disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang kuat dan arah yang positif antara sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru.
Karena nilai
r
sebesar 0,670 maka dapat disimpulkan memiliki tingkat hubungan yang kuat dan arah yang positif, hal ini ditunjukan pada tabel
pedoman dalam memberikan interpretasi terhadap koefisiensi korelasi terletak pada interval koefisiensi nomor empat yakni di antara 0,60 –
0,799 dengan tingkat hubungan kuat.
C. Pembahasan Hasil Penelitian
1. Hubungan antara Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Guru.
Berdasarkan hasil dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
kompetensi guru, hal ini ditunjukan dari data deskripsi kepemimpinan kepala sekolah dikategorikan baik yaitu sebesar 44 dan data deskripsi
kompetensi guru dikategorikan baik yaitu sebesar 48, nilai
r
sebesar 0,394 dengan tingkat hubungan yang rendah dan arah yang positif.
Dengan ditemukannya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru maka hal ini berarti bahwa kepemimpinan
kepala sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi guru.
Kompetensi seorang guru akan semakin baik apabila diiringi oleh kepemimpinan yang baik pula. Kepemimpinan adalah sesuatu yang
melekat pada diri seseorang pemimpin yang berupa sifat – sifat tertentu seperti kepribadian, kemampuan dan kesanggupan Wahjosumidjo, 1987
: 26. Kepala sekolah yang baik adalah yang dapat menunjukan pengaruhnya
kepada gurunya,
menunjukan sifat
– sifat
kepemimpinannya. Kepala sekolah harus memperlihatkan kepribadiannya yang matang, kemampuan dan kesanggupan dalam memimpin sekolah.
Interaksi pimpinan yang dalam hal ini adalah kepala sekolah adalah dapat dengan memberikan motivasi kepada gurunya, menginspirsi kepercayaan,
memfasilitasi guru, menjadi model yang baik bagi gurunya. Kepala sekolah yang dapat menunjukan fungsi kepemimpinannya dengan baik
dapat membantu meningkatkan kompetensi guru. Mulyasa 2003 : 126 Kepemimpinan kepala sekolah yang efektif dapat dilihat berdasarkan
kriteria berikut : mampu memberdayakan guru – guru untuk melaksanakan proses pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif,
dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan
masyarakat sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan, berhasil menerapkan prinsip
kepemimpinan yang sesuai dengan tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah, bekerja dengan tim manajemen, serta Berhasil
mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
Sergiovani Sulthon, 2009 : 10 Kepala sekolah yang efektif adalah kepala sekolah yang dapat memberdayakan sumber-sumber yang ada di
sekolah dan lingkungannya secara efektif. Salah satu sumber utama yang tidak boleh tidak dan harus diberdayakan adalah guru, sebab guru
merupakan faktor penentu keberhasilan di hampir semua program sekolah. Bagi kepala sekolah yang tidak dapat menunjukan fungsi
kepemimpinannya atau dengan kata lain tidak dapat menunjukan kepemimpinan yang baik maka hal itupun akan diikuti dengen
kompetensi guru yang semakin menurun. 2. Hubungan antara Sikap Guru Terhadap Pekerjaan dan Kompetensi Guru.
Berdasarkan hasil dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa terdapat hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan
kompetensi guru, hal ini ditunjukan dari data deskripsi sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dikategorikan baik yaitu sebesar 54 dan data
deskripsi kompetensi guru dikategorikan baik yaitu sebesar 48, nilai
r sebesar 0,670 dengan tingkat hubungan yang tinggi dan arah yang positif.
Dengan ditemukannya hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru maka hal ini berarti bahwa sikap guru
terhadap jabatannya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kompetensi guru.
Seorang guru dapat meningkatkan kompetensinya apabila guru tersebut dapat menyikapi jabatanya dengan positif. Jabatan guru bukanlah
suatu jabatan yang mudah. Tugas seorang guru sangatlah kompleks, tidak
hanya mengajar tetapi juga lebih kepada mendalami pribadi tiap murid, mengubah perilaku seseorang menjadi lebih baik sesuai dengan tujuan
yang diharapkan. Dalam mengajarpun seorang guru dituntut untuk dapat menerapkan pembelajaran yang menarik dan kreatif, menjadi motivator,
pembimbing, dan juga menjadi contoh bagi muridnya. Ditjen Dikti Sulthon, 2009 : 15 menyatakan hakekat guru yaitu : guru adalah
pendidik, guru berperan sebagai pemimpin dan pendukung nilai – nilai yang dianut oleh masyarakat, guru berperan sebagai fasilitator belajar
bagi peserta didik, guru turut bertanggungjawab atas tercapainya hasil belajar peserta didik, guru menjadi teladan dan menjaga nama baik
lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan, guru bertanggungjawab secatra profesional untuk terus
menerus meningkatkan kemampuannya, dan guru merupakan agen pembaharuan.
Dengan menyikapi bahwa profesi guru adalah suatu profesi yang baik dan merupakan suatu profesi yang profesional maka guru akan
semakin termotivasi
dan bersemangat
untuk meningkatkan
kompetensinya, melaksanakan tugas mengajar dan tugas lain yang berhubungan dengan profesinya sebagai seorang guru, meningkatkan
kualitas dirinya agar dapat menyampaikan dengan baik dan jelas ilmu yang dimilikinya kepada siswa. Adanya semangat yang tinggi
menunjukan adanya intensitas perilaku yang tinggi pula. Sedangkan
adanya semangat yang lemah atau rendah akan menunjukan intensitas perilaku yang melemah pula Sulthon, 2009 : 33.
Sikap atau pendangan yang rendah terhadap jabatan guru dapat menyebabkan guru kesulitan dalam upaya peningkatan kompetensinya.
Guru yang menyikapi jabatan guru adalah jabatan yang tidak baik akan kesulitan
dalam memotivasi
dirinya sendiri
untuk mencapai
kompetensinya, dan dapat mengakibatkan menurunnya kompetensi guru.
81
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN