34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode uji coba tidak terpakai yang dilaksanakan pada 28 Agustus 2015 sampai dengan 28 September 2015.
Subjek penelitian berjumlah 200 responden dewasa awal yang terdiri dari dua kelompok yaitu kelompok berpacaran dan kelompok tidak berpacaran. Jumlah
responden dalam kelompok berpacaran sebanyak 100 orang yang terdiri dari laki-laki sebanyak 50 orang dan perempuan sebaanyak 50 orang. Kelompok
yang berpacaran pun berjumlah 100 orang yang terdiri dari 50 orang laki-laki dan 50 orang perempuan.
B. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Subjek Penelitian
a. Kelompok Berpacaran
Tabel 4.1 Subjek penelitian pada kelompok berpacaran
Jenis Kelamin
Usia tahun Total
20 21 22 23 24 25 26 27 28 30
L 8 15 5
6 3
5 1
4 1
2 50
P 15 9
8 13 4 1
50
Total
23 24 13 19 7 6
1 4
1 2
100
Tabel di atas menunjukkan karakter subjek penelitian pada kelompok berpacaram berdasarkan usia. Pada usia dewasa awal, subjek
yang berpacaran pada penelitian ini berusia antara 20-30 tahun. Subjek
yang paling banyak berpacaran yaitu subjek dengan usia 20 tahun yaitu laki-laki sebanyak 8 orang dan perempuan sebanyak 15 orang.
Sedangkan subjek yang paling sedikit yaitu pada usia 26, 28 dan 30 tahun.
b. Kelompok Tidak Berpacaran
Tabel 4.2 Subjek penelitian pada kelompok tidak berpacaran
Jenis Kelamin
Usia tahun Total
20 21 22 23 24 25 26 29
L 23 9
10 3
3 1
1 50
P 19 6
10 8
3 1
3 50
Total 42 15 20
11 6
2 3
1 100
Tabel di atas menunjukkan karakter subjek penelitian pada kelompok tidak berpacaram berdasarkan usia. Pada usia dewasa awal,
subjek yang berpacaran pada penelitian ini berusia antara 20-29 tahun. Subjek yang paling banyak berpacaran yaitu subjek dengan usia 20 tahun
yaitu laki-laki sebanyak 18 orang dan perempuan sebanyak 19 orang. Sedangkan subjek yang paling sedikit yaitu pada usia 20 dan 29 tahun.
2. Uji Asumsi
Asumsi yang harus dipenuhi untuk dapat melakukan uji beda dengan independent sampel t-test adalah uji normalitas dan uji homogenitas varian.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui sebaran skor pada kedua sampel mengikuti distribusi normal Santoso, 2013. Cara untuk
mengujinya adalah dengan melihat nilai probabilitas sig. pada Kolmogrov-Smirnov Test menggunakan perangkat lunak SPSS versi 18.0.
Uji normalitas dengan menggunakan Kolmogrov-Smirnov Test memiliki kriteria pengujian yaitu, nilai probabilitas sig. lebih besar dari 0,05
maka sebaran skor dinyatakan mengikuti distribusi normal, sedangkan jika nilai probabilitas sig. lebih kecil dari 0,05 maka sebaran skor
dinyatakan tidak mengikuti distribusi normal. Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas
No Dimensi
Kelompok Sig. Kolmogorov-
Smirnov Keterangan
1 Self Acceptance
Tidak berpacaran 0,195
Normal Berpacaran
0,673 Normal
2 Positive
Relations with Other
Tidak berpacaran 0,089
Normal Berpacaran
0,592 Normal
3 Autonomy
Tidak berpacaran 0,120
Normal Berpacaran
0,487 Normal
4 Environmental
Mastery Tidak berpacaran
0,370 Normal
Berpacaran 0,481
Normal 5
Purpose in Life Tidak berpacaran
0,541 Normal
Berpacaran 0,637
Normal 6
Personal Growth
Tidak berpacaran 0,470
Normal Berpacaran
0,475 Normal
Berdasarkan tabel 4.1 di atas, semua dimensi Personal Well- Being yang meliputi self acceptance penerimaan diri, positive relations
with others hubungan baik dengan orang lain, autonomy otonomi, environmental mastery penguasaan lingkungan, purpose in life tujuan
hidup dan personal growth pertumbuhan pribadi pada kelompok berpacaran dan kelompok tidak berpacaran mempunyai nilai probabilitas
Sig. lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran skor pada semua dimensi mengikuti distribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas menunjukkan bahwa dua atau lebih kelompok data sampel berasal dari populasi yang memiliki varians yang sama
Santoso, 2013. Cara untuk mengujinya adalah dengan melihat nilai probabilitas sig. pada Levene Test. Uji homogenitas dengan
menggunakan Levene Test memiliki kriteria pengujian yaitu, nilai probabilitas sig. lebih besar dari 0,05 maka data berasal dari populasi
yang mempunyai varian sama, sedangkan jika nilai probabilitas sig. lebih kecil dari 0,05 maka data berasal dari populasi yang mempunyai
varian tidak sama. Tabel 4.4 Hasil Uji Homogenitas
No Dimensi
Kelompok Levene Test
Sig.
1 Self Acceptance
Tidak berpacaran 2,305
0,006 Berpacaran
1,730 0,061
2 Positive Relations
with Other Tidak berpacaran
0,633 0,847
Berpacaran 0,953
0,508 3
Autonomy Tidak berpacaran
1,583 0,090
Berpacaran 3,005
0,000 4
Environmental Mastery
Tidak berpacaran 1,162
0,322 Berpacaran
1,286 0,227
5 Purpose in Life
Tidak berpacaran 0,692
0,785 Berpacaran
1,253 0,256
6 Personal Growth
Tidak berpacaran 1,492
0,115 Berpacaran
2,095 0,026
Berdasarkan Tabel 4.2 di atas, nilai probabilitas sig. pada keenam dimensi hampir semuanya lebih besar dari 0,05. Hal ini
menunjukkan bahwa data berasal dari populasi yang mempunyai varian sama atau dengan kata lain sampel kelompok berpacaran dan tidak
berpacaran dalam penelitian ini diambil dari populasi yang memiliki varian tingkat enam dimensi yang sama.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan psychological well-being pada individu dewasa awal yang berpacaran dan
yang tidak berpacaran. Uji hipotesis dilakukan pada total skor seluruh dimensi psychological well-being yang telah didapatkan dan juga skor pada
masing-masing dimensi psychological well-being yang telah didapatkan. Penelitian ini membandingkan sampel 100 dewasa awal berpacaran
dan 100 dewasa awal tidak berpacaran. Hasil uji independent sample t-test menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara
kelompok dewasa awal yang berpacaran dan tidak berpacaran berdasarkan total skor yang telah didapatkan dengan t 10=0,353; p 0,05. Disisi lain,
berdasarkan total skor masing-masing dimensi hasilnya adalah terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok dewasa awal yang berpacaran
dan tidak berpacaran pada dimensi penerimaan diri dengan t 198=2,285; p 0,05, otonomi dengan t 198= - 2,036; p 0,05 dan pertumbuhan
pribadi dengan t 198 = 2,558; p 0,05, sedangkan pada dimensi relasi positif dengan orang lain t 198 = 1,699; p 0,05, tujuan hidup t 198 =
1,48; p 0,05, dan penguasaan lingkungan t 198 = 0,911; p 0,05 tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok dewasa awal yang
berpacaran dan tidak berpacaran.
Tabel. 4.5 Ringkasan hasil uji hipotesis
BERDASARKAN TOTAL SKOR 6 DIMENSI PSYCHOLOGYCAL WELL-BEING Rerata
Signifikansi Keterangan
Berpacaran Tidak Berpacaran
36,50 35,78
0,731 0,05 tidak
signifikan BERDASARKAN MASING-MASING DIMENSI PSYCHOLOGYCAL WELL-BEING
Dimensi Rerata
Signifikansi Keterangan
Berpacaran Tidak Berpacaran
Self Acceptance
31,86 30,57
0,023 0,05
signifikan Positive
Relations with Other
37,27 36,21
0,091 0,05 tidak
signifikan Autonomy
31,82 33,05
0,043 0,05
signifikan Environment
al Mastery 39,73
39,05 0,363
0,05 tidak signifikan
Purpose in Life
39,65 38,72
0,141 0,05 tidak
signifikan Personal
Growth 38,72
37,12 0,011
0,05 signifikan
C. Pembahasan
Hasil analisis menunjukkan bahwa rerata psychological well-being individu dewasa awal yang berpacaran adalah 35,78 sedangkan individu
dewasa awal yang tidak berpacaran adalah 36,50. Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan psychological well-being yang signifikan antara
individu dewasa awal yang berpacaran dan tidak berpacaran berdasarkan total skor 6 dimensi psychological well-being. Hipotetsis dalam penelitian ini yang
menyatakan bahwa terdapat perbedaan psychological well-being antara individu dewasa awal yang berpacaran dan tidak berpacaran tidak terbukti.
Psychological well-being individu dewasa awal yang berpacaran M=36,50 sekilas lebih tinggi daripada individu dewasa awal yang tidak berpacaran
M=35,78 meskipun tidak signifikan berbeda. Disisi lain, hasil uji hipotesis beradasarkan masing-masing dimensi psychological well-being menunjukkan
bahwa pada dimensi penerimaan diri, otonomi dan pertumbuhan pribadi membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok
dewasa awal yang berpacaran dan tidak berpacaran. Pada dimensi penerimaan diri, kelompok dewasa awal yang berpacaran memiliki sikap penerimaan diri
yang lebih tinggi dibandingkan yang tidak berpacaran yang ditunjukkan dari nilai Mean yang dimiliki kelompok usia dewasa awal yang berpacaran lebih
tinggi yaitu sebesar 31,86 dibandingkan dengan yang tidak berpacaran sebesar 30,57. Adapun pada dimensi otonomi, kelompok dewasa awal yang tidak
berpacaran memiliki sikap otonomi yang lebih tinggi dibandingkan yang berpacaran yang ditunjukkan dengan nilai Mean kelompok dewasa awal yang
berpacaran lebih rendah yaitu sebesar 31,82 dibandingkan dengan yang tidak berpacaran sebesar 33,05. Pada dimensi pertumbuhan pribadi, kelompok
dewasa awal yang berpacaran memiliki peluang yang lebih tinggi untuk berkembang dibandingkan yang tidak berpacaran yang ditunjukkan dengan
nilai Mean kelompok dewasa awal yang berpacaran lebih tinggi yaitu sebesar 38,72 dibandingkan dengan yang tidak berpacaran sebesar 37,18.
Tidak ada perbedaan yang signifikan pada hasil uji hipotesis bedasarkan total skor 6 dimensi psychological well-being. Hal tersebut disebabkan oleh
kemungkinan bahwa individu dewasa awal baik yang berpacaran maupun tidak berpacaran tetap dapat memiliki psychological well-being yang tinggi dengan
mengembangkan potensi yang dimiliki dan menghadapi tantangan dalam hidupnya, namun pada individu dewasa awal yang berpacaran memiliki
dukungan yang lebih dari orang yang dicintai yaitu pacar sehingga memiliki rerata yang lebih tinggi walaupun tidak signifikan.
Disisi lain, hasil uji hipotesis berdasarkan masing-masing dimensi psychological well-being menunjukkan hasil yang berbeda. Terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok individu dewasa awal yang berpacaran dengan tidak berpacaran pada dimensi penerimaan diri, otonomi
diri dan pertumbuhan pribadi sedangkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada dimensi relasi positif dengan orang lain, penguasaan
lingkungan dan tujuan hidup. Perbedaan psychological well-being individu dewasa awal yang
berpacaran dan yang tidak berpacaran pada dimensi penerimaan diri dapat
dikarenakan individu dewasa awal yang berpacaran mampu melakukan evaluasi dan berefleksi mengenai kehidupannya dari caranya mengatasi
permasalahan yang dialaminya dalam menjalani masa berpacaran. Hal tersebut mengakibatkan individu yang berpacaran lebih peka dalam memahami dirinya
sendiri dan dapat menerima dirinya sendiri beserta kehidupannya dengan lebih positif.
Pada dimensi otonomi, kelompok dewasa awal yang tidak berpacaran memiliki otonomi yang lebih tinggi dibandingkan yang berpacaran, hal ini
dapat dikarenakan individu yang terikat hubungan dengan orang lain seperti berpacaran tidak sepenuhnya mampu mengambil keputusan dengan mandiri
karena harus melibatkan pasangannya baik meminta pendapat, persetujuan atau saran agar sesuai dengan harapan bersama. Hal tersebut berpengaruh terhadap
otomi diri individu dikarenakan menurut Ryff 1989, pribadi yang otonom adalah pribadi yang mandiri dan yang dapat menentukan yang terbaik bagi
dirinya sendiri tanpa mencari persetujuan orang lain melainkan mengevaluasi dirinya dengan standar personal.
Pada dimensi pertumbuhan pribadi, kelompok individu dewasa awal yang berpacaran memiliki rerata yang lebih tinggi dibandingkan kelompok
yang tidak berpacaran. Menurut Ryff dan Keyes 1995, individu yang mampu beradaptasi pada pengalaman baru memiliki pertumbuhan pribadi yang tinggi.
Dengan menjalin suatu hubungan yaitu berpacaran maka seseorang merasa diterima dan mendapatkan dukungan dari orang lain untuk saling beradaptasi
dan saling bertukar pengalaman dan bahkan mencoba pengalaman baru bersama-sama.
Pada dimensi relasi positif dengan orang lain tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara individu dewasa awal yang berpacaran dan
tidak. Hal tersebut dapat dikarenakan individu dewasa awal baik yang berpacaran maupun tidak berpacaran tetap dapat menjalin relasi yang hangat
dengan orang lain di sekitarnya dan mampu memahami kebutuhan orang lain berdasarkan pengalamannya dalam bersosialisasi.
Pada dimensi penguasaan lingkungan juga tidak ditemukan perbedaan yang signifikan antara individu dewasa awal yang berpacaran dan tidak. Hal
tersebut dapat dikarenakan individu dewasa awal baik yang berpacaran maupun tidak berpacaran dapat belajar mengenai kemampuan untuk
mengendalikan lingkungannya maupun berbagai kegiatan yang kompleks secara efektif berdasarkan pengalaman dalam bergaul dan berorganisasi di
lingkungan sosialnya. Pada dimensi tujuan hidup juga tidak ditemukan perbedaan yang
signifikan antara individu dewasa awal yang berpacaran dan tidak. Hal tersebut dapat dikarenakan individu dewasa awal baik yang berpacaran maupun tidak
berpacaran memiliki kesempatan yang sama untuk mampu menentukan tujuan dalam hidupnya. Seseorang yang tidak berpacaran pun dapat fokus dan
menentukan arah tujuan yang ingin dicapainya sendiri, dapat juga menganggap bahwa berpacaran justru menghilangkan fokus karena terkadang harus
mempertimbangkan dan memprioritaskan perasaan pasangannya dahulu.
44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa:
1. Hasil uji-t berdasarkan total skor 6 dimensi psychological well-being
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan psychological well-being yang signifikan antara individu dewasa awal kelompok yang berpacaran dan tidak
berpacaran. 2.
Hasil uji-t berdasarkan masing-masing dimensi psychological well-being juga menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan psychological well-being
yang signifikan antara individu dewasa awal kelompok yang berpacaran dan tidak berpacaran pada dimensi relasi positif dengan orang lain, penguasaan
lingkungan, dan tujuan hidup sedangkan terdapat perbedaan psychological well-being yang signifikan pada dimensi penerimaan diri, otonomi dan
pertumbuhan pribadi.
B. Saran
1. Bagi kelompok dewasa awal yang berpacaran
Pacaran pada usia dewasa awal dapat menjadi motivasi tanpa harus mengorbankan kemampuan untuk mandiri dalam memutuskan sesuatu,
memiliki pendapat sendiri tanpa tergantung dengan pasangannya.