Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan berperan penting dalam menentukan baik atau buruknya kualitas pribadi seseorang. Menyadari pentingnya pendidikan bagi manusia, pemerintah menyikapi hal ini dengan serius. Dengan pendidikan yang bermutu dan berkualitas diharapkan munculnya generasi muda harapan bangsa yang bermutu dan berkualitas yang dapat terjun ke masyarakat luas. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidaklah mudah, banyak tantangan yang harus ditempuh seperti budaya birokrasi. Budaya birokrasi yang masih dipengaruhi feodalisme dimana pejabat dan pimpinan lebih suka dilayani daripada melayani masih tumbuh dan berkembang di sebagian besar wilayah dan masyarakat Indonesia Mulyasa, 2006 : 70. Seharusnya seorang pimpinan atau pejabat harus dapat melayani rakyatnya yang telah memberi kepercayaan kepada mereka. Dalam pada itu, dalam lingkungan persekolahan perilaku manajerial kepala sekolah cenderung kurang terbuka dan kurang demokratis dalam mengelola sekolahnya Mulyasa, 2006 : 70. Jika hal ini terjadi maka kepala sekolah akan kehilangan kewibawaanya sebagai pimpinan sekolah dan kepercayaan guru terhadap kepala sekolah dapat menurun, tentunya hal ini dapat menghambat aktifitas sekolah karena menurunkan semangat kerja para guru. 2 Dalam meningkatkan kompetensi para guru maka kepala sekolah harus dapat bersikap terbuka dan demokratis dalam mengelola sekolah. Selain terampil dalam mengelola sekolah kepala sekolah dituntut dapat menjadi pendidik bagi guru, memberikan petunjuk dan arahan kepada guru dan kepala sekolah harus menunjukan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar yang terjadi di sekolahnya, memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat terus meningkatkan kompetensinya sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Kepala sekolah ditunjuk sebagai seorang pendidik yang mendidik para guru karena dianggap sebagai orang yang lebih tahu dan menguasai dalam kurikulum maka dari itu harus dapat memberikan saran dan bimbingan kepada gurunya, selain itu kepala sekolah harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Selain peran kepala sekolah dalam menerapkan gaya kepemimpinan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru sosok yang paling menentukan adalah guru itu sendiri. Guru merupakan sosok yang dihormati karena memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independen bebas dari tekanan pihak luar, cepat produktif, tepat efektif, efisien. Dalam hal inipun dijumpai suatu kendala yang dapat 3 aktifitas guru. Sanjaya, 2008 : 274 menyatakan banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa guru merupakan jabatan profesioanal. Hal ini berarti guru menganggap siapapun dapat menjadi guru. Memahami ataupun tidak memahami bidang keguruanpun bisa saja menjadi guru, asalkan memahami materi dan mampu menyampaikan semua materi. Jika kita melihat secara lebih detail mengajar bukanlah sesuatu yang sederhana, bukan hanya sekedar memahami materi dan menyampaikan materi. Mengajar membutuhkan suatu keterampilan khusus. mengajar merupakan suatu proses yang memanusiakan manusia, yakni proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau mengubah perilaku siswa menjadi siswa yang berpendidikan. Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memahami materi, merancang dan menerapkan ilmunya dengan strategi pembelajaran ataupun metode pembelajaran yang bervariasi. Tentunya strategi ataupun metode ini haruslah sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Taraf perkembangan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya pastilah berbeda, maka dibutuhkan suatu pendekatan yang berbeda pula. Seorang guru harus dapat memahami pribadi masing – masing siswanya. Sebagaimana halnya tugas seorang dokter yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasien, maka tugas seorang guru pun memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa kearah tujuan yang diinginkan Sanjaya, 2008 : 276. Pernyataan di atas menjelaskan bahwa profesi guru dapat disetarakan dengan profesi dokter karena seorang guru harus dapat memiliki keahlian khusus dalam hal membimbing serta 4 menuntun siswa dan dokter harus memiliki keahlian khusus dalam membantu kesembuhan pasiennya, yang menjadi pembeda antara profesi dokter dan pekerjaan guru adalah hasilnya. Hasil kinerja seorang dokter dapat dilihat dalam waktu yang singkat, apabila pasien sembuh dalam waktu yang relatif singkat maka dokter tersebut dapat dikatakan profesional. Hasil dari pekerjaan guru tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat, membutuhkan waktu yang lama dan panjang. Mengembangkan potensi siswa tidaklah cukup hanya beberapa minggu saja, bisa satu ataupun dua tahun. Tugas guru tidak hanya menuntun dan membimbing siswa tetapi juga membentuk pribadi siswa, membentuk suatu generasi manusia yang berpendidikan. Melihat begitu kompleksnya tugas seorang guru maka jabatan guru sangat layak untuk disebut pekerjaan profesional yang membutuhkan keahlian khusus. Dengan jabatan guru merupakan jabatan yang bersifat profesional maka gurupun harus dapat bersikap dan bekerja sebagai pendidik secara profesional. Guru harus dapat menunjukan kinerjanya secara maksimal, menunjukan kompetensi profesionalnya dalam mengajar agar dapat membantu siswa mencapai tujuannya. Kompetensi itu sendiri merupakan karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan unggul dalam suatu pekerjaan tertentu. Seorang guru dapat dikatakan berkompetensi profesional apabila guru tersebut memang dapat menunjukan kinerjanya secara memadai. Johnson Sanjaya, 2008 : 277 menyatakan bahwa kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan 5 kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru dapat dilihat dari cara guru menyikapi pekerjaannya, cara dalam berpenampilan maupun dengan kinerja guru yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan. Melihat adanya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU” dengan survei pada guru tingkat SMA di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah