Dimensi Kesejahteraan Psikologis Psyhological Well Being Kesejahteraan Psikologis

2. Dimensi Kesejahteraan Psikologis

Ryff 1989 mengemukakan bahwa konsep well-being terbagi dalam enam dimensi. Enam dimensi tersebut yaitu penerimaan diri, hubungan yang positif dengan orang lain, otonomi, penguasaan lingkungan, tujuan hidup dan pertumbuhan pribadi. Konsep well-being bersifat multidimensional menurut Ryff 2013. Hal ini berarti terdapat tingkatan dalam dimensi- dimensi tersebut dan dimiliki setiap individu. a. Penerimaan diri Dimensi ini merupakan bagian sentral dari kesehatan mental. Ryff menyimpulkan bahwa penerimaan diri mengandung arti sebagai sikap yang positif terhadap diri sendiri. Sikap positif ini adalah mengenali dan menerima berbagai aspek dalam dirinya, baik yang positif maupun negatif serta memiliki perasaan positif terhadap kehidupan masa lalu. Individu yang memiliki sikap positif, dimana individu ini dapat mengatur dan menerima beberapa aspek yang baik dan buruk dalam dirinya, serta dapat melihat masa lalu dengan perasaan yang positif merupakan individu yang tinggi dalam dimensi penerimaan diri Ryff dan Keyes, 1995, sedangkan individu yang memiliki ketidakpuasan yang besar pada dirinya, individu tidak merasa nyaman dengan keadaan yang telah terjadi di masa lalunya dan fokus pada beberapa kualitas hidupnya dan ingin mengubahnya merupakan individu yang rendah dalam dimensi penerimaan diri Ryff dan Keyes, 1995. b. Hubungan positif dengan orang lain Ryff mendefinisikan hubungan positif dengan orang lain sebagai dimensi yang mencerminkan kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang hangat, saling percaya dan saling mempedulikan kebutuhan serta kesejahteraan pihak lain. Menurut Ryff, kemampuan seseorang untuk menjalin hubungan yang positif dicirikan dengan adanya empati, afeksi dan keakraban, serta adanya pemahaman untuk saling memberi dan menerima. Individu yang memiliki kehangatan, puas akan dirinya sendiri, jujur dalam menjalin hubungan, individu yang memikirkan well-being orang lain, memiliki kemampuan untuk berempati, afeksi dan keakraban, serta adanya pemahaman untuk saling memberi dan menerima merupakan individu yang tinggi dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995, sedangkan individu individu yang tertutup, tidak jujur dalam menjalin hubungan dengan orang lain, sulit merasa hangat, sulit terbuka dan tidak memikirkan well-being orang lain. Lalu individu merasa terisolasi dan frustrasi dengan hubungan sosialnya. Individu yang seperti ini tidak ingin menjalin komitmen penting dengan orang lain merupakan individu yang rendah dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995. c. Otonomi diri Menurut Ryff, pribadi yang otonom adalah pribadi yang mandiri dan yang dapat menentukan yang terbaik bagi dirinya sendiri. Individu ini tidak mencari persetujuan orang lain melainkan mengevaluasi dirinya dengan standar personal. Oleh karena itu individu tidak memiliki harapan-harapan dan penilaian orang lain terhadap dirinya. Individu yang otonom juga tidak menggantungkan diri pada penilaian orang lain untuk membuat keputusan penting. Individu yang mampu mengambil keputusan sendiri, tidak tergantung dan mampu mengevaluasi diri dengan standar personal merupakan individu yang tinggi dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995, sedangkan individu yang fokus pada harapan orang lain, ketergantungan pada orang lain dan memberikan penilaian sebelum memutuskan hal penting merupakan individu yang rendah dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995. d. Penguasaan lingkungan Dimensi ini menjelaskan tentang adanya suatu perasaan kompeten dan penguasaan dalam mengatur lingkungan, memiliki minat yang kuat terhadap hal-hal di luar diri dan berpartisipasi dalam berbagai aktivitas serta mampu mengendalikannya. Menurut Ryff, seseorang dikatakan memiliki penguasaan lingkungan adalah orang yang memiliki kemampuan dan kompetensi untuk mengatur lingkungannya. Individu yang seperti ini mampu mengendalikan kegiatan-kegiatan yang kompleks. Individu ini juga menggunakan kesempatan-kesempatan yang ada secara efektif dan mampu memilih bahkan menciptakan lingkungan yang selaras dengan kondisi jiwanya. Individu berkompeten dan memiliki penguasaan yang baik dalam mengontrol lingkungan dan aktivitas di luar diri serta mampu memilih dan menciptakan lingkungan yang selaras dengan kondisi jiwanya merupakan individu yang tinggi dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995, sedangkan individu yang merasa sulit untuk mengatur hidupnya sehari-hari, merasa tidak mampu untuk mengubah atau meningkatkan situasi di sekelilingnya, tidak peduli pada sekitar dan kehilangan kontrol diri merupakan individu yang rendah dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995. e. Tujuan hidup Menurut Ryff, individu yang memiliki tujuan hidup adalah individu yang memiliki keterarahan dan tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam hidupnya. Individu memiliki keyakinan dan pandangan tertentu yang dapat memberikan arah dalam hidupnya. Individu juga menganggap bahwa hidupnya itu bermakna baik di masa lalu, kini maupun yang akan datang. Selain itu individu juga memiliki perasaan menyatu, seimbang dan terintegrasi. Individu yang memiliki tujuan dan arah dalam hidupnya, mampu memberikan makna pada hidupnya baik masa lalu, kini dan yang akan datang serta mempunyai perasaan menyatu, seimbang dan terintegrasi merupakan individu yang tinggi dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995, sedangkan individu yang tidak mempunyai tujuan, arah dan makna dalam hidupnya, mampu memberikan makna pada hidupnya baik masa lalu, kini dan yang akan datang serta mempunyai perasaan menyatu, seimbang dan terintegrasi merupakan individu yang rendah dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995. f. Pertumbuhan pribadi Pertumbuhan menjadi optimal bukan hanya individu dapat mencapai kualitas-kualitas yang telah disebutkan sebelumnnya, tetapi juga membutuhkan perkembangan potensi-potensi yang berkesinambungan. Pertumbuhan pribadi merupakan kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan-perubahan dalam hidup yang berlangsung dalam dirinya dan mampu mengembangkan potensi. Individu yang memiliki pandangan bahwa dirinya selalu berkembang, beradaptasi pada pengalaman baru, memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri merupakan individu yang tinggi dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995, sedangkan individu yang merasa hidupnya berhenti stagnation, tidak mampu berkembang, tidak mampu beradaptasi pada pengalaman baru dan tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan potensi diri merupakan individu yang rendah dalam dimensi ini Ryff dan Keyes, 1995.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Psikologis