Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru : survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria Yogya

(1)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN

KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

Dimas Duwung Adi Prastowo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara: (1) kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru. (2) sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang dilaksanakan di sekolah tingkat SMA di Yogyakarta pada bulan November - Desember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, sementara sampel penelitian ini berjumlah dengan 176 guru yang berasal dari 5 sekolah, diantaranya SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dengan sampel gugus bertahap. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis dengan korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru ( = 0,000 ; α = 0,05) dan r sebesar 0,394 terletak pada interval koefisien 0,20 – 0,399 dengan tingkat hubungan rendah dengan arah yang positif. Dikatakan arah yang positif karena memiliki nilai koefisiensi yang positif, maka antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru memiliki hubungan yang searah, dengan kata lain kepemimpinan yang baik akan diiringi pula dengan semakin baiknya kompetensi guru, (2) ada hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru ( : 0,000 ; α : 0,05) dan rsebesar 0,670 terletak pada interval koefisiensi 0,60 – 0,799 dengan tingkat hubungan kuat dan arah yang positif. Dikatakan arah yang positif karena memiliki nilai koefisiensi yang positif, maka antara variabel sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru memiliki hubungan yang searah, dengan kata lain semakin baik sikap guru terhadap jabatan pekerjaan maka akan diiringi pula dengan semakin baiknya kompetensi guru.


(2)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEADERSHIP OF SCHOOL PRINCIPAL, THE ATTITUDE OF TEACHERS TOWARDS THEIR

COMPETENCE

Survey on Teacher at 1,3 and 6 State Senior High School, 1 BOPKRI Senior High School, and St. Mary Senior High School in Yogyakarta

Dimas Duwung Adi Prartowo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This study aims to determine whether there is a relationship between: (1) the leadership of school principal and competence of teacher; (2) the attitudes of teachers towards their competence of teachers.

This type of research is a survey research conducted in high schools in Yogyakarta in November-December 2011. The population of this study are teachers in the Special Province of Yogyakarta, while samples of this study are 176 teachers from 5 schools namely: 1,3 and 6 State Senior High Schools, 1 BOPKRI Senior High School, and St. Mary Senior High School in Yogyakarta. Technique of taking samples is sample group stages. Technique of collecting data is questionnaire. Data were analyzed by Spearman Rank correlation

The results show that: (1) there is a relationship between the leadership of school principals and competence of teachers ( = 0,000 ; α = 0,05) and r 0,394 for the coefficients lies in the interval from 0,20 to 0,399 with a low-level ties with the positive direction. It is positive direction because it has a positive coefficient value, then the variable with the school principal leadership and competence of teachers has a direct relationship, in other words, good leadership will be accompanied also by the best competence of teachers, (2) there is a relationship between the attitudes of teachers towards their competence of teachers ( : 0,000 ; α = 0,05) and r lies in the interval of 0,670 coefficient from 0,60 to 0,799 with the strong relationships and a positive direction. It is positive direction because it has a positive coefficient value. The variable attitude of teachers towards their competence of teachers has a parallel relationship, in other words, a better attitude of teachers will be accompanied also by the best competence of teachers.


(3)

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN

PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO 071334060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(4)

i

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN

PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO 071334060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2012


(5)

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN

PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

Oleh :

DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO NIM : 071334060

Telah disetujui oleh :

Pembimbing


(6)

iii

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN

PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh: DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO

NIM: 071334060

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 30 Maret 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Indra Darmawan, S.E., M.Si ` ... Sekretaris Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ... Anggota Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. ... Anggota Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ... Anggota Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. ...

Yogyakarta, 30 Maret 2012

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,


(7)

iv

PERSEMBAHAN

Hi dup i t u i bar at kat a suat u panggung sandi war a di mana ki t a ber mai n per an unt uk menj adi sang pr ot agoni s at au sang ant agoni s

Hi dup i t u i bar at kat a suat u mej a per j udi an di mana ki t a t i dak memper t ar uhkan suat u mat er i t et api memper t ar uhkan hi dup ki t a

sendi r i mau di bawa kemana ar ah dan t uj uan hi dup ki t a

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Or ang Tuaku: Bpk. I g. Dj oko Subagj o dan I bu Sr i Har yat i Mba Ar i Pr aset yani Mba Budi Pr acayaningdyah Mba Cit a Mur t i Pr ameswar i Teman-t emanku PAK 2007 Semua or ang yang mengasihi aku


(8)

v

MOTTO

J anganlah kamu merasa ingin dihormati dan dikagumi,

tetapi terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan

dan dipandang rendah oleh orang lain agar kamu dapat


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Maret 2012 Penulis


(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Dimas Duwung Adi Prastowo

Nomor Mahasiswa : 071334060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN

KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 30 Maret 2012 Yang menyatakan


(11)

viii

ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN

KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

Dimas Duwung Adi Prastowo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara: (1) kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru. (2) sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang dilaksanakan di sekolah tingkat SMA di Yogyakarta pada bulan November - Desember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, sementara sampel penelitian ini berjumlah dengan 176 guru yang berasal dari 5 sekolah, diantaranya SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dengan sampel gugus bertahap. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis dengan korelasi Spearman Rank.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru ( = 0,000 ; α = 0,05) dan r sebesar 0,394 terletak pada interval koefisien 0,20 – 0,399 dengan tingkat hubungan rendah dengan arah yang positif. Dikatakan arah yang positif karena memiliki nilai koefisiensi yang positif, maka antara variabel kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru memiliki hubungan yang searah, dengan kata lain kepemimpinan yang baik akan diiringi pula dengan semakin baiknya kompetensi guru, (2) ada hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru ( : 0,000 ; α : 0,05) dan rsebesar 0,670 terletak pada interval koefisiensi 0,60 – 0,799 dengan tingkat hubungan kuat dan arah yang positif. Dikatakan arah yang positif karena memiliki nilai koefisiensi yang positif, maka antara variabel sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru memiliki hubungan yang searah, dengan kata lain semakin baik sikap guru terhadap jabatan pekerjaan maka akan diiringi pula dengan semakin baiknya kompetensi guru.


(12)

ix

ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEADERSHIP OF SCHOOL PRINCIPAL, THE ATTITUDE OF TEACHERS TOWARDS THEIR

COMPETENCE

Survey on Teacher at 1,3 and 6 State Senior High School, 1 BOPKRI Senior High School, and St. Mary Senior High School in Yogyakarta

Dimas Duwung Adi Prartowo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This study aims to determine whether there is a relationship between: (1) the leadership of school principal and competence of teacher; (2) the attitudes of teachers towards their competence of teachers.

This type of research is a survey research conducted in high schools in Yogyakarta in November-December 2011. The population of this study are teachers in the Special Province of Yogyakarta, while samples of this study are 176 teachers from 5 schools namely: 1,3 and 6 State Senior High Schools, 1 BOPKRI Senior High School, and St. Mary Senior High School in Yogyakarta. Technique of taking samples is sample group stages. Technique of collecting data is questionnaire. Data were analyzed by Spearman Rank correlation

The results show that: (1) there is a relationship between the leadership of school principals and competence of teachers ( = 0,000 ; α = 0,05) and r 0,394 for the coefficients lies in the interval from 0,20 to 0,399 with a low-level ties with the positive direction. It is positive direction because it has a positive coefficient value, then the variable with the school principal leadership and competence of teachers has a direct relationship, in other words, good leadership will be accompanied also by the best competence of teachers, (2) there is a relationship between the attitudes of teachers towards their competence of teachers ( : 0,000 ; α = 0,05) and r lies in the interval of 0,670 coefficient from 0,60 to 0,799 with the strong relationships and a positive direction. It is positive direction because it has a positive coefficient value. The variable attitude of teachers towards their competence of teachers has a parallel relationship, in other words, a better attitude of teachers will be accompanied also by the best competence of teachers.


(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta

4. Ibu Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu melancarkan proses belajar selama ini.


(14)

xi

9. Orangtuaku Bpk Djoko Subagjo dan Ibu Sri Haryati yang selalu memberikan kasih sayang dan dukungan doa selama ini.

10. Kakakku Mbak Ari, Mbak Budi dan Mbak Cita yang selalu memberikan canda tawa dan dukungan doa.

11. Teman- teman yang membantu kelancaran skripsi ini Cosmas, Hery, Ambo, Sulis, Danu, Simbah Felik, Dekha, Ivan, Febri, Agung, Anggi, Laras, Angkringan Pak Mulud dan teman-teman yang lain.

12. Temam-teman PLPG mania Ditya, Gambul, Gepeng, TP, Ratna, Deni, Umi, Mega, Alin, Kiki, Icha, Agil, Suranto, Daru, Veni, Eta, Jordan, Koko dan teman-teman yang lain.

13. Teman-teman di kos lama Pogung Lor dan teman-teman di kos baru Papringan.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak yang berkepentingan.

Penulis


(15)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kepemimpinan Kepala Sekolah 1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ... 7

2. Kewibawaan Pemimpin ... 8

3. Fungsi Kepemimpinan ... 8

4. Gaya Kepemimpinan ... 8

a. Pendekatan Sifat... 9

b. Pendekatan Perilaku ... 10

c. Pendekatan Situasional ... 12

5. Kepemimpinan Sekolah ... 12

B. Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan 1. Sikap a. Pengertian Sikap ... 14

b. Struktur Sikap ... 15

2. Guru a. Pengertian Guru ... 16

b. Peranan Guru ... 16

3. Jabatan Guru ... 19

C. Kompetensi Guru ... 19

1. Kompetensi Pedagogik ... 20

2. Kompetensi Kepribadian ... 21


(16)

xiii

4. Kompetensi Profesional ... 22

D. Kajian Penelitian Yang Relevan... 23

E. Kerangka Berfikir 1. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kompetensi Guru ... 24

2. Hubungan Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan Dengan Kompetensi Guru ... 24

F. Hipotesis ... 25

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 26

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian ... 27

2. Sampel Penelitian ... 27

D. Variabel Penelitian ... 29

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional Variabel ... 29

2. Pengukuran Variabel ... 31

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner ... 34

2. Dokumentasi ... 34

G. Teknik Pengujian Instrumen 1. Uji Validitas ... 35

2. Uji Reliabilitas ... 38

E. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV GAMBARAN UMUM A. SMA Negeri 6 Yogyakarta ... 41

B. SMA Santa Maria Yogyakarta ... 49

C. SMA BOPKRI 1 Yogyakarta ... 53

D. SMA Negeri 3 Yogyakarta ... 58

E. SMA Negeri 1 Yogyakarta ... 64

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data 1. Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 68

2. Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan ... 70

3. Kompetensi Guru ... 71

B. Analisis Data ... 72

a. Pengujian Hipotesis I ... 73

b. Pengujian Hipotesis II ... 74

C. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hubungan Antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Guru ... 76


(17)

xiv

2. Hubungan Antara Sikap Guru Terhadap Jabatan

Pekerjaan dengan Kompetensi Guru ... 78

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Keterbatasan Penelitian ... 82

C. Saran – Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 85


(18)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Daftar Sekolah dan Jumlah Guru ... 28

Tabel 3.2. Kisi – Kisi Instrumen ... 33

Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 35

Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan ... 36

Tabel 3.5. Rangkuman Uji Validitas Kompetensi Guru ... 37

Tabel 3.6. Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 39

Tabel 3.7. Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 39

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 68

Tabel 5.2. Intepretasi Penilaian Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 69

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan .... 70

Tabel 5.4. Intepretasi Penilaian Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan ... 70

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kompetensi Guru ... 71

Tabel 5.6. Intepretasi Penilaian Kompetensi Guru ... 72

Tabel 5.7. Pedoman Intepretasi Koefisiensi Korelasi ... 73

Tabel 5.8. Hasil Pengujian Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kompetensi Guru ... 74

Tabel 5.9. Hasil Pengujian Hubungan Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan Dengan Kompetensi Guru ... 75


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 87

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 97

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliablitas ... 118

Lampiran 4 Distribusi Frekuensi ... 125

Lampiran 5 Kategori Kecenderungan variabel ... 131

Lampiran 6 Uji Spearman Rank ... 134

Lampiran 7 Tabel r Product Moment ... 135

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian ... 136


(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan berperan penting dalam menentukan baik atau buruknya kualitas pribadi seseorang. Menyadari pentingnya pendidikan bagi manusia, pemerintah menyikapi hal ini dengan serius. Dengan pendidikan yang bermutu dan berkualitas diharapkan munculnya generasi muda harapan bangsa yang bermutu dan berkualitas yang dapat terjun ke masyarakat luas. Dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidaklah mudah, banyak tantangan yang harus ditempuh seperti budaya birokrasi. Budaya birokrasi yang masih dipengaruhi feodalisme dimana pejabat dan pimpinan lebih suka dilayani daripada melayani masih tumbuh dan berkembang di sebagian besar wilayah dan masyarakat Indonesia (Mulyasa, 2006 : 70). Seharusnya seorang pimpinan atau pejabat harus dapat melayani rakyatnya yang telah memberi kepercayaan kepada mereka. Dalam pada itu, dalam lingkungan persekolahan perilaku manajerial kepala sekolah cenderung kurang terbuka dan kurang demokratis dalam mengelola sekolahnya (Mulyasa, 2006 : 70). Jika hal ini terjadi maka kepala sekolah akan kehilangan kewibawaanya sebagai pimpinan sekolah dan kepercayaan guru terhadap kepala sekolah dapat menurun, tentunya hal ini dapat menghambat aktifitas sekolah karena menurunkan semangat kerja para guru.


(21)

2

Dalam meningkatkan kompetensi para guru maka kepala sekolah harus dapat bersikap terbuka dan demokratis dalam mengelola sekolah. Selain terampil dalam mengelola sekolah kepala sekolah dituntut dapat menjadi pendidik bagi guru, memberikan petunjuk dan arahan kepada guru dan kepala sekolah harus menunjukan komitmen tinggi dan fokus terhadap pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar yang terjadi di sekolahnya, memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat terus meningkatkan kompetensinya sehingga kegiatan belajar dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Kepala sekolah ditunjuk sebagai seorang pendidik yang mendidik para guru karena dianggap sebagai orang yang lebih tahu dan menguasai dalam kurikulum maka dari itu harus dapat memberikan saran dan bimbingan kepada gurunya, selain itu kepala sekolah harus bisa menerapkan gaya kepemimpinan secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan.

Selain peran kepala sekolah dalam menerapkan gaya kepemimpinan untuk meningkatkan kompetensi profesional guru sosok yang paling menentukan adalah guru itu sendiri. Guru merupakan sosok yang dihormati karena memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran di sekolah. Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada etika kerja, independen (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif), tepat (efektif), efisien. Dalam hal inipun dijumpai suatu kendala yang dapat


(22)

3

aktifitas guru. (Sanjaya, 2008 : 274) menyatakan banyak orang termasuk guru sendiri yang meragukan bahwa guru merupakan jabatan profesioanal. Hal ini berarti guru menganggap siapapun dapat menjadi guru. Memahami ataupun tidak memahami bidang keguruanpun bisa saja menjadi guru, asalkan memahami materi dan mampu menyampaikan semua materi. Jika kita melihat secara lebih detail mengajar bukanlah sesuatu yang sederhana, bukan hanya sekedar memahami materi dan menyampaikan materi. Mengajar membutuhkan suatu keterampilan khusus. mengajar merupakan suatu proses yang memanusiakan manusia, yakni proses mengubah perilaku siswa sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau mengubah perilaku siswa menjadi siswa yang berpendidikan.

Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memahami materi, merancang dan menerapkan ilmunya dengan strategi pembelajaran ataupun metode pembelajaran yang bervariasi. Tentunya strategi ataupun metode ini haruslah sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Taraf perkembangan siswa yang satu dengan siswa yang lainnya pastilah berbeda, maka dibutuhkan suatu pendekatan yang berbeda pula. Seorang guru harus dapat memahami pribadi masing – masing siswanya. Sebagaimana halnya tugas seorang dokter yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasien, maka tugas seorang guru pun memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa kearah tujuan yang diinginkan (Sanjaya, 2008 : 276). Pernyataan di atas menjelaskan bahwa profesi guru dapat disetarakan dengan profesi dokter karena seorang guru harus dapat memiliki keahlian khusus dalam hal membimbing serta


(23)

4

menuntun siswa dan dokter harus memiliki keahlian khusus dalam membantu kesembuhan pasiennya, yang menjadi pembeda antara profesi dokter dan pekerjaan guru adalah hasilnya. Hasil kinerja seorang dokter dapat dilihat dalam waktu yang singkat, apabila pasien sembuh dalam waktu yang relatif singkat maka dokter tersebut dapat dikatakan profesional. Hasil dari pekerjaan guru tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat, membutuhkan waktu yang lama dan panjang. Mengembangkan potensi siswa tidaklah cukup hanya beberapa minggu saja, bisa satu ataupun dua tahun. Tugas guru tidak hanya menuntun dan membimbing siswa tetapi juga membentuk pribadi siswa, membentuk suatu generasi manusia yang berpendidikan. Melihat begitu kompleksnya tugas seorang guru maka jabatan guru sangat layak untuk disebut pekerjaan profesional yang membutuhkan keahlian khusus. Dengan jabatan guru merupakan jabatan yang bersifat profesional maka gurupun harus dapat bersikap dan bekerja sebagai pendidik secara profesional. Guru harus dapat menunjukan kinerjanya secara maksimal, menunjukan kompetensi profesionalnya dalam mengajar agar dapat membantu siswa mencapai tujuannya.

Kompetensi itu sendiri merupakan karakteristik dasar seseorang yang berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan unggul dalam suatu pekerjaan tertentu. Seorang guru dapat dikatakan berkompetensi profesional apabila guru tersebut memang dapat menunjukan kinerjanya secara memadai. Johnson (Sanjaya, 2008 : 277) menyatakan bahwa kompetensi merupakan perilaku rasional guna mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan


(24)

5

kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru dapat dilihat dari cara guru menyikapi pekerjaannya, cara dalam berpenampilan maupun dengan kinerja guru yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

Melihat adanya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU

TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI

GURU” dengan survei pada guru tingkat SMA di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka permasalahan yang hendak dikaji adalah :

1. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru ?

2. Apakah terdapat hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru?


(25)

6

2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap guru terhadap jabatan dengan kompetensi guru ?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengembangan ilmu pengetahuan yang memungkinkan untuk mengkonfirmasi hasil – hasil penelitian terdahulu atau teori – teori yang diperoleh di bangku kuliah dan literatur yang ada.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa FKIP dalam mengembangkan kompetensi gurunya, dimana mahasiswa FKIP merupakan mahasiswa yang dipersiapkan untuk menjadi tenaga pendidik yang diharapkan dapat menunjukan kinerjanya dan turut ambil bagian di masyarakat.

3. Bagi Kepala sekolah dan Guru

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah dalam sikap kepemimpinan dimana kepemimpinan harus diterapkan dengan sebaik–baiknya, demokratis dan transparan. Penelitian ini dapat dijadikan masukan dalam pengembangan kompetensi guru agar dapat meningkatkan kinerjanya menjadi lebih maksimal.


(26)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Pengertian pemimpin dan kepemimpinan

Dari akar kata “pimpin” kita mengenal istilah “pemimpin” dan “kepemimpinan”. Rivai (2003 : 65) pemimpin adalah anggota dari suatu perkumpulan yang diberi kedudukan tertentu dan diharapkan dapat bertindak sesuai dengan kedudukan. Seorang pemimpin adalah juga seseorang dalam suatu perkumpulan yang diharapkan dapat menggunakan pengaruhnya untuk mewujudkan dan mencapai tujuan kelompok. Dalam menentukan siapa pemimpin dalam organisasi haruslah dipilih orang yang benar – benar dapat mempengaruhi orang lain untuk mau bekerja.

Menurut Wahjosumidjo (1987 : 26) berpendapat bahwa kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang pemimpin yang berupa sifat – sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan dan kesanggupan. Kepemimpinan adalah serangkaian kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri, dan kepemimpinan adalah sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan dan situasi.


(27)

2. Kewibawaan Pemimpin

Keberhasilan pemimpin dalam memimpin suatu organisasi tidak hanya ditentukan oleh sifat-sifat serta perilaku, juga ditentukan oleh factor kewibawaan. Kewibawaan merupakan salah satu konsep kepemimpinan yang menyangkut segala aspek yang berkaitan erat dengan kepemimpinan. Menurut Koontz (wahjosumidjo, 1984 : 118) kewibawaan mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi pemimpin, sebab di dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengubah perilaku bawahan ke arah tercapainya tujuan organisasi di samping berbagai teknik kepemimpinan diperlukan pula adanya daya dorong tertentu yang disebut kewibawaan.

3. Fungsi Kepemimpinan

Menuru Rivai (2004 : 96) fungsi kepemimpinan yang cocok dengan visi kepemimpinan dengan berbagi rasa yaitu menciptakan visi dan rasa komunitas, membantu mengembangkan komitmen daripada sekedar memenuhinya, menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan pandangan yang berlainan, mendukung pembicaraan yang cakap melalui dialog, membantu menggunakan pengaruh mereka, kepemimpinan melalui berbagi rasa, memfasilitasi, memberi semangat pada yang lain, menopang tim, dan bertindak sebagai model.

4. Gaya Kepemimpinan

Setiap orang memiliki ciri khas tersendiri, ciri dari seseorang ini dapat dilihat dari gaya mereka atau gerak-gerik mereka. Menurut Thoha


(28)

(Mulyana, 2003 : 108) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Untuk lebih memahami gaya kepemimpinan terlebih kita memahami pengertian gaya kepemimpinan ditinjau dari pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan pendekatan situasional.

a. Pendekatan Sifat

Pendekatan sifat ini bertolak dari asumsi bahwa individu merupakan pusat kepemimpinan atau bertolak dari sifat – sifat ataupun karakter yang dimiliki seseorang. Menurut Sutisna (Mulyasa, 2003 : 108), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat sifat – sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang esensil, pada kepemimpinan yang efektif. Keberhasilan seseorang dalam memimpin dapat ditentukan oleh sifat – sifat dari pribadi seseorang. Ordway Tead (Wahjosumidjo, 1987 : 45)menyatakan ada sepuluh macam sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu :

1) Energi jasmani dan rohani (physical and nervous energy),

2) Kepastian akan maksud dan arah tujuan (a sense of purpose and direction),

3) Antusiasme atau perhatian yang besar (anthusiasm),

4) Ramah-tamah, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati


(29)

5) Integritas atau pribadi yang bulat (integrity),

6) Kecakapan teknis (technical mastery),

7) Mudah mengambil keputusan (decisioness),

8) Cerdas (intelligence),

9) Kecakapan mengajar (teaching skill), 10) Kesetiaan (faith).

Sifat – sifat diatas diperuntukan bagi para pemimpin pada umumnya. Pemimpin dapat dikatakan baik apabila bisa menunjukan sifat – sifat tersebut, akan tetapi sebaliknya apabila seorang pemimpin tidak dapat menunjukan karakter tersebut maka pemimpin tersebut dapat dikatakan tidak efektif. Tetapi pada kenyataan praktek di lapangan, kesepuluh sifat tersebut tidak harus dimiliki bersama-sama oleh seorang pemimpin

b. Pendekatan Perilaku

Menurut pendekatan tingkah laku, gaya kepemimpinan adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya kepemimpinan mencerminkan suatu kombinasi yang konsisten dari keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.

Teori kepemimpinan berdasarkan pendekatan perilaku tidak didasarkan pada sifat atau kepribadian seseorang, melainkan berdasarkan perilaku yang ditunjukan dalam organisasi yang dipimpin. Salah satu kepemimpinan yang dikembangkan


(30)

berdasarkan pendekatan perilaku adalah teori kepemimpinan dua dimensi. Wahjosumidjo (1987 : 63) menyatakan bahwa gaya kepemimpinan pada hakikatnya mengandung arti bagaimana pemimpin itu berhubungan dengan bawahan. Dan hubungan antar pemimpin dengan bawahan tersebut disebut gaya yang memiliki sifat 1) Berorientasi kepada tugas (a task oriented style)

Di dalam gaya yang pertama ditandai adanya beberapa hal seperti :

a) Pemimpin memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan, b) Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat

terhadap bawahan,

c) Pemimpin menyakinkan kepada bawahan, bahwa tugas-tugas harus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan pemimpin,

d) Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.

2) Berorientasi pada bawahan (an employee – oriented style).

a) Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada memberikan pengawasan terhadap bawahan,

b) Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan,


(31)

c) Pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya, hubungan kerja sama yang saling hormat-menghormati di antara sesama anggota kelompok.

c. Pendekatan situsional

pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan perilaku, keduanya menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi tertentu (Mulyasa, 2003 : 112). Jika pandangan perilaku menyoroti kepemimpinan dari beberapa variabel yang dapat mempengaruhi perilaku akan mempermudah dalam menentukan gata kepemimpinan mana yang akan digunakan, maka pendekatan situsional lebih menyoroti pada gaya kepemimpinan yang lebih efektif dan efisien untuk diterapkan pada situasi tertentu.

5. Kepemimpinan Sekolah

Perlu kita ketahui bahwa kepala sekolah merupakan inti dari semua kegiatan sekolah ayau dengan kata lain mesin penggerak di sekolah. Kepala sekolah harus dapat menentukan mau dibawa kemana arah dan tujuan sekolahnya, selain itu bagaimana cara kepala sekolah mewujudkan tujuan sekolah bersama dengan seluruh anggota sekolah.

Kinerja kepemimpinan khusunya kepala sekolah adalah segala upaya yang dicurahkan demi terwujudnya suatu tujuan pendidikan yang efektif dan efisien. (Mulyana, 2003 : 126) Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan kriteria berikut :


(32)

a. Mampu memberdayakan guru – guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif,

b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan,

c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan,

d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah,

e. Bekerja dengan tim manajemen, serta

f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

Setelah melihat uraian diatas maka kepala sekolah dapat memilih gaya kepemimpinan yang benar – benar cocok dengan situasi dan kondisi yang terjadi di lapangan. Setidaknya kita telah mengetahui ada dua gaya kepemimpinan yang berorientasi tugas dan berorientasi hubungan manusia, dan kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan secara tepat dan fleksibel demi pengembangan kompetensi guru. Dengan kata lain kepemimpinanya harus dapat berubah – ubah menyesuaikan dengan situasi yang tengah dihadapi karena tidak ada tipe kepemimpinan yang terbaik.


(33)

B. Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan

1. Sikap

a. Pengertian Sikap

Definisi mengenai sikap sangatlah banyak, salah satu definisi sikap yang diutarakan oleh Lange tahun 1888 (Azwar, 1995 : 4) sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan mencakup pula aspek respon fisik. Menurut Daniel J Mueller (Sarwono, 2006 : 96) Sikap ialah pengaruh atau penolakan, penilaian, suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu objek psikologis.

Definisi lain mengenai sikap pun diutarakan menurut Louis Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood adalah bahwa sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak pada objek tersebut. Secara lebih jelasnya, Thurstone mendefinisikan sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu objek psikologis (Azwar, 1995 : 4). Dalam hal ini seseorang yang dimaksud adalah guru.

Melihat uraian mengenai definisi sikap diatas, maka kita bisa ambil suatu kesimpulan bahwa sikap merupakan suatu bentuk penolakan atau penerimaan mengenai suatu obyek, suatu bentuk evaluasi ataupun reaksi perasaan mengenai obyek, kecenderungan


(34)

subyek merespon suatu obyek. Sikap seseorang mengenai objek tersebut dapat terlihat dari ekspresi perasaannya terhadap objek tersebut, cara dia mengevaluasi obyek tersebut. Bentuk ekspresi perasaan bias berbentuk rasa senang atau tidak senang, memihak atau tidak memihak, positif ataupun negatif. Jadi kita bisa mengetahui bahwa salah satu yang mempengaruhi kompetensi profesional guru adalah sikap guru terhadap jabatan dimana sikap merupakan suatu tindakan penolakan atau penerimaan penilaian baik atau buruk tentang suatu hal, dan yang menjadi obyek dari sikap guru adalah jabatannya sebagai guru.

b. Struktur Sikap

Struktur sikap terdiri dari tiga komponen dimana komponen-komponen ini saling menunjang yaitu komponen-komponen kognitif, komponen-komponen afektif dan komponen konatif/perilaku (Azwar, 1995 : 24). Komponen kognitif merupakan suatu bentuk atau gambaran dari apa yang dipercayai oleh seseorang, komponen afektif merupakan suatu bentuk perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan aspek konatif/perilaku merupakan kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh individu.

Menurut Mann komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen kognitif dapat disamakan dengan pandangan/opini. Komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap obyek sikap dan


(35)

menyangkut masalah emosi, sedangkan komponen perilaku berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu (Azwar, 1995 : 24).

2. Guru

a. Pengertian Guru

Dalam Naskah Akademik Pendidikan Profesi Guru (2008 : 1), guru merupakan suatu jabatan profesional dan memberikan layanan ahli yang menuntut persyaratan kemampuan yang secara akademik dan pedagogis maupun secara professional dapat diterima oleh pihak dimana guru bertugas, baik penerima jasa layanan secara langsung maupun pihak lain terhadap siapa guru bertanggung jawab. Dengan kata lain guru adalah seseorang atau tenaga pendidik yang tugas utamanya adalah mengajar dan mengembangkan bakat siswa.

b. Peranan Guru

Guru merupakan faktor penentu dalam pengembangan peserta didik dalam mewujudkan tujuan hidupnya. Guru merupakan suatu jabatan profesi, untuk itu diharapkan guru dapat melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dengan maksimal. Guru tidak hanya bertugas menerangkan materi, ceramah dikelas, tetapi juga mendesain materi –materi pelajaran, melakukan evaluasi terhadap prestasi siswa dan juga melakukan pengawasan terhadap perkembangan psikologis siswa. Menurut (Sri Esti, 2006 : 27) seorang guru memiliki banyak peran diantaranya :


(36)

1) Guru sebagai ahli instruksi

Guru harus dapat membuat suatu keputusan tentang materi pelajaran dan metode yang akan digunakan. Keputusan-keputusan ini sendiri didasarkan pada sejumlah faktor yang meliputi mata pelajaran yang akan disampaikan, kebutuhan dan kemampuan siswa, serta seluruh tujuan yang akan dicapai. Bagaimana cara terbaik untuk mengajarkan perkalian pada anak SD? Buku apa yang akan digunakan untuk mengajar membaca siswa SMA? Yang manakah yang terbaik untuk mata pelajaran ini: ceramah, diskusi, belajar mandiri, atau menghafal? Guru membuat puluhan keputusan mengajar ini setiap minggu. Ditambah lagi para guru diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan oleh siswa mengenai mata pelajaran itu sendiri.

2) Guru sebagai motivator

Tidak ada satu pun guru yang dapat berhasil mengajar secara otomatis. Siswa juga harus berbuat dan bertindak. Salah satu peran guru adalah sebagai motivator. Memotivasi siswa tidak hanya disampaikan pada permulaan tahun ajaran baru, tetapi juga pada saat-saat diperlukan.

3) Guru sebagai manajer

Seorang guru harus dapat berperan sebagai manajer, dimana seorang guru harus dapat mengelola kelas. Mengelola kelas


(37)

meliputi: mengawasi kegiatan kelas, mengorganisasi pelajaran, melengkapi formulir-formulir, mempersiapkan tes, bertemu dengan orang tua siswa, menyimpan catata-catatan pribadi siswa dan sebagainya. Dalam waktu satu hari itu guru harus dapat membagi waktunya untuk mengelola sekolah. Guru pun akan berhadapan dengan pengelolaan kelas lain, yaitu mengatur lingkungan belajar, bebas dari masalah tingkah laku, sehingga kelas dapat melanjutkan proses belajarnya.

4) Guru sebagai konselor

Walaupun guru tidak diharapkan bertindak sebagai konselor, mereka harus sensitif dalam mengobservasi tingkah laku siswa. Mereka harus mencoba merespon secara konstruktif ketika emosi siswa mulai menggangu proses belajar. Guru harus tahu jika ada siswa yang membutuhkan bantuan ahli jiwa.

5) Guru sebagai model

Tidak menjadi soal apa yang kita lakukan sebagai seorang guru, kita akan berakting sebagai seorang model bagi siswa-siswi kita. Dalam banyak kasus, guru tidak menyadari peran mereka sebagai model. Sebagai contoh, guru-guru bertindak sebagai model dalam menunjukan bagaimana menyelesaikan suatu masalah. Jika seorang guru memaksakan pendapatnya dalam menyelesaikan masalah kepada siswa, siswa mungkin akan belajar bahwa itu bukan jawaban atau penyelesaiaan yang baik,


(38)

dapat dikatakan bahwa guru bersikap otoriter. Jika siswa dilibatkan dalam penyelesaian suatu masalah, maka siswa akan belajar bahwa mereka sendiri mampu untuk menghadapi masalah-masalah tersebut.

3. Jabatan Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur karena tidak ada yang mengatur (http://www.cookey.co.cc). Kita mengetahui bahwa guru merupakan jabatan profesi dimana guru dituntut untuk dapat memberikan pengajarannya dengan professional. Profesi adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menafkahi diri dan keluarganya dimana profesi tersebut diatur oleh Etika Profesi dimana Etika Profesi tersebut hanya berlaku sesama Profesi tersebut (http://www.cookey.co.cc).

Profesi mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai kekhususan dimana guru tersebut harus dipersiapkan dengan baik dan dilakukan oleh seseorang yang ahli di bidang pendidikan.Jadi profesi merupakan jabatan atau pekerjaan yang tetap dan teratur untuk memperoleh nafkah yang membutuhkan pendidikan atau latihan khusus.

C. Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi merupakan suatu pernyataan tentang bagaimana seseorang dapat mempraktekkan kemampuan, keterampilan, ilmu


(39)

pengetahuan yang dimiliki pada suatu tempat dimana seseorang tersebut bekerja. Mc.Ashan (Joko Susilo, 2007 : 97) mengemukakan bahwa kompetensi :”is a knowledge, skills, and abilities or capabilities or capabilities that a person achieves, which become part of his or being to the

exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive,affective,

andpsychomotor behavior”. Jadi, kompetensi dapat diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dan ketigahal tersebut menjadi bagian dari dirinya, sehingga seseorang tersebut dapat melakukan perilaku – perilaku yang bersifat kognitif, afektif, dan psikomotor.

Kompetensi guru diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kompetensi seperti tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP).

1. Kompetensi Pedagogik

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip – prinsip pembelajaran yang mendidik.

c. Menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu.


(40)

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik umtuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

h. Terampil melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi kepentingan belajar. j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadiaan

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagipeserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa.

d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru, dan rasa percaya diri.


(41)

3. Kompetensi Sosial

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fidik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonmi.

b. Berkmunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman soasial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mat pelajaran yang diampu.

b. Menguasai srtandar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif. d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkmunikasi dan mengembangkan diri.

Namun dalam Penyusunan kurikulum PPG kmpetensi yang akan dicapai dapat disederhanakan menjadi kompetensi akademik dan kompetensi profesional. Kompetensi – kompetensi ini tidak dapat dijadikan sebagai


(42)

pengelompokan mata kuliah, dua kompetensi ini tercakup dalam mata kuliah sebagai contohnya mata kuliah bahasa inggris, bahasa Indonesia, Agama dan Kewarganegaraan dapat mencakup kompetensi kepribadian dan sosial.

Kompetensi akademik merupakan seluruh bekal yang berupa ilmu dari kegiatan mendidik yang akan diterapkan dalam melaksanakan kegiatan di lapangan secara nyata.

Kompetensi profesional adalah seluruh kemampuan menerapkan prinsip – prinsip keilmuan dalam praktek di sekolah terdiri dari : latihan terbimbing, latihan kemandirian, mengatasi masalah – masalah dalam prses pembelajaran siswa, dan ikut aktif dalam kegiatan di luar pelajaran yang terjadi di sekolah. Kompetensi profesional guru adalah suatu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan pembelajaran dengan baik. Dengan demikian, bahwa untuk menjadi guru profesionaldibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap guru atau calon guru untuk mewujudkannya.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Ditemukan dari penelitian yang dilakukan Sugeng yang berjudul ”Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri Di Kabupaten Pandeglang”, bahwa ada hubungan positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru matematika. Ada hubungan yang positif antara sikap guru terhadap pekerjaan dengan


(43)

kompetensi profesional guru matematika. Ada hubungan yang positif antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan kompetensi profesional guru matematika tingkat SMP negeri di kabupaten Pandeglang.

E. Kerangka Berfikir

1. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

kompetensi guru.

Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai andil yang kuat dalam menentukan kompetensi profesional guru. Guru dituntut memiliki kompetensi yang memadai, untuk mengoptimalkan kompetensi guru maka yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan perna kepala sekolah. Kepala sekolah berperan dalam pengembangan kinerja guru. Kepala sekolah harus dapat menerapkan suatu kepemimpina yang sesuai dengan situasi yang tengah dihadapi agar keberadaan kepala sekolah sebagai pemimpin diakui oleh bawahannya.

2. Hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjan dengan

kompetensi guru.

Dengan menyikapi secara positif mengenai jabatannya sebagai guru, maka guru dapat melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dengan baik dan dengan senang hati. Jika guru bekerja dengan baik dan tanpa adanya tekanan bahwa jabatan guru melelahkan, kurang menguntungkan


(44)

maka Ia dapat memberikan pengetahuannya, kemampuannya, dan keterampilannya secara maksimal.

F. Hipotesis

1. Ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru.

2. Ada hubungan antara sikap guru terhadap jabatan dengan kompetensi guru.


(45)

26

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya (Sugiyono, 2007 : 29). Penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan teknik survei. Survei pada umumnya merupakan cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Jumlah itu biasanya cukup besar (Surakhmad, 1990 : 141). Penelitian survey ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi guru.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan bulan November 2011.

2. Tempat Penelitian

Tempat untuk penelitian ini dilakukan di 5 sekolah SMA di wilayah Yogyakarta diantaranya SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3


(46)

Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan subyek penelitian. Menurut Jonathan Sarwono (2006 : 111) populasi didefinisikan sebagai seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti. Populasi dalam penelitian adalah guru SMA yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2007 : 62). Sampel merupakan sub dari seperangkat elemen yang dipilih untuk dipelajari, (Sarwono 2006 : 111). Dalam pengambilan sampel penulis menggunakan pengambilan sampel gugus bertahap, yaitu pengelompokan ke dalam gugus – gugus yang merupakan satuan – satuan dari mana sampel akan diambil atau dengan kata lain pengambilan dilakukan dilakukan melalui beberapa tahap.

a. Tahap pertama

Populasi sampling pertama, terdiri dari beberapa kabupaten di Yogyakarta seperti kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, Kota Madya Yogyakarta dan Gunung Kidul. Satu kabupaten diambil


(47)

secara acak sebagai sampel pertama. Kabupaten yang dipilih adalah Kabupaten Kota Madya Yogyakarta.

b. Tahap kedua

Sampel pertama ini dijadikan sebagai populasi sampling dua yang terdiri dari satu kabupaten yang telah dipilih dengan keseluruhan sekolah tingkat SMA yang ada di kabupaten Kota Madya Yogyakarta yang menjadi sampel kedua. Penelitian dipusatkan di satu kabupaten dikarenakan alasan geografis atau dengan kata lain lebih mudah untuk dijangkau.

c. Tahap ketiga

Sampel kedua ini disebut sebagaai populasi sampling ketiga yang terdiri dari beberapa sekolah yang terpilih. Kemudian dibuat daftar seluruh guru dari sekolah – sekolah yang terpilih. Sekolah yang dipilih adalah sekolah yang memiliki akreditasi A karena peneliti ingin melihat apakah semakin baiknya kompetensi guru juga diiringi dengan semakin baiknya kepemimpinan kepala sekolah, atau kompetensi guru semakin baik karena guru tersebut sadar dengan tanggung jawabnya dan mandiri dalam mencapai kompetensinya tanpa adanya pengaruh dari kepala sekolah. Sekolah yang dipilih untuk melaksanakan penelitian ini adalah :


(48)

Tabel 3.1

Daftar Sekolah dan Jumlah Guru

No. Nama Sekolah Disebar Kembali Responden Rate

1 SMA Negeri 1 Yogyakarta 45 37 82 %

2 SMA Negeri 3 Yogyakarta 60 55 92 %

3 SMA Negeri 6 Yogyakarta 40 32 80 %

4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta 40 30 75 %

5 SMA Santa Maria Yogyakarta 25 22 88 %

Jumlah 210 176 84 %

D. Variabel Penelitian

Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2007 : 58) variabel dapat didefinisikan sebagtai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain atau suatu obyek dengan obyek lain. Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang akan dipelajari.

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 59). Dalam penelitian ini variabelnya diantaranya kepemimoinan keoala sekolah, sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi guru.

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional Variabel

Pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang memimpin suatu organisasi atau kelompok dimana seorang pemimpin tersebut harus dapat mengatur dan mengawasi kinerja bawahannya. Setiap pimpinan memiliki


(49)

kepemimpinan tersendiri, hal ini dapat dilihat dari gaya ataupun gerak – gerik mereka. Gaya kepemimpinan merupakan suatu sikap dalam mempengaruhi orang lain agar seseorang mau bekerja, dimana dalam proses mempengaruhi tersebut pimpinan memiliki caranya tersendiri dalam mendekati dan memerintah bawahannya. Disini peneliti lebih menitik beratkan pada gaya kepemimpinan kepala sekolah. Didalam memimpin di sekolahpun diharapkan kepala sekolah dapat memimpin dengan baik dan dapat menyesuaikan dengan situasi yang tengah dihadapi, karena kepala sekolah berperan besar dalam pengembangan kompetensi guru.

Guru adalah suatu jabatan profesi dimana pekerjaan sehari – hari yang dilakukan adalah sebagai tenaga pendidik, mengajar siswa – siswi di kelas dan membantu peserta didiknya dalam mengembangkan minat dan bakat siswa. Diharapkan guru dapat menjadi seorang guru yang berkompeten, dalam hai ini yang dimaksud adalah guru tersebut dapat mengajar dengan baik, mampu memberikan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang dimilikinya dan menguasai bidang – bidang kompetensi lainya.

Kompetensi itu sendiri merupakan suatu pernyataan tentang bagaimana seseorang dapat mempraktekkan kemampuan, keterampilan, ilmu pengetahuan yang dimiliki pada suatu tempat dimana seseorang tersebut bekerja. Kompetensi guru dikategorikan menjadi empat bagian, diantaranya : kompetensi pedagogik, kompetensi sosial, kompetensi


(50)

kepribadian, dan kompetensi profesional. Peranan guru dan tuntutan untuk menguasai kompetensi tidak lepas dari peran kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah yang harus selalu mengawasi kinerja para guru. Keberhasilan seorang guru dalam menguasai kompetensi tidak lepas juga dari sikap guru dalam menyikapi jabatan pekerjaannya sebagai guru. Sikap merupakan upaya dalam melakukan penolakan atau penerimaan terhadap suatu hal atau penilaian tentang baik buruknya sesuatu hal. Sikap gurupun mempengaruhi kinerja guru, karena diharapkan guru dapat bekerja tanpa adanya tekanan mengenai jabatanya sebagai guru.

2. Pengukuran Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini diantaranya kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi profesional guru diukur dengan menggunakan kuesioner, dimana kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan tertutup, yakni hanya memilih jawaban yang telah disediakan. Jawaban yang diperoleh akan diberi skor dengan menggunakan skala pengukuran Likert. (Sarwono 2006 : 96) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu penelitian. Sikap dalam skala likert diekspresikan mulai dari yang paling negatif, netral, sampai paling positif, dalam bentuk :

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

STS diberi skor 1 STS diberi skor 5

TS diberi skor 2 TS diberi skor 4


(51)

S diberi skor 4 S diberi skor 2 SS diberi skor 5 SS diberi skor 1 Kerangan :

STS : Sangat Tidak Setuju TS : Tidak Setuju

N : Netral

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Kisi-kisi dari setiap indikator baik gaya kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap jabatan, dan kompetensi guru adalah sebagai berikut :


(52)

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen

Variabel Indikator No. Kuesioner Pernyataan

Positif/Negatif 1. Kepemimpinan

Kepala Sekolah

1. Kewibawaan Kepala Sekolah

2. Penerapan gaya

kepemimpinan ditinjau dari:

d. Pendekatan sifat

e. Pendekatan perilaku dan situasional 1,2,3,4,5,6,7,8,9, 10 11,12,13,14,15,16, 17,18,19,20,21,22, 23 24,25,26,27,28,29, 30,31,32,33,34,35

Positif : 1,2,6,7,9 Negatif :3,4,5,8,10

Positif :

11,12,13,14,15,17, 19,20,21,22,23 Negatif : 16,18, Positif :

24,26,27,28,29,31, 32,34,35

Negatif : 25,30,33 3. Sikap Guru

Terhadap Jabatan Pekerjaan

1. Kepercayaan terhadap jabatan guru

2. Kepuasan dan rasa senang guru terhadap jabatan

3. Perilaku guru

1,2,3,4,5 6,7,8,9,10,11,12, 13,14,15,16,17,18, 19,20 21,22,23,24,25,26, 27,28,29,30

Positif : 1,2,3,4,5 Negatif : - Positif :

6,7,9,10,11,12,13, 14,15,17,19,20 Negatif : 8,16,18, Positif :

21,22,23,2425,26, 27,29,30

Negatif : 28 4. Kompetensi

Guru

1. Kemampuan menguasai kompetensi pedagogik

2. Kemampuan menguasai kompetensi kepribadian 3. Kemampuan menguasai

kompetensi sosial

4. Kemampuan menguasai kompetensi profesional 5,6,10,13,17,18,20 ,25,27,33,35,36,38 7,32,34,40 12,14,21,28,31,37, 39 1,2,3,4,8,9,11,15, 16,19,22,23,24,26, 29,30 Positif : 5,6,10,13,17,18,20 Negatif : 25,27,33,35,36,38 Positif : 7,34 Negatif : 32,40 Positif : 12,14,21,28 Negatif : 31,37,39 Positif : 1,2,3,4,8,9,11,15, 19,22,24 Negatif : 16,23,26,29


(53)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesoner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan yang disusun tertulis. Dalam penelitian kuesioner ini melibatkan responden untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai keadaan responden yang sebenarnya. Kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah dengan sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi profesional guru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner yang telah diuji milik Sugeng dengan judul Hubungan Kepemimpinan dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang dan kuesioner milik Supriyo dengan judul Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan Sikap Guru Terhadap Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Samarinda.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat dan mencatat dokumen yang diperlukan. Teknik ini digunakan untuk memperoleh data mengenai sejarah sekolah dan data mengenai kepala sekolah dan guru.


(54)

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila suatu alat pengukur tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat. Peneliti menggunakan perhitungan rumus Korelasi Product Moment. Teknik korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis hubungan dua variabel (Sugiyono, 2008 : 228),dengan rumus sebagai berikut :

∑ (∑ ) (∑ )

∑ (∑ ) ∑ ∑

N = Total responden

X = Total dari setiap item 1 Y= Total dari setiap item 2

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi dengan taraf signifikan 5% . Apabila hasi pengukuran r menunjukan hasil lebih besar atau sama dengan taraf 5%, maka item tersebut dinyatakan tidak valid. Dengan n sebanyak 176 taraf kesalahan 5% = 0,147 dan apabila r hitung > 0,147 dinyatakan valid dan apabila r hitung < 0,147 maka dinyatakan tidak valid. Hasil dari Uji validitas sebagai berikut:

Tabel 3.3

Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Item Rhitung Rtabel Keputusan

1 0.536 > 0,147 Valid


(55)

Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

3 0.494 > 0,147 Valid

4 0.565 > 0,147 Valid

5 0.491 > 0,147 Valid

6 0.598 > 0,147 Valid

7 0.363 > 0,147 Valid

8 0.536 > 0,147 Valid

9 0.489 > 0,147 Valid

10 0.390 > 0,147 Valid

11 0.439 > 0,147 Valid

12 0.673 > 0,147 Valid

13 0.690 > 0,147 Valid

14 0.541 > 0,147 Valid

15 0.644 > 0,147 Valid

16 0.301 > 0,147 Valid

17 0.611 > 0,147 Valid

18 0.079 < 0,147 Tidak Valid

19 0.635 > 0,147 Valid

20 0.491 > 0,147 Valid

21 0.341 > 0,147 Valid

22 0.509 > 0,147 Valid

23 0.433 > 0,147 Valid

24 0.691 > 0,147 Valid

25 0.465 > 0,147 Valid

26 0.721 > 0,147 Valid

27 0.698 > 0,147 Valid

28 0.720 > 0,147 Valid

29 0.686 > 0,147 Valid

30 0.555 > 0,147 Valid

31 0.662 > 0,147 Valid

32 0.588 > 0,147 Valid

33 0.372 > 0,147 Valid

34 0.550 > 0,147 Valid

35 0.551 > 0,147 Valid

Tabel 3.4

Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan

Item Rhitung Rtabel Keputusan

1 0.424 > 0,147 Valid

2 0.478 > 0,147 Valid

3 0.555 > 0,147 Valid

4 0.510 > 0,147 Valid

5 0.533 > 0,147 Valid

6 0.526 > 0,147 Valid


(56)

Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan

8 0.102 < 0,147 Tidak Valid

9 0.573 > 0,147 Valid

10 0.573 > 0,147 Valid

11 0.497 > 0,147 Valid

12 0.517 > 0,147 Valid

13 0.447 > 0,147 Valid

14 0.495 > 0,147 Valid

15 0.516 > 0,147 Valid

16 0.211 > 0,147 Valid

17 0.480 > 0,147 Valid

18 0.275 > 0,147 Valid

19 0.559 > 0,147 Valid

20 0.430 > 0,147 Valid

21 0.623 > 0,147 Valid

22 0.622 > 0,147 Valid

23 0.512 > 0,147 Valid

24 0.575 > 0,147 Valid

25 0.475 > 0,147 Valid

26 0.498 > 0,147 Valid

27 0.541 > 0,147 Valid

28 0.248 > 0,147 Valid

29 0.534 > 0,147 Valid

30 0.451 > 0,147 Valid

Tabel 3.5

Rangkuman Uji Validitas Kompetensi Guru

Item Rhitung Rtabel Keputusan

1 .604 > 0,147 Valid

2 .512 > 0,147 Valid

3 .639 > 0,147 Valid

4 .505 > 0,147 Valid

5 .605 > 0,147 Valid

6 .635 > 0,147 Valid

7 .679 > 0,147 Valid

8 .585 > 0,147 Valid

9 .631 > 0,147 Valid

10 .602 > 0,147 Valid

11 .579 > 0,147 Valid

12 .662 > 0,147 Valid

13 .622 > 0,147 Valid

14 .639 > 0,147 Valid

15 .618 > 0,147 Valid


(57)

Rangkuman Uji Validitas Kompetensi Guru

17 .606 > 0,147 Valid

18 .602 > 0,147 Valid

19 .567 > 0,147 Valid

20 .575 > 0,147 Valid

21 .585 > 0,147 Valid

22 .592 > 0,147 Valid

23 .621 > 0,147 Valid

24 .235 > 0,147 Valid

25 .619 > 0,147 Valid

26 .647 > 0,147 Valid

27 .643 > 0,147 Valid

28 .531 > 0,147 Valid

29 .663 > 0,147 Valid

30 .525 > 0,147 Valid

31 .571 > 0,147 Valid

32 .649 > 0,147 Valid

33 .517 > 0,147 Valid

34 .416 > 0,147 Valid

35 .622 > 0,147 Valid

36 .619 > 0,147 Valid

37 .714 > 0,147 Valid

38 .763 > 0,147 Valid

39 .702 > 0,147 Valid

40 .702 > 0,147 Valid

2. Uji Reliabilitas

Menurut Djamaludin Ancok (Singarimbun, 1989 : 140) reliabilitas adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau tidak dapat diandalkan. Apabila alat pengukur digunakan dua kali pada suatu gejala yang sama dan menghasilkan hasil yang sama atau konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan reliabel. Cara mencari reabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan mengoreksi angka korelasi yang diperoleh. Pengujian reabilitas instrumen dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach:


(58)

r

11

= [

( )

][1-∑

]

Keterangan :

rtt = reliabel instrumen yang dicari

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal = jumlah varians butir

= varians total

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien

Cronbach Alpha > 0, 60 (Nunnaly, 1967 dalam Imam Ghozali, 2002:42). Untuk pedoman dalam menentukan keterhandalan variabel penelitian, digunakan interpretasi nilai r sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 1989:167).

Tabel 3.6

Tingkat keterhandalan variabel penelitian No Koefisien Alpha Tingkat Keterhandalan

1. 0,800-1,00 Sangat Tinggi

2. 0,600-0,799 Tinggi

3. 0,400-0,599 Cukup

4. 0,200-0,399 Rendah

5. <0,200 Sangat Rendah

Uji Reliabilitas ini dikerjakan dengan menggunakan program komputer SPSS 15. Hasil pengujian reliabilitas disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.7

Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Nilai r

hitung Parameter Keterangan Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,932 0,60 Sangat Tinggi Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan 0,893 0,60 Sangat Tinggi

Kompetensi Guru 0,955 0,60 Sangat Tinggi

2

b

2


(59)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dengan menggunakan Uji Statistik Nonparametik. Statistik Nonperametik digunakan untuk menganalisis data sampel kecil, tidak harus berdistribusi normal dan data berbentuk nominal dan ordinal. Jika data yang dihasilkan berskala nominal maka dapat dilakukan uji Koefisiensi Kontigensi dan Chi kuadrat, namun apabila data yang diperoleh berskala ordinal maka dapt dilakukan uji Korelasi Spearman rank dengan rumus (Sugiyono, 2008 : 245) :

= − ∑

( )

=

Dalam hal ini data yang dihasilkan berbentuk ordinal dimana skala ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda yang dimiliki oleh obyek atau individu (Sarwono, 2006 : 94). Selain data yang dihasilkan berbentuk ordinal dalam pengujian normalitas didapat bahwa distribusi data variabel kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi guru berdistribusi tidak normal. Hal ini ditujukan pada tabel berikut ini :

Variabel R Square Parameter Keterangan Kepemimpinan Kepala Sekolah

dengan Kompetensi Profesional Guru

0,722 0,8 Tidak Normal

Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan dengan Kompetensi Guru


(60)

41

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. SMA Negeri 6 Yogyakarta

1. Sejarah SMA Negeri 6 Yogyakarta

SMA Negeri 6 Yogyakarta terletak di Jalan C. Simanjuntak 2 Yogyakarta Kelurahan Terban Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta. Asal mula berdirinya SMA Negeri 6 Yogyakarta tidak dapat dipisahkan dengan SMA Bagian A (Sastra) yang terletak di jalan C. Simanjuntak 2 (dahulu Jl. Jati no.1) yang pada waktu itu dipimpin oleh bapak R. DS Hadiwidjono. Pada tanggal 17 September 1949 didirikan Sekolah Menengah Umum Atas Bagian C. Tujuan semula didirikannya SMA C adalah :

a. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga menengah seperti Pamong Praja dan Pengadilan Negeri serta tenaga administrasi yang selama perang kemerdekaan telah banyak menyusut.

b. Memberi kesempatan kepada para siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Melalui Surat Keputusan Menteri P & K Nomor 210/B tanggal 27 Oktober 1949 SMA/C memperoleh status menjadi SMA Negeri bagian C. Pada tanggal 31 maret 1950 kepemimpinan diserahkan kepada pimpinan yang baru yaitu Bapak R.M. Soewito Poespokoesoemo dan wakilnya Bapak R.A. Djakatirtana, S.H. Karena Bapak R.M. Soewito


(61)

Poespokoesoemo tidak dapat melaksanakan tugasnya karena sakit, maka Bapak R.A. Djakatirtana ditunjuk sebagai pimpinan SMA/C.

Karena timbulnya masalah baru mengenai para calon siswa yang berasal dari dua kelompok yang berbeda, yaitu sebagian dari mereka pernah menjadi Tentara Pelajar (TP) yang didemobilisir dan sebagian dari mereka bukan Tentara Pelajar (TP). Siswa bekas Tentara Pelajar (TP) sebelum tahun 1950 adalah siswa-siswi dari SMA PERJOANGAN yaitu suatu SMA yang didirikan untuk menampung pelajar-pelajar yang kembali dari front perjoangan agar mereka tidak terasing dari pelajaran sekolah dan yang kemudian akan pergi lagi ke front perjoangan.

Karena kedua kelompok ini berasal dari latar belakang yang berbeda maka diputuskan siswa bekas Tentara Pelajar (TP) dimasukan SMA/C yang dibuka siang hari dan berlokasi di jalan Pogung 2, gedung bersejarah milik Yayasan BOPKRI. Mulai tanggal 1 Juni 1952, SMA/C secara resmi dipecah menjadi dua sekolah dengan Surat Keputusan Menteri P& K Nomor 3094/B tanggal 21 Juli 1952.

1. SMA/C Negeri I dengan pimpinan sekolah Bapak Parmanto, S.H. dengan jumlah kelas sebanyak 12 ruang dan masuk siang hari. Lokasi Jalan Pogung 2 Yogyakarta, SMA/C kemudian menjadi SMA/C V dan terakhir menjadi SMA 5 Yogyakarta yang sekarang berlokasi di jalan Pembayun Kotagede Yogyakarta.

2. SMA/C Negeri II dengan pimpinan bapak R.A. Djakatirtana, S.H. dengan jumlah kelas sebanyak 12 ruang dan masuk pagi hari. Lokasi


(62)

Jalan Pogung 2 Yogyakarta, SMA/C Negeri II kemudian menjadi SMA/C VI dan terakhir menjadi SMA Negeri 6 Yogyakarta yang sejak bulan Agustus 1957 pindah ke jalan C.Simanjuntak No.2 Yogyakarta yaitu gedung yang dahulu ditempati SMA/A (Sastra) dan sekarang telah memiliki 57 tenaga guru.

2. Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta

Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta adalah “Terwujudnya Insan Cerdas , Unggul Dan Peduli Lingkungan Hidup”. Adapun makna insan cerdas, unggul dan peduli lingkungan hidup adalah :

1. Insan Cerdas adalah insan yang tajam pikirannya, cerdik, pandai, tanggap, berpengetahuan luas, terampil, berpikir ilmiah, kreatif, inovatif dan logis.

2. Insan Unggul adalah insan yang mengerti siapa dirinya, masa depannya, berpikiran ke depan, punya rasa percaya diri, berpandangan terbuka, berbudi luhur, taat menjalankan agama, sopan santun, memiliki perasaan hati yang bersih, murni dan mendalam.

3. Insan Peduli Lingkungan Hidup adalah insane yang menyadari bahwa kehidupan di dunia ini melingkupi seluruh makhluk baik biotik maupun abiotik sehingga harus dilestarikan keberadaanya untuk generasi yang akan datang.

Mencapai suatu visi harus diketahui indikator ketercapaian dari visi tersebut. Adapun indicator visi SMA Negeri 6 Yogyakkarta adalah : 1. Unggul dalam perolehan nilai ujian nasional.


(63)

2. Unggul dalam jumlah siswa diterima perguruan tinggi nasional maupun internasional.

3. Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetoitif. 4. Unggul dalam penggunaan teknologi informasi.

5. Berprestasi dalam kegiatan research bidang Teknologi, IPA, maupun Sosial.

6. Unggul dalam kemampuan berbahasa inggris. 7. Unggul dalam Olimpiade Sains.

8. Unggul dalam kinerka pendidik dan tenaga kependidikan.

9. Unggul dalam penerapan sekolah berwawasan lingkungan hidup. 10.Unggul dalam proses belajar yang efektifdan kondusif.

11.Terwujudnya kelembagaan sekolah yang selalu belajar (learning school).

12.Terwujudnya prasarana dan sarana pendidikan yang relevan dan mutakhir.

13.Terwujudnya lulusan yang mampu bersaing dikancah internasional. 14.Unggul dalam pemahaman dan pengamalan Iman dan Taqwa.

3. Misi SMA Negeri 6 Yogyakarta

Sejalan dengan visi dan indikator visi yang telah dicanangkan dan dengan semangat untuk mengedepankan keunggulan di era global, maka SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki misi :

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, kreatif, inovatif, dan individual.


(64)

2. Mewujudkan jumlah siswa yang diterima perguruan tinggi nasional maupun internasional yang semakin tinggi.

3. Mewujudkan lulusan yang cerdas dan kompetitif dengan penilaian otentik dan pembelajaran aktif, kreatif, inovatif dan menyenangkan. 4. Mewujudkan kemampuan teknologi informasi yang tanggung dan

kompetitif.

5. Mewujudkan kemampuan research yang cerdas dan kompetitif di tingkat nasional maupun internasional.

6. Mewujudkan kemampuan berbahasa inggris yang tangguh dan kompetitif di tingkat nasional maupun internasional.

7. Mewujudkan kemapuan olimpiade sains yang tangguh dan kompetitif. 8. Mewujudkan pendidik dan tenaga kependidikan yang mampu dan

tangguh.

9. Mewujudkan sekolah sehat dan berwawasan lingkungan hidup yang tangguh dan relevan.

10.Mewujudkan proses belajar dengan perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir, dan berwawasan ke depan.

11.Mewujudkan organisasi sekolah yang terus belajar (learning organization).

12.Mewujudkan fasilitas sekolah yang relevan, mutakhir, dan berwawasan ke depan.

13.Mewujudkan lulusan tangguh yang mampu bersaing dikancah local maupun global.


(65)

14.Mewujudkan pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.

4. Tujuan SMA Negeri 6 Yogyakarta

Tujuan yang ingin dicapai oleh SMA Negeri 6 Yogyakarta 4 tahun ke depan sesuai dengan visi dan misinya adalah sebagai berikut :

1. Memenuhi akan mutu, akses, relevansi, dan tata kelola pendidikan yang baik.

2. Menghasilkan jumlah siswa yang diterima perguruan tinggi nasional maupun internasional yang semakin tinggi.

3. Menghasilkan perangkat kurikulum yang lengkap, mutakhir, dan berwawasan ke depan.

4. Menghasilkan system penilaian yang otentik.

5. Menghasilkan penyelenggaraan pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenagkan.

6. Menghasilkan lulusan berkemampuan teknologi informasi yang tangguh dan kompetitif.

7. Menghasilkan sekolah berwawasan dan berkemampuan research yang cerdas dan kompetitif di tingkat nasional maupun internasional.

8. Pencapaian standar pendidik dan tenaga kependidikan meliputi: semua guru berkualifikasi minimal S1, telah mengikuti pelatihan profesionalisme, semua mengajar sesuai bidangnya.

9. Pencapaian sekolah sehat dan berwawasan lingkungan hidup yang tangguh dan relevan.


(66)

10.Menghasilkan diversifikasi kurikulum SMA agar relevan dengan kebutuhan, yaitu kebutuhan peserta didik, keluarga, dan berbagai sector pembangunan dan sub-sub sektornya bahkan bertaraf internasional.

11.Menghasilkan pemetaan standar kometensi, kompetensi dasar, indicator, dan aspek penilaian untuk kelas X – XII semua matapelajaran pada tahun 2009.

12.Menghasilkan RPP untk kelas X – XII semua matapelajaran pada tahun 2009.

13.Pencapaian standar isi kurikulum satuan pendidikan yaitu telah dibuat kurikulum SMA Negeri 6 Yogyakarta, silabus lengkap, model/sistem penilaian lengkap, RPP lengkap dan perangkat belajar lainnya.

14.Pencapaian standar proses pembelajaran yaitu telah dilaksanakannnya pembelajaran dengan multi strategi dan multi metode: seperti: CTL, pendekatan belajar tuntas, pendekatan pembelajaran individual, belajar project dan lain sebagainya.

15.Pencapaian standar sarpras/fasilitas sekolah meliputi : semua sarpras, fasilitas, peralatan dan perawatan memenuhi Standar Pelayanan Minimal serta berkualitas dan modern.

16.Pencapaian standar pengelolaan sekolah meliputi: pemnelajaran, kurikulum, sarana prasarana, SDM, kesiswaan, administrasi, dan hubungan masyarakat.


(67)

18.Pencapaian pendidikan yang menghasilkan lulusan cerdas, terampil, beriman, bertaqwa, dan memiliki keunggulan kompetitif.

5. Identitas Sekolah

Identitas sekolah :

a. Nama Sekolah : SMA Negeri 6 Yogyakarta

b. Alamat sekolah : Jalan C. Simanjuntak 2 Yogyakarta c. Kelurahan/Kecamatan : Terban / Gondokusuman

d. Kota / Provinsi : Yogyakarta / Daerah Istimewa Yogyakarta

e. N.I.S. : 300020

f. N.S.S. : 30.1.04.60.02.002

g. Alamat website : www.sman6-yogya.sch.id.

h. Email : [email protected]

i. Telepon : (0274) 513335

j. Faksimile : (0274) 544660 k. Status Akreditasi : A

6. Struktur Organisasi SMA Negeri 6 Yogyakarta

No. Nama Jabatan

1 Drs. Rubityatno, M.M. Kepala Sekolah 2 Sri Rahayu, S.Pd. Kepala Tata Usaha

3 Zulfah Nuriati Bendahara Sekolah

4 Drs, Bambang Sigit S,M. Ed. Wa.Kasek. Ur. Kurikulum 5 Drs. Mursanto Sub. Ur. Jadwal dan monitoring 6 Harsono, S.Pd. Sub. Ur. Pengajaran dan MGMP 7 Drs. R. Gigih Kuncoro Sub. Ur. Evaluasi dan Penilaian 8 Drs. Suroso Sub. Ur. Sistem Informasi dan

Lab. IPS

9 Sukarman, S.Pd. Wa. Kasek. Ur. Kesiswaan 10 Agus Suswanto, S.Pd. Sub. Ur.Tata Tertib Sekolah 11 Dra. Sri Yuliastuti Sub. Ur. BP / BK


(1)

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

145

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

148

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI