengan kognitif, psikomotor, dan afektif sebagai akibat interaksi aktif dengan lingkungan.
Sehingga penulis dapat menyimpulkan prestasi belajar merupakan tingkat kemampuan yang dimiliki peserta didik dalam menerima, menolak dan menilai informasi yang didapat setelah mempelajari materi dengan memenuhi tiga aspek penting yaitu aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
(43)
b. Hal-Hal Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Prestasi belajar peserta didik dibagi menjadi dua, yaitu faktor dari dalam diri peserta didik (faktor intern) dan faktor dari lingkungan atau dari luar diri peserta didik (faktor ekstern). Sesuai pernyataan Ahmadi dan Supriyono (1991:130-131) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar adalah:
1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang berasal dari dalam individu (siswa). Faktor ini dapat dibagi dalam beberapa bagian yaitu :
a) Faktor Jasmaniah (Fisiologis)
Faktor ini dapat bersifat bawaan maupun yang perolehan. Yang termasuk faktor ini adalah alat indera dan struktur tubuh.
b)Faktor Psikologis
Faktor psikologis adalah faktor yang berkaitan dengan keadaan rohani siswa yang termasuk didalamnya adalah intelegensi, perhatian, minat, bakat dan emosi. Semuanya itu mempunyai peranan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa.
c) Faktor Kematangan Fisik Maupun Psikis
Faktor kematangan fisik dan psikis ini maksudnya seseorang yang mengalami perkembangan fisik dalam arti mengalami kematangan fisik maka harus diimbangi dengan perkembangan psikisnya.
(44)
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri. Faktor eksternal terdiri dari:
a) Faktor sosial, yang termasuk faktor sosial adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan juga lingkungan kelompok.
b)Faktor budaya, yang termasuk faktor budaya diantaranya adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian.
c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim.
D. IPS Kelas V SD 1. Pengertian IPS
Solihatin (2007:14) menyatakan bahwa IPS adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya, lingkungan dimana anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagaian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi di lingkungan sekitar. Definisi yang lain dari IPS adalah mata pelajaran atau mata kuliah yang mempelajari kehidupan sosial yang kajiannya mengintegrasikan bidang ilmu-ilmu sosial dan humaniora (Nursid Sumaatmadja, 2005:1.3). Sementara itu Ischak (2005:1.24) juga menyatakan bahwa IPS adalah bidang studi yang mempelajari, menelaah, menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan. Pada dasarnya ketiga
(45)
pendapat ahli di atas sama mereka mengatakan bahwa IPS pada intinya adalah ilmu yang membahas hubungan antara manusia dan lingkungannya. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa IPS merupakan pelajaran yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.
2. Ruang Lingkup
Menurut KTSP (2007) mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di SD meliputi aspek-aspek manusia, tempat, lingkungan, waktu, keberlanjutan, dan perubahan, sistem sosial dan budaya, perilaku ekonomi dan kesejahteraan.
Ruang lingkup mata pelajaran IPS menurut KTSP (2007:237) meliputi berbagai aspek, antara lain:
a. Manusia, tempat dan lingkungan b. Waktu keberlanjutan dan perubahan c. Sistem sosial dan budaya
d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan 3. Tujuan IPS
Tujuan pembelajaran IPS sudah banyak diungkapkan oleh banyak ahli, mereka sering mengkaitkannya dengan berbagai sudut kepentingan dan penekanan dari program pendidikan tersebut. Menurut Etin Solihatin dan Raharjo (2007:15) Pola pemebelajaran pendidikan IPS menekankan pada unsur pendidikan dan pembekalan. Penekanan pembelajaran bukan sebatas pada upaya memberikan siswa sejumlah konsep yang bersifat hafalan belaka, melainkan pada upaya
(46)
agar siswa mampu menjadikan apa yang telah dipelajarinya sebagai bekal dalam memahami dan ikut serta dalam melakoni kehidupan masyarakat lingkungannya, serta sebagai bekal bagi dirinya untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Sedangkan menurut Gross (dalam Solihatin, 2007:14) IPS bertujuan untuk “to prepare student to be well-functioning citizens in a democratic society”. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa pendidikan IPS bertujuan untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya dimasyarakat.
Melihat dari definisi-definisi di atas secara umum, dapat dikatakan bahwa pembelajaran IPS bertujuan untuk membentuk siswa agar memiliki berbagai kemampuan sebagai berikut:
a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.
b. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional dan global.
c. Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dn kritis, rasa ingin tahu, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
d. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
e. Memupuk daya kreatif dan inovatif siswa.
(47)
4. Materi Mempersiapkan Kemerdekaan Indonesia
Materi mempersiapkan kemerdekaan merupakan materi yang terdapat pada standar kompetensi 2 yaitu “menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia” dan kompetensi dasar 2 yaitu “menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia”.
Di dalam materi ini dibahas mengenai: perumusan dasar negara; pembentukan PPKI; sikap menghargai jasa tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan. Materi mempersiapkan kemerdekaan dalam mata pelajaran IPS untuk siswa kelas V SD dapat diperkenalkan dengan berbagai model pembelajaran inovatif. Dalam penelitian ini model pembelajaran yang akan digunakan adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I. Dalam materi ini pembelajaran dikemas dalam model kooperatif tipe jigsaw I dimana siswa dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri 4 atau 5 siswa dengan karakteristik yang berbeda. Kemudian materi dibagikan kepada siswa dalam kelompok asal dan setiap siswa bertanggung jawab untuk mempelajari suatu bagian materi pembelajaran tersebut. Selanjutnya semua siswa yang dengan materi pembelajaran yang sama, berkumpul dalam kelompok ahli. Dalam kelompok ahli, siswa mendiskusikan bagian materi yang sama serta menyusun rencana bagaimana menyampaikan informasi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Kemudian para siswa yang berada dalam kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menyampaikan materi pembelajaran yang sudah
(48)
didiskusikan dalam kelompok ahli. Setelah diadakan pertemuan dan diskusi dalam kelompok asal, para siswa dievaluasi mengenai materi pembelajaran yang telah dipelajari.
Model pembelajaran kooperatif tipe ini diharapkan akan melatih peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Peserta didik mampu untuk berdiskusi, melatih keberaniannya dalam menanggapi pendapat siswa yang lain. Hal tersebut akan menjadi indikator minat belajar siswa selama proses pembelajaran berlangsung. Minat yang baik, diharapkan akan meningkatkan prestasi peserta didik.
E. Hasil Penelitian Yang Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh Van Dat Tran (2012), yang berjudul “The Effects of Jigsaw Learning on Students’ Attitudes in a Vietnamese”. Penelitian ini tentang pengaruh pembelajaran jigsaw terhadap prestasi siswa tersier Vietnam dan tingkat pengetahuan, serta sikap siswa selama enam minggu. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian eksperimen dimana menngunakan kelas kontrol dan kelas eksperimen masing-masing dengan responden 40 siswa.
Hasil penelitian ini adalah adanya peningkatan prestasi belajar yang signifikan terhadap kelas eksperimen di bandingkan dengan kelas kontrol. Kemudian pada kelas eksperiman juga terjadi perbedaan sikap dimana terjadi sikap saling menghargai, dapat bekerja dengan orang lain, berbagi informasi dan mengajar orang lain. Temuan penelitian ini memperkaya pemahaman
(49)
tentang bagaimana dan mengapa pembelajaran jigsaw memberikan kontribusi terhadap prestasi akademik tinggi siswa Vietnam dan tingkat pengetahuan pengetahuan.
Kemudian penelitian yang relevan lainnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Ren-Shing Wang (2006), yang berjudul “The effects of jigsaw cooperative learning on motivation to learn English at Chung-Hwa Institute of Technology, Taiwan”. Penelitian ini difokuskan pada dampak penggunaan pembelajaran kooperatif sebagai metode pengajaran bahasa inggris. Subyek penelitian adalah 77 siswa dari dua kelas, jurusan Administrasi Bisnis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek diferensial yaitu, prestasi dalam belajar bahasa Inggris, orientasi motivasi dan intensitas, dan sikap tentang bahasa Inggris dan budaya, pada siswa antara metode pengajaran tradisional Cina dengan metode pembelajaran kooperatif jigsaw. Desain penelitian untuk penelitian ini adalah kuasi-eksperimen dan deskriptif. Penelitian ini memanfaatkan tiga instrumen survei dan nilai ujian akhir untuk mengetahui pengaruh Jigsaw kompetensi mahasiswa dalam bahasa Inggris dan sikap mereka serta tingkat motivasi terhadap belajar bahasa Inggris.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa yang belajar menggunakan jigsaw memiliki nilai akhir yang lebih tinggi dan membuat pernyataan lebih integratif pada ukuran orientasi terhadap belajar bahasa Inggris daripada siswa yang belajar menggunakan metode tradisional Cina. Peserta yang belajar dengan menggunakan jigsaw memiliki sikap yang lebih positif tentang belajar bahasa Inggris yang berhubungan dengan keinginan mereka untuk bergaul dengan penutur bahasa Inggris dan memiliki sikap yang
(50)
lebih positif tentang mekanisme belajar yang mereka alami dibandingkan menginstruksikan meskipun strategi pembelajaran tradisional Cina.
Kemudian penelitian lain juga dilakukan oleh Ning Endah Sri Rejeki (2009), penelitiannya berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 2 Toroh Grobogan”. Hasil penelitian: (1) kemampuan guru dalam melaksanakan aspek-aspek proses belajar mengajar pada siklus 2 lebih baik dan (2) nilai ulangan siswa untuk setiap siklus senantiasa mengalami peningkatan secara signifikan, sampai dengan siklus terakhir menunjukkan 87,5 % siswa mendapat nilai ulangan yang telah memenuhi kriteria belajar tuntas dengan nilai lebih dari atau sama dengan 67 (KKM) lebih dari 85%.
Dari tiga penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw efektif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Tetapi ketiga penelitian tersebut belum ada yang meneliti mengenai pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap minat belajar dan prestasi belajar siswa secara bersamaan.
F. Kerangka Berpikir
Minat dan prestasi belajar siswa sangat berhubungan dengan bagaimana cara mengajar guru. Dalam penelitian ini pembelajaran yang akan dilakukan adalah pembelajran IPS menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I. IPS merupakan pelajaran yang mempelajari dan menelaah serta menganalisis gejala dan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Sementara itu pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I
(51)
merupakan strategi pembelajaran, dimana siswa belajar dalam kelompok kecil yang anggotanya heterogen dan saling bekerjasama dan bertanggung jawab atas ketuntasan bagian materi pelajaran yang harus dipelajari dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota lain.
Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I menciptakan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kelompok dan menimbulkan suasana belajar yang partisipatif sehingga mendorong timbulnya rasa ketertarikan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan akhirnya dapat meningkatkan minat belajar siswa. Dengan timbulnya rasa ketertarikan dan meningkatnya minat belajar serta didukung penggunaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I yang mengaktifkan siswa untuk belajar berdiskusi sehingga mendorong timbulnya gagasan yang lebih bermutu dan juga dapat menciptakan pengalaman langsung kepada siswa dalam memecahkan masalah secara berkelompok sehingga konsep materi dapat tertanam dan siswa lebih dapat memahaminya. Sehingga jika pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I diterapkan, maka minat dan prestasi belajar siswa akan meningkat.
G. Hipotesis
Penelitian ini menggunakan dua variabel yaitu minat dan prestasi belajar, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. H0: Penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I tidak berpengaruh secara signifikan terhadap minat belajar siswa pada materi mempersiapkan kemerdekaan siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.
(52)
H1: Penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I berpengaruh signifikan terhadap minat belajar siswa pada materi mempersiapkan kemerdekaan siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.. 2. H0: Penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada materi mempersiapkan kemerdekaan siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.
H1: Penggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I berpengaruh secara signifikan terhadap prestasi belajar siswa pada materi mempersiapkan kemerdekaan siswa kelas V SD Kanisius Sengkan.
(53)
35 BAB III
METODE PENELITIAN
Bab III membahas metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Pembahasan metode penelitian yaitu mengenai jenis penelitian yang digunakan, populasi dan sampel penelitian, variabel penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, uji validitas dan uji reliabilitas instrumen, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental jenis quasi experimental design dengan tipe nonequivalent control group design. Sukardi (2011:179) menyatakan bahwa penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan yang mengandung fenomena sebab akibat (causal-effect relationship). Sedangkan menurut Sugiyono (2010:72) eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan utuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap perlakuan yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi experimental karena penelitian ini menggunakan desain penelitian dengan dua kelompok dan pemilihan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol tidak secara random. Kedua kelompok tersebut kemudian diberi pretest dengan tujuan untuk mengetahui keadaan awal dari masing-masing kelompok serta untuk mengetahui adanya atau tidaknya perbedaan antara kelompok eksperimen dan
(54)
kelompok kontrol. Dengan kata lain pretest digunakan untuk mengetahui titik tolak atau titik pijak dari kedua kelompok tersebut sama atau berbeda. Kemudian kelompok pertama (kelas eksperimen/ kelas VA) diberi perlakukan atau treatment yaitu dengan menerapkan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe jigsaw. Kelompok kedua (kelas kontrol/ kelas VB) tidak diberi perlakuan dengan menggunakan model kooperatif tipe jigsaw I. Setelah diberikan perlakuan dilakukan posttest pada masing-masing kelompok. Posttest untuk mengetahui pengaruh perlakuan atau treatment yang telah dilakukan pada kelas eksperimen. Pengaruh perlakuan yang diperoleh dihitung dengan cara : (O2-O1)-(O4-O3)
Gambar 3.1 Pengaruh Perlakuan Keterangan :
O1= hasil observasi pretest kelompok eksperimen O2= hasil observasi posttest kelompok eksperimen O3= hasil observasi pretest kelompok kontrol O4= hasil observasi posttest kelompok kontrol
X1= perlakuan atau treatment penerapan model kooperatif teknik jigsaw I X2= penggunaan metode ceramah
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti dilakukan di SD Kanisius Sengkan yang beralamat di Jalan Kaliurang Km. 7, Condong Catur, Depok, Sleman, Yogyakarta, 55283, sebagai tempat penelitian. Penelitian dilakukan selama enam bulan, terhitung mulai dari bulan Januari sampai juni 2013.
(55)
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi
“Populasi adalah kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri yang telah ditetapkan” (Moh. Nazir, 2005:271). Pendapat yang lain dikemukakan oleh Sugiyono (2010:297) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi yang ada yaitu siswa kelas VA dan VB sebagai sampel penelitian. 2. Sampel
Sugiyono (2010:297) mengemukakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi tertentu. Sampel penelitian ini ada dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Penelitian ini menggunakan seluruh populasi yang ada yaitu siswa kelas VA dan VB sebagai sampel. Penelitian ini mengambil subyek SDK Sengkan dengan studi kasus kelas VA sebagai kelompok eksperimen dan VB sebagai kelompok kontrol. Kedua kelas tersebut memiliki jumlah siswa yang berbeda yaitu 31 siswa kelas A dan 32 siswa kelas B.
Pemilihan kelompok eksperimen dan kontrol tersebut, dipilih dengan cara diundi dan disaksikan oleh guru mitra agar tidak ada subyektifitas terhadap salah satu kelas. Guru mitra merupakan seorang guru yang mengampu mata pelajaran IPS untuk kelas VA dan VB. Guru mitra ini jugalah yang memberikan pembelajaran untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hal-hal tersebut dilakukan dikarenakan guru mitra lebih mengerti bagaimana karakteristik siswa yang akan diteliti
(56)
Kooperatif Tipe Jigsaw I
Prestasi Belajar Minat Belajar
selain itu juga untuk mengurangi faktor bias dalam penelitian. Kegiatan pengamatan dan dokumentasi dilakukan oleh peneliti.
D. Variabel Penelitian
Suharsimi (1996:99) menyatakan bahwa variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi perhatian suatu penelitian. Sementara itu Sugiyono (2010:61) mengemukakan bahwa variabel adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi terentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan.
Variabel yang akan diteliti oleh peneliti dalam penelitian dibagi menjadi 2 yaitu: (1) Variabel independen (bebas), Sugiyono (2010:61) mengatakan, variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Sedangkan (2) Variabel dependen (terikat), Sugiyono (2010:61) mengemukakan bahwa variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independenya adalah model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan yang menjadi variabel dependen dalam penelitian ini adalah minat belajar dan prestasi belajar.
Variabel independen Variabel dependen
(57)
E. Instrumen Penelitian
Margono (2003:155) berpendapat bahwa instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian. Instrumen merupakan alat ukur dalam penelitian (Sugiyono, 2010: 148). Dalam penelitian ini digunakan jenis instrumen penelitian bentuk test dan non test.
1. Instrumen Tes
Tes banyak digunakan dalam pengukuran prestasi belajar di sekolah. Tes prestasi belajar adalah suatu tes yang mengukur prestasi seseorang dalam suatu bidang sebagai hasil proses belajar yang khas yang dilakukan secara sengaja dalam bentuk pengetahuan, pemahaman, keterampilan, sikap, dan nilai (Masidjo, 2006:40).
Instrumen penelitian tes ini digunakan untuk mengukur prestasi belajar siswa. Peneliti telah membuat 35 soal pilihan ganda, setelah diujikan diperoleh 20 soal pilihan ganda yang valid.Pengujian soal dilakukan di SDN Kledokan dengan alasan SDN Kledokan mempunyai nilai KKM yang sama dengan SD yang akan diteliti, yaitu SDK Sengkan.
Tes tertulis merupakan tes di mana soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan (Kunandar, 2009: 187). Tes yang digunakan adalah tes obyektif. Tes obyektif yaitu tes yang disusun di mana setiap pertanyaan tes disediakan alternatif jawaban yang dapat dipilih (Margono, 2005: 170).
(58)
Berikut ini kisi-kisi yang akan digunakan untuk membuat instrumen penelitian.
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes
Standar Kompetensi : 2. Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
Kompetensi Dasar : 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
Indikator No item
Menceritakan peristiwa penting perjuangan bangsa dalam usaha mempersiapkan kemerdekaan
2, 3, , 6, 7, 9, 11, 12, 13, 15, 17, 18, 21, 22, 27
Menjelaskan perlunya perumusan Dasar Negara sebelum kemerdekaan
4, 5, 10, 8, 19, 23
Menceritakan peranan beberapa tokoh pejuang dalam mempersiapkan kemerdekaan
14, 16, 24, 25, 26,
Membuat riwayat singkat / ringkasan tentang tokoh penting dalam rangka persiapan kemerdekaan
29, 31, 33
Memberi contoh sikap / cara menghargai jasa para tokoh dalam mempersiapkan kemerdekaan
1, 20, 28, 30, 32, 34, 35
2. Instrumen Non Test
Instrumen non tes digunakan untuk mengukur minat belajar siswa, peneliti telah membuat 30 item penyataan dan setelah diuji diperoleh 20 item pernyataan yang valid. Instrumen non test berupa angket minat. Angket merupakan instrumen yang bersifat informatif dengan atau tanpa penjelasan berupa pendapat, penilaian ungkapan dan lain-lain (Kunandar, 2009:173). Angket yang digunakan adalah angket pertanyaan terikat yang tertutup berbentuk angket minat belajar.
Lembar angket minat belajar adalah sejumlah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden, dalam arti laporan tentang minat yang ada dalam dirinya apakah sikap-sikap positif
(59)
yang didapat menetap dalam dirinya atau tidak. Berikut ini kisi-kisi pengembangan yang akan digunakan untuk membuat instrumen penelitian.
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Angket
Standar Kompetensi : 2 Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia
Kompetensi Dasar : 2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia
Indikator No soal
Tertarik mengikuti pelajaran IPS 1, 2
Mersa senang dalam pelajaran IPS 3,4
Merasa menerima belajar dalam pembelajaran 5,6
Konsentrasi dalam pembelajaran IPS 17,27
Memperhatikan tiap tahapan kegiatan pembelajaran IPS 18,26
Merasa puas mengikuti pelajaran IPS 7,8, 28
Terlibat aktif dalam kegiatan pelajaran IPS 11,12,14,19
Tertantang untuk mengerjakan sesuatu dan berfikir kreatif 9,10,13
Usaha yang dilakukan dalam pelajaran IPS 15, 16, 29
Serius mengikuti pelajaran IPS 20,21, 30
Tanggapan selama mengikuti pelajaran IPS 22,23,24
F. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen 1. Validitas Instrumen
Masidjo (2006:242) berpendapat bahwa validitas suatu tes adalah taraf sampai di mana suatu tes mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Suatu instrumen dikatakan valid apabila tes tersebut tepat dan teliti mengukur apa yang hendak diukur.
Suatu butir instrumen bisa dikatakan valid jika nilai r hitung > r tabel, maka item berkorelasi signifikan terhadap skor total (artinya item
(60)
dinyatakan valid) dan jika nilai r hitung < r tabel, maka item tidak berkorelasi signifikan terhadap skor total (artinya item dinyatakan tidak valid).
Penghitungan Validitas dapat mengunakan program komputer bernama SPSS. Tujuan menggunakan program komputer tersebut agar data dapat dianalisis dengan cepat dan memiliki keakuratan analisis yang cukup tinggi.
a. Validitas soal
Validasi Instrumen soal ditempuh secara empiris dengan cara diujikan di lapangan yaitu di SDN Kledokan, pengujian soal dilakukan di SDN Kledokan dengan alasan SDN Kledokan mempunyai nilai KKM yang sama dengan SD yang akan diteliti, yaitu SDK Sengkan. Peneliti telah membuat 35 soal pilihan ganda, setelah diujikan diperoleh 20 soal pilihan ganda yang valid.
Rincian hasil perhitungan uji validitas dihitung dengan SPSS 20 for Windows menggunakan rumus product moment terhadap 35 soal pilihan ganda dicantumkan dalam lampiran (lampiran 6, halaman 95). b. Validitas Angket
Angket adalah suatu alat pengumpul data yang berupa serangkaian pertanyaan yang diajukan pada responden untuk mendapat jawaban. Dalam penelitian ini peneliti telah membuat 30 pernyataan, setelah diujikan diperoleh 20 pernyataan yang valid.
Rincian hasil perhitungan uji validitas dihitung dengan SPSS 20 for Windows menggunakan rumus product moment terhadap 30 pernyataan dicantumkan dalam lampiran (lampiran 6, halaman 96).
(61)
2. Reliabilitas Instrumen
Masidjo (2006:233) menyatakan bahwa suatu tes yang reliabel atau andal adalah suatu tes yang hasil pengukurannya dalam satu atau berbagai pengukuran menunjukkan hasil yang konsisten atau hasil yang yang tepat dan teliti. Untuk penentuan reliabilitas hanya diambil item-item yang valid saja, yaitu 20 soal angket minat, 20 soal pilihan ganda. Penentuan reliabilitas menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Metode ini sangat cocok digunakan pada skor berbentuk skala (misal 1-5) atau skor rentang (misal 0-50), selain itu juga dapat digunakan pada skor dikotomi (0 dan 1) dan akan menghasilkan perhitungan yang setara dengan menggunakan metode KR-20 dan Anova Hoyt. Hasil perhitungan reliabilitas internal seluruh instrumen dikonsultasikan dengan tabel kriteria koefisien reliabilitas berikut ini.
Tabel 3.3 Kualifikasi Reliabilitas (Masidjo, 2006:209)
Koefisien Korelasi Kualifikasi
±0,91 - ±1,00 ±0,71 - ±0,90 ±0,41 - ±0,70 ±0,21 - ±0,40 0 - ±0,20
Sangat tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
a. Reliabilitas soal
Suatu soal dapat dikatakan reliabel jika memberikan hasil yang tetap. Dari pengujian soal pilihan ganda dari 35 soal diperoleh 20 soal yang valid. Untuk penentuan reliabilitas hanya diambil item-item yang valid saja.
(62)
Berikut ini perhitungan reliabilitas dengan SPSS 20 for Windows menggunakan rumus Alpha Cronbach untuk soal pilihan ganda:
Tabel 3.4 Uji reliabilitas soal pilihan ganda Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.842 20
Tabel di atas menunjukkan harga Cronbach’s Alpha untuk soal pilihan ganda sebesar 0,842. Hal tersebut menunjukkan bahwa 20 item soal pilihan ganda tersebut reliabel karena memiliki kualifikasi tinggi sehingga layak dijadikan sebagai instrumen pengumpul data. b. Reliabilitas angket
Suatu angket dikatakan reliabel atau andal apabila jawaban seseorang terhadap pertanyaan yang diajukan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji statistik alpha cronbach’s.
Berikut ini perhitungan reliabilitas dengan SPSS 20 for Windows menggunakan rumus Alpha Cronbach untuk angket minat:
Tabel 3.5 Uji reliabilitas angket minat Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items
.827 20
Tabel di atas menunjukkan harga Cronbach’s Alpha untuk soal pilihan ganda sebesar 0,827. Hal tersebut menunjukkan bahwa 20 item soal pilihan ganda tersebut reliabel karena memiliki kualifikasi tinggi sehingga layak dijadikan sebagai instrumen pengumpul data.
(1)
(2)
143
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(3)
ULANGAN HARIAN KELAS V
STANDAR KOMPETENSI : Menghargai peranan tokoh pejuang dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankaan kemerdekaan Indonesia
KKM : 65
TAHUN AJARAN 2010/2011 TAHUN AJARAN 2011/2012
No KELAS VA KELAS VB KELAS VA KELAS VB
1 60 60 55 75
2 55 60 50 60
3 85 65 50 60
4 90 80 75 62
5 85 85 80 60
6 85 55 50 62
7 60 55 55 75
8 60 58 60 75
9 75 78 100 80
10 55 60 75 85
11 80 70 75 90
12 80 60 60 60
13 50 60 85 60
14 60 60 70 90
15 60 80 60 90
16 75 58 45 60
17 90 80 62 65
18 85 85 40 80
19 60 80 70 60
20 75 60 60 55
21 60 60 60 45
22 60 55 70 90
23 75 60 60 25
24 75 90 60 75
25 75 75 55 50
26 80 80 60 60
27 55 60 90 65
28 55 75 80 60
29 65 70 65 60
30 65 45 35 62
31 60 60 55
(4)
145
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Arif Eka Prabawa merupakan anak pertama dari pasangan Suraya dan Suprihatin. Lahir di Bantul, 26 Agustus 1990.Pendidikan awal dimulai di TK Arjuna Dayu, Gadingsari Sanden, Bantul tahun 1995-1997. Dilanjutkan di SD NegeriDayu, Gadingsari, Sanden, Bantul tahun 1997-2003. Dilanjutkan ke jenjang pendidkan Sekolah Lanjut Tingkat Pertama SMP Negri 1 Sanden, Bantul,Yogyakarta pada tahun 2003-2006. Tahun 2006-2009penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Teknologi Industri di yogyakarta.
