Definisi Psyhological Well Being

8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Psyhological Well Being Kesejahteraan Psikologis

1. Definisi Psyhological Well Being

Konsep kesejahteraan psikologis berkembang dari tulisan Aristoteles dalam Etika Nichomacea. Aristoteles menjelaskan bahwa terdapat dua macam pandangan untuk menjalani hidup, yaitu pandangan hedonis dan pandangan eudemonia Magnus-Suseno, 2009. Pandangan hedonis menjadi dasar bagi konsep subjective well-being dalam psikologi dan menekankan dengan menghindari rasa sakit dan dengan mengusahakan rasa nikmat maka kepuasan dapat tercapai, sedangkan pandangan eudemonia menjadi dasar bagi konsep psychological well-being atau kesejahteraan psikologis dengan menekankan pemaksimalan potensi yang dimiliki maka seseorang dapat menjadi unggul. Menurut Ryff 1989, psychological well-being adalah suatu variabel psikologis yang mengukur tentang kondisi sejahtera well-being seorang individu dalam hidupnya. Ryff juga menambahkan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan suatu konsep yang berkaitan dengan apa yang dirasakan individu mengenai aktivitas dalam kehidupan sehari-hari serta bagaimana individu melihat dan mengevaluasi dirinya juga kualitas mengenai hidupnya. Ini juga mengarah pada pengungkapan perasaan pribadi atas apa yang dirasakan oleh individu sebagai hasil dalam pengalaman hidupnya. Hal ini didasarkan pada salah satu perspektif yakni perspektif eudamonik yang memandang bahwa well-being merupakan hal yang tidak dapat disamakan dengan kebahagiaan. Meskipun suatu kepuasan dan hasil dapat diperoleh, namun hal tersebut belum tentu akan mendatangkan well- being. Psychological well-being bukan hanya tentang kepuasan hidup dan keseimbangan antara afek positif dan afek negatif, namun juga melibatkan persepsi dari dalam menghadapi tantangan-tantangan selama hidup. Ada beberapa pendapat ahli dalam menjelaskan pengertian psychological well-being. Psychological well-being merupakan keadaan ketika seseorang menjadi pribadi yang utuh dengan mengembangkan potensi dan mengatasi tantangan dalam hidupnya Ryff, 2013. Nathawat dalam Phronesis, 2008 menjelaskan bahwa kesejahteraan psikologis merupakan reaksi evaluatif seseorang mengenai kenyamanan hidupnya. Snyder dan Lopea dalam Phronesis, 2008 mengutarakan bahwa kesejahteraan psikologis bukan hanya sekedar ketiadaan penderitaan namun juga meliputi keterikatan aktif di dalam dunia, memahami arti dan tujuan hidup serta hubungan seseorang pada objek ataupun orang lain. Berdasarkan beberapa teori di atas, dapat disimpulkan bahwa psychological well-being adalah kesejahteraan psikologis seseorang sebagai bentuk evaluasi terhadap segala sesuatu yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dan mengembangkan potensi yang dimiliki untuk menjadi pribadi yang utuh.

2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis