Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

(1)

SISWA KELAS IV SD KANISIUS KLEPU DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

Oleh:

Karolina Rina Adventin

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya keaktifan dan prestasi belajar IPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II? (2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata

pelajaran IPS? (3) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu?

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart. Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Klepu, Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 24 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan, kuesioner, dan tes. Data diolah berdasarkan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Siswa melakukan kegiatan membaca, (b) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli, (c) Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok ahli ke dalam kelompok asal, (d) Siswa mengerjakan tes secara individu, (e) Siswa mendapatkan penghargaan kelompok. (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS. Hal ini nampak pada peningkatan rata-rata keaktifan siswa pada kondisi awal sebesar 48,41, pada siklus I sebesar 73,08, dan siklus II sebesar 86,45. (3) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS. Hal ini nampak pada peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa pada kondisi awal sebesar 62, siklus I sebesar 79,37 dan siklus II sebesar 89,37. Sedangkan peningkatan ketuntasaan belajar dari kondisi awal hingga siklus I mencapai 88% dan siklus II mencapai 100%.


(2)

xx  

SISWA KELAS IV SD KANISIUS KLEPU DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh : Karolina Rina Adventin

NIM : 101134107

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014


(3)

ii


(4)

iii


(5)

iv

 

Sebagai ungkapan terima kasihku kepada:

1. Yesus Kristus dan Bunda Maria, atas segala berkat dan rahmatnya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Keluarga saya yang telah memberikan semangat agar dapat menyelesaikan kuliah dengan baik dan tepat waktu


(6)

v

 

“JANGAN PERNAH BERPUTUS ASA KETIKA MENGALAMI KEGAGALAN TETAPI UBAHLAH KEGAGALAN

ITU MENJADI SEBUAH SEMANGAT UNTUK MENJADI LEBIH BAIK”

“DIBALIK KESULITAN YANG PERNAH KITA ALAMI PASTILAH ADA HARI INDAH YANG AKAN KITA TERIMA

SELANJUTNYA”

“JANGAN PERNAH RAGU MEMBERIKAN SEMANGAT KEPADA ORANG LAIN KARENA KITA PASTI AKAN MENDAPATKAN SEMANGAT JUGA. JANGAN PERNAH RAGU MENDOAKAN KEBERHASILAN ORANG LAIN KARENA KITA


(7)

vi


(8)

vii


(9)

viii

 

ABSTRAK

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SD KANISIUS KLEPU DENGAN MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II Oleh:

Karolina Rina Adventin

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya keaktifan dan prestasi belajar IPS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Bagaimana upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II? (2) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS? (3) Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu?

Penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas yang mengacu pada model siklus yang dikemukakan oleh Kemmis dan Taggart. Dalam satu siklus terdiri dari empat langkah, yaitu: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SD Kanisius Klepu, Yogyakarta tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 24 siswa. Teknik pengumpulan data meliputi pengamatan, kuesioner, dan tes. Data diolah berdasarkan teknik analisis data secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Siswa melakukan kegiatan membaca, (b) Siswa melakukan diskusi dalam kelompok ahli, (c) Siswa melaporkan hasil diskusi kelompok ahli ke dalam kelompok asal, (d) Siswa mengerjakan tes secara individu, (e) Siswa mendapatkan penghargaan kelompok. (2) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS. Hal ini nampak pada peningkatan rata-rata keaktifan siswa pada kondisi awal sebesar 48,41, pada siklus I sebesar 73,08, dan siklus II sebesar 86,45. (3) Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS. Hal ini nampak pada peningkatan rata-rata prestasi belajar siswa pada kondisi awal sebesar 62, siklus I sebesar 79,37 dan siklus II sebesar 89,37. Sedangkan peningkatan ketuntasaan belajar dari kondisi awal hingga siklus I mencapai 88% dan siklus II mencapai 100%.

Kata kunci: keaktifan belajar, prestasi belajar, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II


(10)

ix

 

ABSTRACT

IMPROVING ACTIVITY AND LEARNING ACHIEVEMENT OF GRADE STUDENTS OF SD KANISIUS KLEPU IN SOCIAL SCIENCE THROUGH

COOPERATIVE LEARNING APPROACH JIGSAW II TYPE

By:

Karolina Rina Adventin 101134107

This study was conducted to know improve activity and learning achievement of social sciences. This research aimed to know (1) How to improve activity and learning achievement of 4th grade students of SD Kanisius Klepu in social science by using Cooperative Learning Approach Jigsaw II type? (2) Does the use of Cooperative Learning Approach Jigsaw II type improves learning activity of 4th grade students of SD Kanisius Klepu in Social Science subject? (3) Does the use of Cooperative Learning Approach Jigsaw II type improves learning achievement of 4th grade students of SD Kanisius Klepu?

This research was a classroom action research which was based on Kemmis and Taggart’s research model. In one cycle there were four steps, namely: planning, action, observation, and reflection. The subject of this research was all 4th grade students of SD Kanisius Klepu, Yogyakarta batch 2013/2014. Data collection technique included observation, questioner, and test. The data were further processed based on data analysis technique in descriptive qualitative and quantitative way.

The result of the research showed that: (1) Improving activity and learning achievement of 4th grade students of SD Kanisius Klepu through cooperative learning approach Jigsaw II type can be implemented through the following steps: (a) the students conduct reading activity, (b) Students do discussion in expert-group, (c) Students report the result of expert-group discussion to team, (d) Students do the test individually, (e) Students receive team recognition. (2) The use of Cooperative Learning Approach Jigsaw II type can improve the learning activity of 4th grade students of SD Kanisius Klepu in Social science. It can be seen from the increasing of students’ activity average. The average data in the initial condition was 48, 41, in the first cycle it was 73, 08, and in the second cycle 86, 45. (3) The use of Cooperative learning Jigsaw II type can improve learning achievement of 4th grade students of SD Kanisius Klepu in social science. It can be seen from the increasing of students’ learning achievement average. The average data in the initial condition was 62, in the first cycle was 79,37 and in the second cycle was 89,37. While, the percentage of students’ passed standard value in the first cycle was 88% and in the second cycle was 100%.

Keyword: learning activity, learning achievement, cooperative learning approach Jigsaw II type


(11)

x

 

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi dengan judul “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Klepu Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II”. Adapun salah satu tujuan penyusunan skripsi ini adalah salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Penulis menyadari tanpa adanya bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D., Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma yang telah mengesahkan skripsi ini.

2. Romo Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., S.S., BST., M.A., Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

3. Bapak Drs. Y.B. Adimassana, M.A., dosen pembimbing I yang telah membimbing dan memberikan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Maria Melani Ika Susanti., S. Pd., M. Pd. dosen pembimbing II yang telah membimbing dan memberikan motivasi sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini.


(12)

xi


(13)

xii

 

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

LEMBAR PENYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xviii

DAFTAR LAMPIRAN ... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

B.Pembatasan Masalah ... 6

C.Perumusan Masalah ... 6

D.Pemecahan Masalah ... 7

E.Batasan Pengertian ... 7

F. Tujuan Penelitian ... 8

G.Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10

A.Kajian Teori ... 10

1. Belajar ... 10

a. Pengertian Belajar ... 10

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 11

2. Prestasi Belajar ... 13

a. Pengertian Prestasi ... 13


(14)

xiii

 

a. Pengertian Keaktifan Belajar ... 15

b. Ciri-ciri Keaktifan Belajar ... 16

4. Model Pembeajaran Kooperatif ... 17

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

b. Macam-macam Model Pembelajaran Kooperatif ... 18

c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 23

d. Ciri-ciri Model Pembelajaran ... 24

e. Prosedur Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif ... 26

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I ... 27

a. Pengertian Tipe Jigsaw I ... 27

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I .... 28

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II ... 29

a. Pengertian Tipe Jigsaw II ... 29

b. Jadwal Kegiatan Menggunakan Jigsaw II ... 30

c. Kelebihan Jigsaw II Dibanding Jigsaw I ... 32

7. Penghargaan Kelompok ... 33

a. Poin/Skor Kemajuan ... 33

b. Skor Tim/Kelompok ... 34

c. Merekognisi Prestasi Tim ... 34

d. Pengakuan Kelompok ... 34

8. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar ... 35

a. Hakikat Ilmu Pegetahuan Sosial ... 35

b. Karakteristik IPS ... 35

c. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar ... 36

d. Penerapan Tipe Jigsaw II dalam Pembelajaran IPS ... 37

B.Penelitian Relevan ... 38

Penelitian Keaktifan dan Prestasi Belajar ... 38

C.Kerangka Berpikir ... 41

D.Hipotesis Tindakan ... 42

BAB III METODE PENELITIAN ... 43


(15)

xiv

 

1. Tempat Penelitian ... 45

2. Subyek Penelitian ... 46

3. Obyek Penelitian ... 46

4. Waktu Penelitian ... 46

C.Rencana Tindakan ... 47

1. Persiapan ... 47

2. Rencana Setiap Siklus ... 48

a.Siklus I ... 48

b.Siklus II ... 52

D. Pengumpulan Data ... 56

1. Peubah (Variabel) ... 56

2. Teknik Pengumpulan Data ... 57

a. Teknik Pengumpulan Data Keaktifan Belajar ... 57

b. Teknik Pengumpulan Data Prestasi Belajar ... 58

E.Instrumen Penelitian ... 58

1. Instrumen Keaktifan Belajar Siswa ... 58

2. Instrumen Prestasi Belajar ... 61

F. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 61

1. Validitas Instrumen Penelitian ... 61

2. Validitas Perangkat Pembelajaran ... 68

3. Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 70

G.Analisis Data ... 72

1. Analisis Data Keaktifan Belajar ... 72

2. Analisis Data Prestasi Belajar ... 74

H.Kriteria Keberhasilan ... 75

1. Kriteria Keberhasilan Keaktifan Belajar ... 75

2. Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar ... 76

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 77

A.Hasil Penelitian ... 77

1. Kondisi Awal Sebelum Penelitian ... 77


(16)

xv

 

2. Siklus I ... 81

a. Perencanaan ... 81

b. Pelaksanaan ... 82

c. Pengamatan ... 89

d. Refleksi ... 93

3. Siklus II ... 96

a. Perencanaan ... 97

b. Pelaksanaan ... 93

c. Pengamatan ... 104

d. Refleksi ... 107

B.Pembahasan ... 110

1. Keaktifan Belajar ... 111

2. Prestasi Belajar ... 113

BAB V PENUTUP ... 120

A.Kesimpulan ... 120

B.Keterbatasan Penelitian ... 121

C.Saran ... 122


(17)

xvi

 

Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV SD

Kanisius Klepu ... 4

Tabel 2.1 Poin Berdasarkan Poin Kemajuan... 33

Tabel 2.1 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok ... 34

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian... 46

Tabel 3.2 Pengumpulan Data dan Instrumennya ... 57

Tabel 3.3 Kisi-kisi Pengamatan Keaktifan Belajar ... 59

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Keaktifan Belajar ... 60

Tabel 3.5 Pengukuran Skala Likert ... 60

Tabel 3.6 Kisi-kisi Soal Objektif Sebelum Uji Coba ... 61

Tabel 3.7 Perhitungan Validitas Soal Siklus I ... 64

Tabel 3.8 Kisi-kisi Soal Objektif Siklus I Setelah Uji Coba ... 66

Tabel 3.9 Perhitungan Validitas Soal Siklus II ... 66

Tabel 3.10 Kisi-kisi Soal Objektif Siklus II Setelah Uji Coba ... 68

Tabel 3.11 Kriteria Validasi Perangkat Pembelajaran ... 69

Tabel 3.12 Hasil Perhitungan Validasi Perangkat Pembelajaran ... 69

Tabel 3.13 Kuefisien Reliabilitas ... 71

Tabel 3.14 Pedoman Rata-rata Keaktifan Belajar ... 72

Tabel 3.15 Kriteria Keberhasilan Keaktifan Belajar ... 75

Tabel 3.16 Kriteria Keberhasilan Prestasi Belajar ... 76

Tabel 4.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 77 Tabel 4.2 Data Kondisi Awal Keaktifan Belajar Berdasarkan


(18)

xvii

 

Tabel 4.3 Data Hasil Ulangan IPS Siswa Kelas IV Th. 2012/2013 ... 80

Tabel 4.4 Data Keaktifan Belajar Siswa Berdasarkan Pengamatan dan Kuesioner Siklus I ... 91

Tabel 4.5 Prestasi Belajar Siswa Siklus I ... 92

Tabel 4.6 Data Keaktifan Belajar Siswa Berdasarkan Pengamatan dan Kuesioner Siklus II ... 105

Tabel 4.7 Prestasi Belajar Siswa Siklus II ... 106

Tabel 4.8 Rata-rata Keaktifan Belajar Siswa ... 111

Tabel 4.9 Perbandingan Kenaikan dan Ketuntasan Rata-rata Keaktifan ... `112

Tabel 4.10 Data Prestasi Belajar Siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPS ... 114

Tabel 4.11 Perbandingan Kenaikan dan Ketuntasan Rata-rata Prestasi ... 115 Tabel 4.12 Perbandingan Hasil Pencapaian Keaktifan dan Prestasi Belajar . 117


(19)

xviii

 

Gambar 2.1 Literature Map Penelitian-penelitian Terdahulu ... 40

Gambar 3.1 Siklus Penelitian dari Kemmis dan Taggart ... 44

Gambar 4.1 Peningkatan Keaktifan Belajar ... 113

Gambar 4.2 Peningkatan Prestasi Belajar ... 116


(20)

xix

 

Lampiran 1. Silabus ... 127

Lampiran 2. RPP Siklus I ... 133

Lampiran 3. RPP Siklus II ... 145

Lampiran 4. Rangkuman Materi ... 157

Lampiran 5. LKS Siklus I ... 167

Lampiran 6. LKS Siklus II ... 173

Lampiran 7. Pembagian Kelompok Jigsaw II ... 179

Lampiran 8. Penghargaan Tim ... 180

Lampiran 9. Lembar Penilaian Siklus I ... 181

Lampiran 10. Lembar Penilaian Siklus II ... 183

Lampiran 11. Soal Evaluasi Siklus I ... 185

Lampiran 12. Soal Evaluasi Siklus II... 188

Lampiran 13. Kunci Jawaban Soal Evaluasi ... 191

Lampiran 14. Hasil Uji Validitas Soal Siklus I ... 193

Lampiran 15. Hasil Uji Validitas Soal Siklus II ... 195

Lampiran 16 Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus I ... 197

Lampiran 17. Data Uji Reliabilitas Siklus I ... 198

Lampiran 18. Hasil Uji Reliabilitas Soal Siklus II... 203

Lampiran 19. Data Uji Reliabilitas Siklus II... 204

Lampiran 20. Indeks Kesukaran Soal Siklus I ... 209

Lampiran 21. Indeks Kesukaran Soal Siklus II ... 211

Lampiran 22. Pedoman Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 212

Lampiran 23. Hasil Pengamatan Keaktifan Belajar Siswa ... 213

Lampiran 24. Kuesioner Keaktifan ... 219

Lampiran 25. Hasil Kuesioner Keaktifan Belajar Siswa ... 221

Lampiran 26. Instrumen Validasi Desain Pembelajaran ... 225

Lampiran 27. Hasil Evaluasi Siswa Siklus I ... 229

Lampiran 28. Hasil Evaluasi Siswa Siklus II ... 230

Lampiran 29. Data Prestasi Belajar Siswa Tahun Pelajaran 2012/2014 ... 231


(21)

xx  

Lampiran 32. Hasil Validasi Perangkat Pembelajaran ... 249

Lampiran 33. Hasil Kerja LKS ... 253

Lampiran 34. Hasil Kerja Soal Evaluasi Siklus I ... 256

Lampiran 35. Hasil Kerja Soal Evaluasi Siklus II ... 259

Lampiran 36. Hasil Kuesioner ... 263

Lampiran 37. Foto Kegiatan ... 265

Lampiran 38. Surat Ijin Penelitian ... 269


(22)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dibahas latar belakang masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, pemecahan masalah, batasan pengertian, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang Masalah

“Pendidikan adalah proses mendidik, membina, mengendalikan, mengawasi, mempengaruhi, dan mentransmisikan ilmu pengetahuan yang dilaksanakan oleh para pendidik kepada anak didik untuk membebaskan kebodohan, meningkatkan pengetahuan, dan membentuk pribadi yang lebih baik dan bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari” (Salahuddin, 2011:22). Hal ini lebih menegaskan kepada para pendidik untuk memperbanyak ilmu pengetahuannya agar ilmu yang akan diberikan oleh peserta didik kelak adalah ilmu yang baru dan mengikuti perkembangan zaman yang semakin maju. Ilmu yang baru dan mengikuti perkembangan zaman adalah mengenai bagaimana tujuan kegiatan belajar dan mengajar dapat tercapai.

Kegiatan belajar yang berkualitas ditentukan oleh bagaimana materi yang diajarkan dapat dipahami dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari siswa. Usaha-usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keberhasilan dalam kegiatan belajar tersebut adalah dengan memperbaiki proses kegiatan belajarnya atau proses pembelajarannya. Dalam hal ini, guru memiliki peran yang besar dalam memperbaiki proses pembelajaran tersebut.


(23)

Dalam memperbaiki proses pembelajaran, guru dapat memulai dengan mengasah kemampuan siswa secara aktif yaitu aktif dalam menyelesaikan permasalahan dan aktif dalam bertanya. Keaktifan siswa dalam kegiatan belajar dan mengajar ini akan lebih membangun pengetahuan siswa secara alami dengan guru berguna sebagai fasilitator. Pembelajaran yang berpusat pada siswa akan lebih memperlihatkan potensi yang dimiliki oleh siswa dan pembelajaranpun akan menjadi lebih bermakna.

Di lembaga pendidikan sekolah, siswa akan mengenal berbagai mata pelajaran, seperti Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Matematika, Bahasa Indonesia, dan sebagainya. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang penting karena memiliki peranan dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupannya kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik (Susanto, 2013:143). Menurut Susanto, berkaitan dengan KTSP, Pemerintah telah memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. (Susanto, 2013:149).


(24)

Berdasarkan observasi yang dilaksanakan pada tanggal 01 Oktober 2013 pada kelas IV di SD Kanisius Klepu, guru masih terlihat mendominasi dalam mengajar dengan menggunakan metode ceramah. Pada saat kegiatan tanya jawab, hanya siswa tertentu saja yang bertanya dan mampu menjawab pertanyaan dari guru, sedangkan siswa yang lain hanya diam bahkan berbicara dengan teman sebelahnya. Hal ini membuat keaktifan siswa sangat kurang, siswa juga banyak yang mengalami kebosanan.

Peneliti melakukan kegiatan observasi kembali di kelas IV untuk mendapatkan data hasil kondisi awal keaktifan siswa tanggal 25 Februari 2014. Rata-rata kondisi awal keaktifan siswa adalah 53 dan termasuk kategori rendah. Kondisi belajar saat pelajaran berlangsung, siswa tidak memiliki perbedaan yang jauh dengan observasi yang pertama. Guru masih terlihat mendominasi dalam mengajar dengan aktif menjelaskan di depan. Selain itu, masih terlihat siswa yang sama yang mendominasi dalam belajar, baik saat kegiatan bertanya maupun menjawab pertanyaan dari guru. Siswa yang lain hanya diam dan memperhatikan siswa yang aktif dalam bertanya. Dengan kegiatan observasi tersebut maka dapat terlihat bahwa keaktifan siswa dalam belajar masih belum nampak.

Selain kegiatan observasi, peneliti juga melaksanakan wawancara pada 01 Oktober 2013 dengan Ibu Nimas Palmasari, S. Pd selaku guru kelas IV mengenai pembelajaran IPS SD Kanisius Klepu. Peneliti memperoleh informasi bahwa pelajaran IPS merupakan pelajaran yang sulit. Pelajaran IPS banyak menggunakan hafalan sehingga hal ini membuat guru menjadi bingung harus menggunakan metode yang paling cocok. Guru pun mengakui bahwa beliau sering


(25)

menggunakan metode ceramah dan membuatkan catatan untuk dipelajari siswa. Alasannya, materi IPS masih abstrak dan perlu dijelaskan secara detail agar siswa memahami materi. Selain itu, terdapat pula materi pelajaran di luar kehidupan siswa. Siswa belum memiliki pengetahuan awal dan saat mendapat materi pelajaran itu, siswa pun menjadi bingung bahkan pada akhirnya mengalami kesulitan dalam memahami. Guru pun mengeluhkan mengenai keaktifan siswa dalam belajar. Guru sudah mengatur strategi dengan menempatkan siswa-siswa yang memiliki prestasi dan keaktifan belajar yang baik dengan duduk di belakang serta duduk bersama siswa yang memiliki prestasi yang kurang, tetapi hal tersebut tidak memberikan perbedaan yang maksimal, melainkan masih tetap sama. Siswa yang aktif semakin aktif, siswa yang diam semakin diam.

Peneliti juga memperoleh informasi tentang prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan nilai ulangan harian. Nilai ulangan harian tersebut merupakan hasil belajar pada materi “mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya”. Berikut ini adalah data kondisi awal siswa dapat dilihat pada tabel 1.1.

Tabel 1.1 Data Kondisi Awal Ketuntasan Belajar Siswa Kelas IV SD Kanisius Klepu

Tahun KKM Ketuntasan Rata-rata

nilai

Ya Tidak Jumlah Siswa

2012/2013 60 20 siswa (66,7%)

10 siswa

(33,3%) 30 siswa 62 Sumber: Data nilai kelas IV tahun ajaran 2012/2013.


(26)

Berdasarkan daftar tabel di atas, tahun 2012/2013 didapatkan bahwa dari 30 siswa terdapat 10 siswa mendapat nilai di bawah 60 dan 20 siswa mencapai ketuntasan dengan perincian sebagai berikut: 7 siswa mendapat nilai mencapai 60, 13 siswa mendapat nilai di atas 60 dan 10 siswa mendapat nilai di bawah 60. Pada tahun 2012/2013, ketuntasan mencapai 66,7% sedangkan yang tidak mencapai ketuntasan adalah 33,3% sehingga rata-rata nilainya adalah 62.

Untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS, peneliti akan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan secara khusus memilih tipe Jigsaw II untuk meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa. Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II karena model pembelajaran ini mampu memecahkan kesulitan belajar dengan cara bekerja kelompok yaitu tim ahli dan tim asal. Selain itu, siswa dapat menghargai pendapat orang lain dan belajar memberikan pendapat. Alasan lainnya dapat meningkatkan sikap toleransi dan relasi antar siswa, adanya penghargaan kepada siswa sehingga hal tersebut akan menarik perhatian siswa dan mampu meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar siswa. Peneliti lebih memilih model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dibandingkan dengan tipe Jigsaw lainnya dikarenakan memiliki keunggulan dalam hal penskoran dan reward, misalnya penskoran digunakan untuk melihat kemajuan siswa dengan adanya poin kemajuan. Selain itu, reward diberikan kepada kelompok yang mendapatkan skor sesuai dengan kriteria. Hal ini akan lebih memacu siswa untuk aktif dalam belajar.


(27)

Berdasarkan kondisi tersebut maka penulis tergerak untuk melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul: “Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Klepu Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II”.

B. Pembatasan Masalah

Dalam penelitian ini peneliti hanya akan membatasi masalah hanya pada : 1. Kompetensi dasar mata pelajaran IPS kelas IV semester II tentang mengenal

perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

2. Keaktifan siswa dibatasi dengan kegiatan bertanya, mengungkapkan gagasan dan kreatif dalam menyelesaikan masalah.

3. Prestasi belajar dibatasi pada nilai siswa dengan mengerjakan soal evaluasi setiap akhir siklus yaitu pada pertemuan 3 setelah melaksanakan pembelajaran. 4. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran kooperatif

tipe Jigsaw II.

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah, masalah dalam penelitian ini akan dirumuskan menjadi :

1. Bagaimanakah upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II?


(28)

2. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS?

3. Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu?

D. Pemecahan Masalah

Masalah rendahnya keaktifan dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS dengan materi mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya akan diatasi dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

E. Batasan Pengertian

Dalam penelitian ini, peneliti memberikan batasan pengertian untuk menyamakan persepsi dalam memberikan pengertian, yaitu:

1. Keaktifan siswa adalah segala aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh siswa selama pembelajaran berlangsung, seperti menjawab pertanyaan, belajar bertanya, mendiskusikan sesuatu hal dengan kawannya, tanggungjawab terhadap pekerjaannya.

2. Prestasi belajar adalah hasil belajar yang telah didapatkan oleh siswa karena telah melaksanakan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar yang dimaksudkan adalah berupa skor atau dalam bentuk skor.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II adalah model pembelajaran kooperatif dimana dalam penerapannya siswa dibentuk dalam kelompok-kelompok kecil. Model pembelajaran ini akan melatih siswa untuk


(29)

bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dan kelompoknya. Model pembelajaran ini juga dilaksanakan dengan dua kali kerja yaitu adanya kelompok ahli dan kelompok asal, setiap kelompok terdiri dari 4-5 orang. F. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II.

2. Mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS.

3. Mengetahui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu.

G. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan didapatkan dalam penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti

Dapat menambah pengalaman dalam melaksanakan penelitian di sekolah dasar tentang upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS mengenai mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman.


(30)

2. Bagi siswa

Dapat memberikan pengalaman dalam belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II sehingga diharapkan dapat mengurangi kejenuhan atau kebosanan, serta meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar.

3. Bagi Sekolah

Dapat memberikan sumber bacaan di perpustakaan tentang penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II yang dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa, yang diharapkan memberikan inspirasi dan memacu guru melakukan penelitian yang sama ataupun penelitian yang lain.


(31)

10

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Pada bab II diuraikan yang mendasari kajian pustaka, adalah kajian teori, hasil penelitian relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis tindakan.

A. Kajian Teori 1. Belajar

a. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010:2). Sedangkan Suyono dan Hariyanto (2011:9) menjelaskan bahwa belajar adalah suatu proses pemerolehan pengetahuan yang disertai dengan adanya proses peningkatan keterampilan, perbaikan perilaku dan sikap, serta pengokohan kepribadian.

Belajar juga dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2003:68). Hal ini menyangkut tentang usaha seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang bersifat menetap. Perubahan tingkah laku dapat terjadi secara sadar dan bersifat positif. Perubahan perilaku tersebut dapat didapatkan dari pengalaman dalam berinteraksi, sedangkan pengalaman tersebut dapat


(32)

diperoleh dari adanya proses praktek atau latihan. Hal tersebut dilaksanakan agar peserta didik dapat berkembang secara optimal.

Berdasarkan pendapat yang telah dikemukakan di atas, belajar adalah proses memperoleh pengetahuan yang dilakukan oleh seseorang melalui latihan dan hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.

b. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Belajar adalah proses interaksi antara pendidik dan peserta didik. Slameto (2010:54) menjelaskan bahwa belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

Faktor jasmaniah dipengaruhi oleh faktor kesehatan dan cacat tubuh. Dalam faktor kesehatan, proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatannya juga terganggu. Seseorang dapat belajar dengan baik jika kesehatan badannya tetap terjamin dan menyeimbangkan dengan istirahat, tidur, makan, olahraga, rekreasi dan ibadah. Sedangkan pada faktor cacat tubuh, berupa tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh dan lain sebagainya. Keadaan tersebut juga dapat mempengaruhi belajar. Misalnya saja dia akan merasa terganggu dengan kondisi yang dialaminya yaitu cacat tubuh sehingga sulit untuk belajar.


(33)

Faktor psikologis. Ada tujuh faktor yang dapat tergolong ke dalam faktor psikologis, yaitu intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan. Ketujuh faktor tersebut masing-masing memberikan pengaruh yang sama dalam belajar yaitu adanya pengaruh positif dan pengaruh negatif. Pengaruh positif dapat mendorong seseorang tersebut untuk belajar dengan baik tanpa adanya gangguan. Sedangkan pengaruh negatifnya akan lebih banyak berkenaan saat belajar. Contohnya dapat menjadi faktor penghambat belajar, bahkan dapat membuat siswa gagal dalam belajar.

Faktor jasmiah yang terakhir adalah kelelahan. Faktor kelelahan dapat terbagi menjadi dua bagian, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemahnya tubuh dan timbul kecenderungan untuk berbaring. Sedangkan kelelahan rohani akan terlihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk berhasil menjadi hilang.

2. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Faktor keluarga memberikan pengaruh berupa cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga. Keempat hal tersebut sangat memberikan


(34)

pengaruh terhadap belajar anak. Pengaruh yang terjadi juga dapat positif dan negatif tergantung dari situasi yang sedang terjadi kini.

Begitu pun dengan faktor sekolah dan faktor masyarakat. Kedua faktor tersebut juga memiliki pengaruh terhadap prestasi belajar, misalnya saja dalam belajar di sekolah, faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya adalah adanya metode belajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah. Sedangkan di masyarakat dapat dipengaruhi oleh kegiatan siswa saat di masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakatnya.

Dengan demikian dapat dilihat secara jelas bahwa menurut Slameto (2010:54) terdapat dua faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal tergolong menjadi tiga faktor, yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan, sedangkan faktor eksternal dikelompokkan menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi

Prestasi adalah penguasaan pengetahuan/keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, ditunjukkan dengan nilai tes (KBBI, 2008:895). Sedangkan menurut Syah (2010:141) adalah prestasi adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam sebuah program. Dalam setiap kegiatan belajar siswa, siswa akan mempunyai sebuah tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Dengan kata lain,


(35)

setelah tujuan pembelajaran dicapai dengan baik, misalnya dengan mendapatkan nilai yang baik maka dapat dikatakan bahwa nilai dan tujuan pembelajaran itulah yang merupakan tingkat keberhasilan siswa karena tujuan pembelajaran yang telah terumuskan dapat tercapai.

Dengan adanya pengertian prestasi dan belajar, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dicapai melalui mata pelajaran dan ditunjukkan dengan nilai tes.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Dalam pendidikan, setiap siswa memiliki prestasi belajar yang berbeda-beda. Ahmadi dan Supriyono (2004:130) menjelaskan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

1) Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa. Sedangkan yang tergolong faktor internal adalah faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kematangan fisik maupun psikis.

Faktor jasmaniah dapat berupa penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh. Selanjutnya pada faktor psikologis, misalnya faktor intelektual meliputi faktor potensial dan faktor kecakapan, dan faktor psikologis lainnya adalah faktor non intelektual meliputi sikap, kebiasaan, minat motivasi, dan emosi. Selanjutnya faktor terakhir pada faktor kematangan fisik maupun psikis.


(36)

2) Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Faktor eksternal dibagi menjadi empat bagian, yaitu:

a) Faktor sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat, dan lingkungan kelompok.

b) Faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi, dan kesenian.

c) Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah, fasilitas belajar dan iklim. d) Faktor lingkungan spiritual atau keamanan. Faktor ini dilaksanakan secara

langsung atau tidak langsung dalam mencapai prestasi belajar.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dibagi menjadi dua, yaitu faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang dan faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar diri seseorang.

3. Keaktifan Belajar

a. Pengertian Keaktifan Belajar

John Dewey mengemukakan bahwa belajar adalah menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa untuk dirinya sendiri, maka inisiatif harus datang dari siswa sendiri (Riyanto, 2008:50). Keaktifan belajar adalah suatu proses kegiatan belajar dimana siswa tersebut aktif secara intelektual dan emosional, sehingga siswa tampak betul-betul berperan dan berpartisipasi aktif dalam melakukan kegiatan, dorongan untuk berbuat sesuatu, mempunyai kemauan dan aspirasinya sendiri (Moedjiono dan Dimyati, 1994:42).


(37)

Jadi keaktifan belajar adalah suatu proses kegiatan belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan siswa, dimana siswa berperan aktif secara intelektual dan emosional sehingga siswa tersebut dapat dikatakan berpartisipasi dalam proses belajar.

b. Ciri-ciri Keaktifan Belajar

Beberapa ciri dari pembelajaran aktif sebagaimana dikemukakan dalam panduan pembelajaran model ALIS (Active Learning In School, 2009) dalam Hamzah dan Mohamad (2011:75) adalah : (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, (7) penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar, (8) guru memantau proses belajar siswa, dan (9) guru memberikan umpan balik terhadap hasil belajar anak.

Sedangkan Rohandi (2004:53) menjelaskan bahwa pembelajaran yang mengaktifkan siswa perlu memperhatikan beberapa hal, yaitu: (1) siswa aktif dalam berbuat, bertanya, bersikap kritis terhadap apa yang dilakukan dan dipelajari, (2) siswa berani mengungkapkan gagasan dan kreatif terhadap penyelesaian suatu persoalan, (3) memberi kebebasan siswa untuk berbicara dalam konteks penyampaian gagasan dan proses membangun serta meneguhkan sebuah pengertian.


(38)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri dari keaktifan adalah (1) pembelajaran berpusat pada siswa, (2) pembelajaran terkait dengan kehidupan nyata, (3) pembelajaran mendorong anak untuk berpikir tingkat tinggi, bertanya, kritis, (4) pembelajaran melayani gaya belajar anak yang berbeda-beda, (5) pembelajaran mendorong anak untuk berinteraksi multiarah (siswa-guru), (6) pembelajaran menggunakan lingkungan sebagai media atau sumber belajar, (7) penataan lingkungan belajar memudahkan siswa untuk melakukan kegiatan belajar, (8) guru memantau proses belajar siswa, dan (9) guru memberikan umpan balik terhadap hasil belajar anak, (10) siswa berani mengungkapkan gagasan dan memiliki kebebasan untuk berbicara.

Sehubungan dengan variabel yang diteliti, yaitu mengenai keaktifan belajar maka peneliti menentukan indikator keaktifan yang akan digunakan untuk mengukur keaktifan siswa dalam pembelajaran. Peneliti mengambil beberapa pendapat dari Rohandi (2004:53) tentang keaktifan belajar, yaitu: (1) siswa aktif dalam bertanya dan (2) siswa berani mengungkapkan gagasan dan kreatif terhadap penyelesaian masalah.

4. Model Pembelajaran Kooperatif

a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif

“Taniredja dkk (2011:56) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang disetting kelompok-kelompok kecil dengan memperhatikan keberagaman anggota kelompok sebagai wadah siswa bekerja sama dan memecahkan masalah melalui interaksi sosial dengan


(39)

teman sebayanya, memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempelajari sesuatu yang baik pada waktu yang bersamaan dan ia menjadi sumber bagi teman yang lain.” Sedangkan Rusman (2013:202) mengemukakan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang beranggotakan dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen

Terkait pendapat di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara kelompok-kelompok kecil dan terdiri dari siswa yang heterogen serta memiliki tujuan sebagai sumber belajar bagi temannya.

b. Macam-Macam Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Slavin (2005:11) terdapat lima macam model pembelajaran kooperatif, antara lain adalah:

1) Student Team Achievement Division (STAD)

STAD merupakan model pembelajaran yang terdiri dari lima komponen utama yaitu presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Awalnya, siswa mempelajari materi bersama dengan teman sekelompoknya kemudian semua siswa menghadapi kuis. Skor yang didapatkan dari kuis tersebut akan digunakan untuk menentukan skor yang diperoleh dalam kelompoknya. Selain itu setiap siswa akan melihat bagaimana poin kemajuan dalam belajar mereka maka setiap siswa harus


(40)

berusaha memperoleh skor kuis yang maksimal agar skor kelompok menjadi maksimal juga.

2) Teams Games Tournament (TGT)

TGT memiliki tahapan dalam pembelajaran. Tahapan tersebut adalah pengajaran, belajar tim, turnamen, dan rekognisi tim. Pertama-tama, guru melakukan pengajaran yang berguna untuk memperkenalkan materi pelajaran. Setelah itu belajar dalam tim. Belajar dalam tim dapat dilakukan dengan mengerjakan lembar kegiatan berdasarkan tim yang telah dibagi. Selanjutnya adalah melakukan turnamen. Turnamen adalah dilakukan secara langsung sehingga memungkinkan setiap siswa berkontribusi secara maksimal terhadap skor tim mereka dan diakhiri dengan penghargaan tim.

3) Jigsaw

Jigsaw merupakan tipe model pembelajaran dengan cara membagi

kelompok menjadi lima atau enam orang. Setiap anggota kelompok diminta untuk mempelajari satu bagian materi pelajaran. Setelah itu, materi yang telah dipelajari tersebut dijelaskan kepada anggota kelompok lain. Setelah menjelaskan materi kepada kelompok lain, siswa mengerjakan kuis. Pada jigsaw II siswa mendapatkan kesempatan untuk belajar secara keseluruhan konsep sebelum menjadi ahli. Jigsaw I mengarahkan siswa belajar pada satu konsep yang akan menjadi keahliannya sehingga siswa mendapatkan konsep yang lainn dari diskusi dengan teman satu grupnya (Trianto, 2010:75).


(41)

4) Learning Together (LT)

Learning together merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang diawali

dengan guru menjelaskan materi pembelajaran. Setelah itu, siswa dibagi menjadi beberapa kelompok yang heterogen yang terdiri dari empat sampai enam orang untuk mengerjakan lembar kerja siswa. Selanjutnya, guru melaksanakan penilaian hasil kerja kelompok dan dilanjutkan dengan mengerjakan kuis secara individu. Hasil mengerjakan kuis tersebut akan menjadi nilai hasil kerja individu.

5) Group Investigation (GI)

Group Investigation merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang diawali

dengan membagi siswa menjadi beberapa kelompok. Setelah siswa masuk dalam kelompok, setiap kelompok mempelajari satu bagian materi pelajaran kemudian menjelaskan materi tersebut kepada seluruh siswa di kelas. Tipe GI ini diharapkan siswa bersama kelompoknya dapat bertanggung jawab terhadap apa yang telah dipelajari, mengorganisir kelompok mereka sendiri tentang bagaimana cara menguasai materi dan memutuskan bagaimana cara mengkomunikasikan materi tersebut kepada seluruh siswa di kelas.

Rusman (2011:213) membagi model-model pembelajaran Kooperatif menjadi enam macam, yaitu

1) Model Student Teams Achievement Division (STAD)

Model ini dilaksanakan untuk memacu siswa agar saling mendorong dan membantu satu sama lain untuk menguasai keterampilan yang di anjurkan


(42)

guru. Jika siswa menginginkan kelompok memperoleh hadiah, mereka harus membantu teman sekelompok mereka dalam mempelajari pelajaran. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD ini adalah:

(a) Pembagian Kelompok, (b) Presentasi Guru, (c) Kegiatan Belajar dalam Tim (Kerja Tim), (d) Kuis (Evaluasi), dan (e) Penghargaan Prestasi Tim.

2) Model Jigsaw

Pembelajaran kooperatif model Jigsaw ini mengambil pola cara bekerja sebuah gergaji (zigzaw), yaitu siswa melakukan sesuatu kegiatan belajar dengan cara bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model Jigsaw sebagai berikut: (a) pembagian kelompok, (b) Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda, (c) Tiap orang dalam tim diberi bagan materi yang di tugaskan, (d) diskusi kelompok ahli, (e) masing-masing siswa mengajari temannya dalam tim asal, (f) presentasi hasil diskusi, (g) evaluasi

3) Investigasi Kelompok (Group Investigation)

Model pembelajaran kooperatif tipe group investigation langkah-langkah pembelajarannya adalah: (a) membagi siswa ke dalam kelompok kecil, (b) memberikan pertanyaan terbuka yang bersifat analitis, (c) mengajak setiap siswa untuk berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan kelompoknya secara bergiliran searah jarum jam dalam kurun waktu yang disepakati. 4) Model Make a Match (Membuat Pasangan)

Penerapan metode ini dimulai dengan teknik, yaitu disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya,


(43)

siswa yang dapat mencocokkan kartunya di beri poin. Langkah-langkah pembelajarannya adalah sebagai berikut: (a) menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep, (b) Setiap siswa mendapat satu kartu dan memikirkan jawaban (c) Siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok, (d) Siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebalum batas waktu diberi poin, (e) Salah satu babak kartu di kocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya. 5) Model TGT (Teams Games Tournament)

TGT adalah satu tupe pembelajaran koopratif yang menempatkan siswa dalam kelompok-kelompok belajar yang beranggotakan 5 sampai 6 orang siswa yang memiliki kemampuan, jenis kelamin dan suku atau ras yang berbeda. Guru menyejikan materi, dan siswa bekerja dalam kelompok mereka masing-masing. Dalam kerja kelompok guru memberikan LKS kepada setiap kelompok. Apabila ada dari anggota kelompok yang tidak mengerti dengan tugas yang di berikan, maka anggota kelompok yang lain bertanggung jawab untuk memberikan jawaban atau menjelaskannya, sebelum mengajukan pertanyaan tersebut kepada guru.

6) Model Struktural

Dalam model struktural terdapat enam komponen utama di dalam pembelajaran Kooperatif tipe pendekatan struktural. Keenam komponen itu adalah sebagai berikut: (a) Struktur dan Konstruk yang Berkaitan, (b) Prinsip-prinsip Dasar, (c) Pembentukan Kelompok dan Pembentukan Kelas, (d) Kelompok, (e) Tata Kelola, dan (f) Keterampilan Sosial.


(44)

Berdasarkan pendapat Slavin dan Rusman, maka dapat disimpulkan bahwa model-model pembelajaran kooperatif memiliki berbagai macam teknik. Selain itu, terdapat empat kesamaan teknik dalam model pembelajaran kooperatif, diantaranya teknik Model Student Teams

Achievement Division (STAD), Model Jigsaw, Model Group Investigation

(Investigasi Kelompok), dan Model Teams Games Tournaments (TGT). c. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Taniredja dkk (2011:60) mengemukakan tiga tujuan dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya. Hal ini akan membuat siswa yang lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu. Tujuan yang kedua, model pembelajaran kooperatif memberikan peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar. Perbedaan tersebut dalam hal ras, suku, budaya, agama, akademik, dan tingkat sosialnya. Tujuan yang ketiga, model pembelajaran kooperatif digunakan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud adalah berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan lain sebagainya.

Sedangkan Rusman (2013:210) mengatakan bahwa tujuan pembelajaran kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi yang berguna untuk melancarkan


(45)

hubungan kerja dan tugas. Peranan dalam hubungan kerja ini dapat mengembangkan komunikasi antar anggota kelompok sedangkan peranan tugas adalah untuk membagi tugas antar anggota kelompok selama kegiatan pembelajaran agar setiap anggota memiliki peranan masing-masing.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari model pembelajaran kooperatif adalah meningkatkan hasil akademik dengan meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademiknya, memberikan peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaan latar belajar, mengembangkan keterampilan sosial siswa, dan untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerjasama dan kolaborasi yang berguna untuk melancarkan hubungan kerja dan tugas. d. Ciri-ciri Model Pembelajaran Kooperatif

Model pembelajaran kooperatif memiliki ciri-ciri: (1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif, (2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah, (3) jika dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka upayakan dalam kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan (4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan (Taniredja dkk, 2011:56).

Sedangkan menurut Rusman (2013:206) mengungkapkan bahwa ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:


(46)

1) Pembelajaran Secara Tim

Model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang dilakukan secara tim. Tim harus mampu membuat setiap siswa belajar dengan cara setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan belajar.

2) Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Dalam manajemen kooperatif terdapat tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan bahwa pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan perencanaan. (b) fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran membutuhkan perencanaan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif. (c) fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran perlu ditentukan kriteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun nontes.

3) Kemauan untuk Bekerja Sama

Keberhasilan pembelajaran kooperatif ditentukan oleh keberhasilan secara berkelompok karena prinsip dari pembelajaran ini adalah kebersamaan atau kerja sama. Tanpa kerja sama yang baik maka, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil maksimal.

4) Keterampilan Bekerja Sama

Keterampilan bekerja sama dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara berkelompok. Siswa perlu didorong untuk mau


(47)

berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah (1) untuk menuntaskan materi belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara kooperatif atau tim, (2) kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (3) jika dalam kelas terdapat siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda maka upayakan dalam kelompok terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula, dan (4) penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan pembelajaran secara tim, (5) didasarkan pada manajemen kooperatif (6) Kemauan untuk bekerja sama, dan (7) Keterampilan bekerja sama.

e. Prosedur Pembelajaran Model Pembelajaran Kooperatif

Menurut Ditnaga Dikti dalam Taniredja dkk (2011:60), mengemukakan bahwa kegiatan pembelajaran dengan pembelajaran kooperatif dipilah menjadi empat langkah, yaitu orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan.

1) Orientasi

Orientasi dilakukan untuk memahami dan menyepakati bersama tentang apa yang akan dipelajari serta bagaimana strategi pembelajaranya. Guru akan mengkomunikasikan tujuan, materi, waktu dan langkah-langkah serta hasil akhir yang diharapkan dikuasai oleh siswa serta sistem penilainya.


(48)

2) Bekerja kelompok

Bekerja kelompok dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan memecahkan masalah, atau memahami dan menerapkan suatu konsep yang dipelajari. Bentuk dari bekerja kelompok, misalnya berdiskusi, melakukan eksplorasi, observasi, percobaan dan sebagainya. Dalam bekerja kelompok ini perlu diberikan panduan singkat sebagai pedoman kegiatan. Panduan harus memuat tujuan, materi, waktu, cara kerja kelompok, tanggung jawab masing-masing anggota, dan hasil akhir yang akan dicapai.

3) Kuis

Kuis dilakukan untuk mengetahui pemahaman peserta didik terhadap konsep/topik/masalah yang dikaji. Penilaian individu ini mencakup penguasaan ranah kognitif, afektif, dan keterampilan.

4) Pemberian Penghargaan

Penghargaan kelompok dilaksanakan dengan maksud memberikan penghargaan kepada kelompok yang berhasil memperoleh kenaikan skor dalam tes individu.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa prosedur pembelajaran kooperatif yaitu orientasi, bekerja kelompok, kuis, dan pemberian penghargaan.

5. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I a. Pengertian Tipe Jigsaw I

Rusman (2011:217) menjelaskan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I adalah sebuah model belajar kooperatif yang menitikberatkan


(49)

pada kerja kelompok siswa dalam bentuk kelompok kecil. Sedangkan menurut Slavin (2005:236) menjelaskan bahwa pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara tiap siswa saling bergantung kepada teman 1 timnya untuk dapat memberikan informasi yang diperlukan supaya dapat berkinerja baik saat penilaian.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tipe jigsaw I adalah model pembelajaran yang dilaksanakan dengan cara bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling bergantung pada teman 1 timnya untuk mendapatkan informasi dalam belajar.

b. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw I

Menurut Rusman (2011:218) menjelaskan bahwa model pembelajaran tipe jigsaw I memiliki langkah-langkah sebagai berikut : (a) Siswa dikelompokan dengan anggota ± 4 orang, (b) tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda, (c) pembentukan kelompok ahli dengan penugasan yang sama membentuk kelompok baru, (d) tiap anggota kembali kedalam kelompok asal dan menjelaskan kepada anggota kelompok, (e) pembahasan, dan (f) diskusi.

Sedangkan nmenurut Trianto (2009:73) menjelaskan bahwa langkah-langkah pembelajaran jigsaw I adalah sebagai berikut : (a) siswa di bagi menjadi beberapa kelompok 5-6 orang, (b) materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah di bagi menjadi beberapa sub bab, (c) setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan mempelajarinya, (d) setiap anggota yang mempelajari sub bab yang sama


(50)

bertemu dan menjadi kelompok ahli, (e) setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompoknya dan bertugas mengajar teman-temannya, (f) siswa mengerjakan kuis individu.

Berdasarkan pendapat dari Rusman dan Trianto dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw I dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (a) Siswa dikelompokan dengan anggota ± 4 orang, (b) tiap orang dalam tim diberi materi dan tugas yang berbeda dan mempelajarinya, (c) setiap anggota yang mempelajari sub bab yang sama bertemu dan menjadi kelompok ahli, (d) setiap anggota kelompok ahli kembali ke kelompoknya dan bertugas mengajar teman-temanya, (e) siswa mengerjakan kuis individu.

6. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II a. Pengertian Tipe Jigsaw II

Jigsaw II adalah sebuah adaptasi dari tipe Jigsaw yang dikembangkan

oleh Elliot Aronson (Nur, 2011:9). Jigsaw dalam bahasa Inggris memiliki arti gergaji ukir dan ada juga yang menyebutnya dengan istilah puzzle yaitu teka-teki menyusun potongan gambar. Pembelajaran dengan cara tipe jigsaw ini mengambil pola cara kerja dengan sebuah potongan gergaji (zigzag) yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama (Rusman, 2011:217).

Dalam jigsaw II, siswa akan bekerja dalam kelompok dengan cara para ahli dari tim-tim yang berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik mereka dan kemudian kembali lagi ke timnya untuk mengajarkan topik


(51)

keahliannya kepada teman sesama anggota timnya sendiri. Kemudian dilanjutkan adanya kuis tentang seluruh topik masalah tersebut.

Sedangkan Trianto (2010:75) menjelaskan bahwa Jigsaw tipe II dilakukan oleh siswa untuk memperoleh kesempatan belajar secara keseluruhan konsep (scan read) sebelum ia belajar spesialisasinya untuk menjadi ahli (expert). Dengan cara demikian, maka siswa dapat memperoleh gambaran menyeluruh dari konsep yang akan dibahas.

Jadi, pembelajaran tipe Jigsaw II adalah pembelajaran kooperatif yang dilakukan dengan adanya tim ahli dan tim asal sehingga nantinya akan diuji dengan kuis tentang seluruh topik masalah.

b. Jadwal Kegiatan Menggunakan Jigsaw II

Slavin (2005:241) mengatakan bahwa dalam menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II terdapat lima kegiatan yang tergambar dalam langkah kegiatan berikut, yaitu:

1. Membaca

Kegiatan pertama dalam Jigsaw II adalah mendistribusikan topik ahli, membagi tiap topik kepada masing-masing siswa dan selanjutnya membaca.

2. Diskusi Kelompok Ahli

Kegiatan dimulai dengan memilih seorang pemimpin diskusi untuk tiap kelompok. Tugas pemimpin diskusi adalah untuk memoderatori diskusi, menunjuk anggota kelompok yang mengangkat tangan dan berusaha untuk


(52)

melihat bahwa semua orang telah ikut berpartisipasi. Para siswa dalam topik ahli yang sama mendiskusikan dalam kelompok.

3. Laporan Tim

Para ahli kembali kepada timnya masing-masing untuk mengajari topik mereka kepada teman satu timnya. Para siswa harus kembali dari diskusi kelompok ahli mereka dan bersiap untuk mengajari topik mereka kepada teman satu timnya.

4. Tes

Siswa mengerjakan kuis. Mintalah para siswa bertukar lembar kuis dengan anggota kelompok lain untuk menghitung skor atau bisa dengan mengumpulkan kuis-kuis dan menghitung sendiri. Bila siswa menghitung skor, mintalah si pemeriksa menuliskan nama mereka pada bagian bawah lembar kuis yang mereka periksa.

5. Rekognisi Tim

Penghitungan skor untuk Jigsaw II sama dengan penghitungan skor STAD, termasuk untuk skor awalnya, poin kemajuan, dan prosedur penghitungan skor. Seperti juga dalam STAD, sertifikat, papan buletin dan/atau penghargaan diberikan dalam rekognisi tim-tim sukses.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat dilaksanakan dengan dengan cara membagi siswa ke dalam kelompok (kelompok asal) dilanjutkan membaca, diskusi kelompok ahli (kelompok ahli), laporan tim, siswa


(53)

mengerjakan kuis, dan rekognisi tim. Peneliti pun akan menggunakan langkah kegiatan yang dikemukakan oleh Slavin tersebut.

c. Kelebihan Jigsaw II Dibanding Jigsaw I

Kelebihan jigsaw II dibanding jigsaw I terletak pada hasil proses belajar dan bagaimana siswa saling membantu. Pada jigsaw I tidak terdapat reward khusus yang diberikan kepada individu maupun kelompok yang mampu menunjukkan kemampuan untuk mengerjakan dalam kelompok (Huda, 2012:121). Sedangkan menurut Sharan (2012:58) pada jigsaw II skor peningkatan diperuntukkan bagi siswa yang kurang pintar yang mampu menyumbangkan yang lebih berbobot untuk kelompoknya.

Berdasarkan kelebihan jigsaw II dibanding jigsaw I maka dapat disimpulkan bahwa jigsaw II lebih memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari seluruh konsep dan proses pembelajaran akan berbeda dengan diadakan kuis dan skor akan dijadikan skor kelompok sehingga seluruh siswa akan berpartisipasi sedangkan Jigsaw I lebih mengarahkan siswa untuk mempelajari satu konsep terlebih dahulu dan akan mempelajari konsep selanjutnya dari teman sekelompoknya.

Selain itu dalam Jigsaw II terdapat reward, misalnya berupa sertifikat, papan buletin dan/atau penghargaan diberikan dalam rekognisi tim-tim sukses (Slavin, 2005:241). Reward ini dimaksudkan merangsang siswa belajar lebih baik lagi. Hal inilah yang membuat peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II sebagai model pembelajaran yang akan digunakan dalam penelitian tindakan kelas.


(54)

7. Penghargaan Kelompok

Pada Jigsaw II terdapat beberapa kegiatan, salah satunya adalah kegiatan rekognisi tim. Slavin (2005:159) mengatakan bahwa setelah melakukan kuis, hitunglah skor kemajuan individual dan skor tim, dan berilah sertifikat atau bentuk penghargaan lainnya kepada tim dengan skor tertinggi. Dengan adanya bentuk penghargaan ini, maka kemampuan siswa dalam belajar akan lebih bertambah dan prestasi belajar siswa akan menjadi lebih baik. Penghargaan kelompok ini diperoleh berdasarkan skor kemajuan individu dan skor tim.

a. Poin/Skor Kemajuan

Poin kemajuan dapat diperoleh dengan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasarkan tingkat skor melampaui skor awal mereka. Sebelum menghitung skor kemajuan, guru melakukan penilaian awal kepada siswa. Penilaian awal ini dapat berupa pemberian soal. Setelah mendapatkan skor awal, guru memberikan soal untuk kuis/evaluasi. Hasil dari kedua skor inilah yang nantinya dihitung sebagai poin kemajuan. Cara menghitung kemajuan siswa dapat menggunakan tabel 2.1 berikut ini:

Tabel 2.1 Tabel Poin Kemajuan

No. Skor Kuis Poin Kemajuan

1. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

2. 10-1 poin di bawah skor awal 10

3. Skor akhir sampai 10 poin di atas skor awal 20 4. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30 5. Kertas jawaban sempurna (terlepas dari skor awal) 30


(55)

b. Skor Tim/Kelompok

Untuk menghitung skor tim dapat dilakukan dengan mencatat tiap poin kemajuan semua anggota tim pada lembar rangkuman tim dan bagilah jumlah total poin kemajuan seluruh anggota tim dengan jumlah anggota tim yang hadir.

c. Merekognisi Prestasi Tim

Rusman (2010:216) mengemukakan bahwa skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Kualifikasi perhitungan perkembangan skor kelompok dapat dilihat pada tabel 2.2 berikut ini:

Tabel 2.2 Perhitungan Perkembangan Skor Kelompok

No. Rata-rata Skor Kualifikasi

1. 0 ≤ N ≤ 5 -

2. 6 ≤ N ≤ 15 Tim yang baik (Good Team)

3. 16 ≤ N ≤ 20 Tim yang sangat baik (Great Team) 4. 21 ≤ N ≤ 30 Tim yang istimewa (Super Team)

Sumber: Rusman (2010:216) d. Pengakuan Kelompok

Rusman (2011:216) mengemukakan bahwa setelah masing-masing kelompok memperoleh predikat, guru memberikan penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya. Pengakuan kelompok atau penghargaan kelompok diperoleh berdasarkan perhitungan perkembangan skor kelompok sehingga akan terdapat tiga kualifikasi yaitu: Tim yang baik (Good Team), Tim yang sangat baik (Great Team), dan Tim yang istimewa (Super Team).


(56)

8. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial

Ilmu Pengetahuan Sosial yang sering disingkat dengan IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji beberapa disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik (Susanto, 2013:137). Sedangkan menurut Supardi IPS merupakan ilmu pengetahuan yang berisi keterampilan dalam memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks (2011:182). Materi kajian IPS merupakan perpaduan dari cabang-cabang ilmu sosial dan terkait dengan masalah sosial, seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa hakikat IPS adalah ilmu pengetahuan yang mengkaji beberapa disiplin ilmu sosial dan humaniora serta kegiatan dasar manusia yang dikemas secara ilmiah dalam rangka memberikan wawasan dan pemahaman yang mendalam kepada peserta didik yang digunakan untuk memecahkan masalah mulai dari lingkup diri sampai pada masalah yang kompleks.

b. Karakteristik IPS

Karakteristik IPS menurut Trianto (2012:174) adalah sebagai berikut: 1) Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan gabungan dari

unsur-unsurgeografi, sejarah, ekonomi, hukum dan politik, kewarganegaraan. Sosiologi, bahkan juga bidang humaniora, pendidikan, dan agama.

2) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar berasal dari struktur keilmuan geografi, sejarah, ekonomi, dan sosiologi, yang dikemas


(57)

sedemikian rupa sehingga menjadi pokok bahasan atau topik (tema) tertentu.

3) Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS juga menyangkut berbagai masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner dan multidisipliner.

4) Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar dapat menyangkut peristiwa dan perubahan kehidupan masyarakat dengan prinsip sebab akgibat, kewilayahan, adaptasi dan pengelolaan lingkungan, struktur, proses dan masalah sosial serta upaya-upaya perjuangan hidup agar survive seperti pemenuhan kebutuhan, kekuasaan, keadilan dan jaminan keamanan.

Jadi, dari pendapat Trianto, dapat tentang karakteristik IPS dapat disimpulkan bahwa IPS merupakan gabungan-gabungan dari berbagai unsur ilmu dan terdiri dari berbagai standar kompetensi serta kompetensi dasar. c. Tujuan Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar

Tujuan utama pengajaran IPS adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat (Trianto, 2012:176). Tujuan ini lebih menegaskan bahwa mengatasi permasalahan yang ada dengan menggunakan potensi dari masing-masing peserta didik. Potensi yang telah peserta didik miliki dapat digunakan untuk mengembangkan pengetahuannya, namun peserta didik tetap membutuhkan bimbingan dan tuntunan untuk mengembangkannya.

Menurut Susanto (2013:149) berkaitan dengan KTSP, Pemerintah telah memberikan arah yang jelas pada tujuan dan ruang lingkup pembelajaran IPS, yaitu: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan


(58)

kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetisi dalam masyarakat majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Berdasarkan pendapat Susanto dan Trianto, maka dapat disimpulkan bahwa tujuan Pembelajaran IPS adalah memberikan kemampuan bagi peserta didik untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan sosial, mengenal konsep dan nantinya dapat menyelesaikan permasalahan yang sedang terjadi dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan ilmu yang dimiliki.

d. Penerapan Tipe Jigsaw II Dalam Pembelajaran IPS

Slavin (2005:237) mengungkapkan bahwa Jigsaw II dapat digunakan jika materi yang dipelajari berbentuk narasi tertulis. Model ini paling sesuai digunakan untuk mata pelajaran sosial, literatur, sebagian pelajaran ilmu pengetahuan ilmiah dan bidang-bidang lainnya yang tujuan pembelajarannya adalah untuk penguasaan konsep daripada penguasaan kemampuan. Terkait dengan hal tersebut, model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II cocok digunakan dengan mata pelajaran IPS dengan materi mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, transportasi dan pengalaman dalam menggunakannya.


(59)

Materi “mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, transportasi dan pengalaman dalam menggunakannya” mencakup empat indikator besar yaitu perkembangan teknologi produksi, perkembangan teknologi komunikasi, perkembangan teknologi transportasi dan pengalaman dalam menggunakan teknologi. Selain itu, penerapan menggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II secara garis besar meliputi siswa membaca materi pembelajaran sesui topik pembelajaran, diskusi dalam kelompok ahli, presentasi dalam kelompok asal, tes, dan pemberian penghargaan tiap kelompok.

B. Penelitian yang Relevan

Penelitian Keaktifan dan Prestasi Belajar

1. Penelitian oleh Endah Tri Utami (2013) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II dapat Meningkatkan Prestasi Belajar PKN Kelas V SD Kanisius Minggir”. Pada kondisi awal nilai rata-rata siswa sebesar 62,58, pada siklus I, nilai rata-rata-rata-rata siswa menjadi 76,67 sedangkan pada siklus II meningkat mencapai 90,60. Hal ini terlihat bahwa terjadi peningkatan dalam setiap siklusnya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan prestasi PKN kelas V SD Kanisius Minggir. 2. Penelitian oleh Kristiyanti, H. Novi (2010) dengan judul “Metode

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II Meningkatkan Keterlibatan dan Prestasi Belajar Siswa Pada Pembelajaran Bangun Datar di Kelas V SD Negeri Kalisodo I”. Hasil yang diperoleh yaitu terjadi peningkatan pada


(60)

keterlibatan siswa yaitu siklus I meningkat 70%, siklus II meningkat 91,66%, dan siklus III mengalami penurunan sebesar 67,78% akan tetapi masih dalam kriteria cukup. Sedangkan pada prestasi belajar rata-rata pada siklus I adalah 60,15%, siklus II mengalami penurunan sebesar 41,42%, dan siklus III mengalami peningkatan menjadi 43,13. Dalam penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar akan tetapi tergolong rendah.

3. Penelitian oleh Rini Pertiwi (2012) dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 97 Pekanbaru”. Kondisi rata-rata 68,1, pada siklus I meningkat menjadi 75,35 dan siklus II meningkat dengan rata-rata 85,5. Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

4. Penelitian oleh Aji Hernawan (2013) dengan judul “Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar PKN Siswa Kleas V SDN Kledokan Dengan Penerapan Model Kooperatif Jigsaw II.” Kondisi rata-rata minat siswa adalah 60 (sedang), pada siklus I meningkat menkjadi 74 (tinggi), pada siklus II meningkat menjadi 81 (tinggi). Sedangkan kondisi awal untuk prestasi belajar adalah 25,9% siswa mencapai KKM 60, setelah siklus I mencapai 46,8 dan siklus II mencapai 46,8%. Berdasarkan data tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Kooperatif dapat meningkatkan minat dan prestasi belajar PKN.


(61)

Penelitian-penelitian terdahulu telah menjelaskan mengenai kekhususan dalam tiap penelitian. Perbedaan mata pelajaran, kelas, dan sekolah yang diteliti, menjadikan suatu acuan dalam pelaksanaan penelitian. Dalam penelitian di atas belum ada satu pun yang meneliti tentang Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV SD Kanisius Klepu Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II. Literature map penelitian yang relevan dengan penelitian PTK ini dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut ini:

Gambar 2.1 Literature Map Endah Tri Utami (2013)

Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II, PKN,

Kelas V SD Kanisius Minggir

Aji Hernawan (2013), Peningkatan Minat dan Prestasi Belajar, Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw II, PKN, Kelas V SDN

Kledokan

Kristiyanti, H. Novi (2010), Peningkatan Keterlibatan, Prestasi

Belajar, Model Jigsaw II, Matematika, Kelas V SD Negeri

Kalisodo I

Rini Pertiwi (2012), Peningkatan Hasil Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Jigsaw II, IPA, Kelas IV, SD

Negeri 97 Pekanbaru

Yang perlu diteliti

Peningkatan Keaktifan dan Prestasi Belajar, Model Pembelajaran Kooperatif

Tipe Jigsaw II, IPS, Kelas IV, SD Kanisius Klepu


(62)

C. Kerangka Berpikir

Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang banyak memiliki materi yang bersifat abstrak dan hafalan sehingga akan sulit untuk memahami materi yang sedang dipelajari. Dengan adanya materi belajar yang demikian, maka siswa akan menganggap bahwa IPS merupakan pelajaran yang tidak bermakna dan nantinya prestasi belajar IPS akan menurun. Dengan demikian, pembelajaran IPS harus dilaksanakan dengan baik agar menjadi pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM).

PAIKEM merupakan pembelajaran yang tidak mudah untuk dilaksanakan. Pembelajaran membutuhkan strategi, model, dan metode yang cocok dengan kondisi siswa dalam proses pembelajaran terutama dalam pembelajaran IPS. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan PAIKEM. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II juga dapat membantu siswanya untuk menjalin relasi yang baik terhadap siswa lainnya, karena proses pembelajaran ini dilaksanakan dengan bekerjasama dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dilaksanakan secara dua kali kerja yaitu melalui tim ahli dan tim asal. Model pembelajaran ini akan menuntut siswa untuk berpikir dan bekerjasama dalam kelompoknya serta mereka akan aktif dalam bertanya untuk mendapatkan informasi. Dengan demikian, melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II yang mampu meningkatkan keaktifan


(63)

siswa, diharapkan juga mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran IPS.

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah, peneliti menentukan hipotesis tindakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Upaya peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Siswa mempelajari/membaca materi yang didapatkan dalam kelompok asal. (Tahap membaca)

b) Siswa membahas materi bersama dalam kelompok ahli (Tahap diskusi kelompok ahli)

c) Siswa melaporkan hasil diskusi dari kelompok ahli dalam kelompok asal. (Tahap laporan tim)

d) Siswa mengerjakan kuis. (Tahap tes)

e) Siswa mendapatkan penghargaan/pengakuan kelompok. (Tahap merekognisi tim)

2. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II dapat meningkatkan keaktifan siswa kelas IV SD Kanisius Klepu pada mata pelajaran IPS.

3 Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw II dapat meningkatkan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD Kanisius Klepu.


(64)

43

BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab III ini membahas tentang metode penelitian yang terdiri dari jenis penelitian, setting penelitian, rencana tindakan dalam PTK, pengumpulan data dan instrumennya serta analisis data dan kriteria keberhasilan.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu jenis Penelitian Tindakan Kelas. Penelitian Tindakan Kelas memiliki tujuan untuk memperbaiki dan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran serta membantu memberdayakan guru dalam memecahkan masalah pembelajaran di sekolah (Musclih, 2009:10).

Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model penelitian tindakan kelas menurut Khemmis dan Taggart (Kusumah dan Dwitagama, 2008:21).

Gambaran alur siklus PTK dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 berikut ini.


(65)

SIKLUS 1

SIKLUS II

Gambar 3.1 Siklus Penelitian dari Kemmis dan Taggart.

Mulyasa (2012:70) menjelaskan empat langkah dalam siklus PTK dari Khemmis dan Taggart, sebagai berikut:

1. Perencanaan (plan)

Dalam melakukan suatu tidakan, guru perlu menyusun suatu perencanaan. Berikut ini yang termasuk ke dalam perencanaan, yaitu: (1) tim analisis

Perencanaan

Pengamatan

Refleksi

Pelaksanaan

Perencanaan

Refleksi

Pengamatan


(66)

melakukan analisis standar isi untuk memenuhi standar kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang akan diajarkan, (2) mengembangkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan memperhatikan indikator, (3) mengembangkan alat peraga, dan media yang menunjang SK dan KD, (4) menganalisis berbagai alternatif pemecahan masalah sesuai dengan kondisi pembelajaran, (5) mengembangkan Lembar Kerja Siswa (LKS), (6) menyusun instrumen yang akan digunakan dalam penelitian, (7) menyusun alat evaluasi.

2. Tindakan (act)

Tindakan mencakup prosedur atau langkah-langkah dan tindakan yang akan dilakukan serta proses perbaikan yang dilakukan.

3. Pengamatan (observe)

Pengamatan mencakup prosedur perekaman tindakan yang dilakukan. Selain itu, instrumen yang telah dipersiapkan dapat digunakan selama pengamatan.

4. Refleksi (reflect)

Refleksi mencakup tentang proses dan dampak tindakan yang dilakukan serta kriteria dan rencana tindakan untuk siklus selanjutnya.

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SD Kanisius Klepu yang terletak di Klepu yang beralamat di Klepu, Sendangmulyo, Minggir, Sleman, Yogyakarta.


(67)

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2013/2014 yang berjumlah 24 siswa dengan siswa laki-laki 14 anak dan siswa perempuan 10 anak. Siswa kelas IV SD Kanisius Klepu ini memiliki masalah dalam keaktifan dan prestasi belajar.

3. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas IV SD Kanisius Klepu tahun pelajaran 2013/2014 dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II pada materi mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya.

4. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama sepuluh bulan dihitung mulai Oktober 2013 sampai Juli 2014. Adapun rincian kegiatan penelitian dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

No Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 Identifikasi masalah 2 Penyusunan Bab I

3 Penyusunan Bab II, Bab III 4 Penyusunan Bab III

5 Pembuatan Instrumen 6 Uji coba Instrumen 7 Pengolahaan hasil uji coba 8 Pelaksanaan Siklus I dan II 9 Analisis data

10 Penyusunan laporan 11 Ujian


(1)

SIKLUS I PERTEMUAN 1

Guru membacakan aturan dalam belajar Guru membagi kelompok belajar

Siswa berdiskusi dalam kelompok asal Siswa berdiskusi dalam kelompok asal


(2)

FOTO KEGIATAN SIKLUS I PERTEMUAN 2

Guru membagikan soal pre-test Pengamatan guru saat diskusi

Diskusi kelompok asal Diskusi kelompok ahli


(3)

SIKLUS II PERTEMUAN 1

Salah satu siswa memimpin menyanyi Kegiatan tanya jawab dengan gambar

Diskusi kelompok ahli Presentasi dalam kelompok asal


(4)

FOTO KEGIATAN SIKLUS II PERTEMUAN 2

Guru membagikan soal pre-test Siswa mengerjakan soal pre-test

Diskusi kelompok ahli Presentasi dalam kelompok asal


(5)

(6)

SURAT KERETANGAN TELAH MELAKSANAKAN PENELITIAN


Dokumen yang terkait

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS pada siswa kelas IV SDN 3 Cawas menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

0 0 162

Peningkatan minat dan prestasi belajar PKn melalui penerapan model kooperatif tipe JIGSAW II pada siswa kelas IVA SD Kanisius Ganjuran.

0 0 214

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2011/2012.

0 0 155

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SDN Caturtunggal 3 dengan penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II.

0 8 235

Peningkatan minat dan prestasi belajar melalui penerapan model kooperatif tipe Jigsaw II dalam pembelajaran PKN pada siswa kelas IV SD Kanisius Minggir.

0 2 288

Peningkatan keaktifan dan prestasi belajar IPS kelas IV SD Kanisius Wirobrajan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

0 0 2

Peningkatan minat dan prestasi belajar IPS dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada siswa kelas IV SD Kanisius Condongcatur Yogyakarta tahun pelajaran 2011 2012

0 1 153

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MENGGUNAKAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD KANISIUS KINTELAN I YOGYAKARTA.

1 1 212

PENINGKATAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS IV SDN CATURTUNGGAL 3 DENGAN PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE JIGSAW II

0 1 233

Perbedaan prestasi belajar IPS siswa kelas IV SD atas penerapan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw II - USD Repository

0 0 215