Kemudian menempuhpendidikan di Universitas Sanata Dharma pada Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 2009. Selama menempuh pendidikan sudah banyak kegiatan organisasi yang telah diikuti oleh penulis, antara lain saat SMP penulis mengikuti OSIS. Saat SMA penulis mengikuti OSIS. Saat di Perguruan Tinggi banyak kegiatan organisasi yang sudah diikuti, antara lain menjadi panitian dalam acara parade gamelan anak selama 2 periode, menjadi panitia dalam inisiasi mahasiswa baru, panitia acara public
speaking antar mahasiswa PGSD se DIY JATENG, dll.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
(5)
viii ABSTRAK
Prabawa, Arif Eka. (2013). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Jigsaw I Dalam Meningkatkan Minat Dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran IPS
Kelas V SD Kanisius Sengkan. Skripsi: Yogyakarta: Pendidikan Guru Sekolah
Dasar, Universitas Sanata Dharma
Kata kunci: Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I, prestasi belajar, minat belajar, mata pelajaran IPS.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I terhadap 1) minat belajar dan 2) prestasi belajar peserta didik kelas V SDK Sengkan pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013 mata pelajaran IPS materi mempersiapkan kemerdekaan Indonesia.
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi-experimental design tipe non-equivalent control group design. Subjek
penelitian ini adalah peserta didik kelas V SDK Sengkan yang terdiri dari kelas VA sebanyak 31 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VB sebanyak 32 siswa sebagai kelompok kontrol. Instrument penelitian berupa soal pilihan ganda untuk variabel prestasi belajar dan angket minat untuk variabel minat belajar. Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dengan menggunakan angket awal, angket akhir, pretest dan posttest pada kelompok kontrol dan eksperimen. Analisis data yang dilakukan menggunakan program SPSS 20 dengan tiga langkah yaitu dengan uji homogenitas (perbedaan skor pretest), uji perbedaan skor pretest ke posttest, dan uji pengaruh perlakuan (perbedaan skor posttest) antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol.
Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) ada pengaruh antara penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw Iterhadap prestasi belajar peserta didik yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,03 (atau < 0,05); 2) ada pengaruh penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I terhadap minat belajar peserta didik walaupun tidak secara signifikan yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0,810 (atau > 0,05) pada selisih skor kelompok kontrol dan kelompok eksperimen serta ditunjukan dengan selisih rata-rata data skor kelompok kontrol dan kelompok eksperimen yaitu 7,9 pada kelompok kontrol dan 8,01 pada kelompok eksperimen.
(6)
ix ABSTRACT
Prabawa, Arif Eka. (2013). The Effect of Type Jigsaw I Cooperative Learning Model in Developing Interest in Learning Achievement and Social Subjects in 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School. Skripsi: Yogyakarta: Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.
Keywords: Cooperative learning model type jigsaw I, achievement, interest in learning, social studies subjects.
The research was aimed at identifying the effect of of the use of jigsaw I cooperative learning model to: 1) interest in learning, and 2) learning achievement of students 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School in the academic year 2012/ 2013, in the subject social studies materials to prepare the independence of Indonesia.
The type of research used in this study was quasi experimental type with non –equivalent control group design. The subjects of this research are learners in 5th grade in the Kanisius Sengkan Elementary School grouped into experimental group, consisting of 24 students from VA, and control group consisting of 24 students from VB. Instruments for this study was in the form of multiple choice questions for the variable academic achievement and an interest in a variable interest questionnaire study. Data collection technique used in this study is in the form of the application of pretest and posttest both in control and experimental groups. PASW SPSS 20 was used to analyze the test, consisting of three steps pretest score difference test, pretest posttest score difference test, and posttest score difference test between experimental group and control group.
The results of research showed that: 1) there were effect of the application of cooperative learning jigsaw I model of the learning achievement of students as indicated by the significant value of 0,03 (or < 0,05); 2) There were significant implementation jigsaw cooperative learning model to students learning interest, although not significant as indicated by the significance value of 0,810 (or > 0,05) in the control group and the difference score of the experimental group and indicated the mean difference score data control group and the experimental group is 7,9 in the control group and 8,01 in the experimental group.