Pajak Penghasilan PPh Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP

B. Pajak Penghasilan PPh

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008, Pajak Penghasilan mengatur pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak Orang Pribadi maupun Badan. Undang-undang ini mengatur penghasilan yang tidak termasuk Objek Pajak dan pihak-pihak yang bukan merupakan Subjek Pajak. Subjek pajak adalah pihak yang tidak memiliki potensi atau memenuhi syarat untuk membayar pajak. Sebelum Subjek Pajak mendapatkan objek pajak, maka atasnya tidak wajib membayar pajak. Dengan kata lain seseorang wajib membayar pajak manakala kewajiban subjektif dan objektifnya telah terpenuhi. Yang termasuk subjek pajak orang pribadi adalah orang pribadi dan warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan yang menggantikan yang berhak. Orang pribadi sebagai subjek pajak dapat bertempat tinggal atau berada di Indonesia maupun luar Indonesia. Sedangkan, warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan menggantikan yang berhak merupakan Subjek Pajak Pengganti, menggantikan mereka yang berhak yaitu ahli waris. Penunjukkan warisan yang belum terbagi sebagai Subjek Pajak Pengganti dimaksudkan agar pengenaan pajak atas penghasilan yang berasal dari warisan tersebut tetap dapat dilaksanakan.

C. Nomor Pokok Wajib Pajak NPWP

Berdasarkan Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 2 ayat 1 Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1 ayat 2 Nomor Pokok Wajib Pajak tersebut merupakan suatu sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak. Oleh karena itu, kepada setiap Wajib Pajak hanya diberikan satu Nomor Pokok Wajib Pajak. Selain itu, Nomor Pokok Wajib Pajak juga dipergunakan untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan. Dalam hal berhubungan dengan dokumen perpajakan, Wajib Pajak diwajibkan mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak yang dimilikinya. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 2 ayat 1 Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jendral Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 mengenai Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 2 ayat 1. Wajib Pajak yang tidak mendaftarkan diri untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan yaitu sanksi administratif dan sanksi pidana. Berdasarkan Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum Perpajakan pasal 4 dan 4a, sanksi administratif dapat diterbitkan NPWP secara jabatan dimulai sejak saat Wajib Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, paling lama 5 lima tahun sebelum diterbitkannya NPWP tersebut dan ditetapkan pajak dengan sanksi administrasi 2 perbulan maksimal 24 bulan. Berdasarkan Undang-Undang mengenai Ketentuan Umum Perpajakan pasal 39, setiap orang yang dengan sengaja tidak mendaftarkan diri sehingga menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana paling singkat 6 enam bulan dan paling lama 6 enam tahun dan denda paling sedikit 2 dua kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 empat kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang bayar. D. Surat Pemberitahuan SPT Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1 ayat 11, Surat Pemberitahuan SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan pembayaran pajak, objek pajak dan atau bukan objek pajak dan atau harta dan kewajiban. Surat Pemberitahuan terdiri dai Surat Pemberitahuan Masa SPT Masa dan Surat Pemberitahuan Tahunan SPT Tahunan. Surat Pemberitahuan berbentuk formulir kertas hardcopy atau e- SPT. Fungsi Surat Pemberitahuan bagi Wajib Pajak Pajak Penghasilan adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang sebenarnya melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri danatau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 satu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak, penghasilan yang merupakan objek pajak danatau bukan objek pajak, harta dan kewajiban, pembayaran dari pemotongan atau pemungut tentang pemotongan atau pemungutan pajak orang pribad dalam 1satu Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Berdasarkan ketentuan Pasal 3 ayat 3 UU KUP, batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan SPT adalah 20 dua puluh hari setelah akhir Masa Pajak untuk Surat Pemberitahuan SPT Masa, 3 tiga bulan setelah akhir Tahun Pajak untuk Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribaadi WP OP dan 4 empat bulan setelah akhir Tahun Pajak untuk Surat Pemberitahuan SPT Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan. Menurut Mardiasmo 2011: 36, apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan atau batas waktu perpanjangan penyampaian SPT, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp 500.000,- lima ratus ribu rupiah untuk SPT Masa PPN, Rp 100.000,- seratus ribu rupiah untuk SPT Masa lainnya, Rp 1.000.000,- satu juta rupiah untuk SPT Tahunan PPh WP Badan dan Rp 100.000,- seratus ribu rupiah untuk SPT Tahunan PPH WP Orang Pribadi. E. Kepatuhan Perpajakan Kepatuhan wajib pajak adalah perilaku Wajib Pajak yang taat dan melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Predikat Wajib Pajak patuh dalam arti disiplin dan taat, tidak sama dengan wajib pajak berpredikat pembayar pajak dalam jumlah besar, tidak ada hubungan antara kepatuhan dengan jumlah nominal setoran pajak yang dibayarkan kepada kas negara, karena pembayar pajak terbesar sekalipun belum tentu memenuhi kriteria sebagai wajib pajak patuh, meskipun memberikan kontribusi besar pada negara. Jika masih memiliki tunggakan maupun keterlambatan penyetoran pajak maka tidak dapat diberi predikat wajib pajak patuh. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 192PMK.032007, Wajib Pajak disebut Wajib Pajak Patuh adalah Wajib Pajak yang memenuhi persyaratan sebagai berikut: 1. Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan; Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan meliputi: a. Penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Tahunan tepat waktu dalam 3 tiga tahun terakhir. b. Penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Masa yang terlambat dalam tahun terakhir untuk Masa Pajak Januari sampai November tidak lebih dari 3 tiga Masa Pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut. c. Surat Pemberitahuan SPT Masa yang terlambat telah disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan SPT Masa, Masa Pajak berikutnya. 2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali tunggakan pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak; Tidak mempunyai tunggakan pajak adalah keadaan pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan sebagai Wajib Pajak patuh dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhir pelunasan. 3. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama 3 tiga tahun berturut-turut; dan Laporan keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan harus disusun dalam bentuk panjang long form report dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal bagi Wajib Pajak yang wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan SPT Tahunan. 4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 lima tahun terakhir. Pendapat Akuntan atas Laporan Keuangan yang diaudit oleh Akuntan Publik ditandatangani oleh Akuntan Publik yang tidak sedang dalam pembinaan lembaga pengawasan Akuntan Publik.

F. Pengetahuan Pajak

Dokumen yang terkait

Klasifikasi Pajak Penghasilan Atas Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

7 87 68

Mekanisme Pendataan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

1 99 68

Mekanisme Pendataan Wajib Pajak Orang Pribadi Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota

0 48 70

Mekanisme Administrasi Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan Orang Pribadi (SPT PPH OP) Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama (KPP) Medan Barat

0 48 61

Pengaruh reformasi administrasi perpajakan, pengetahuan dasar wajib pajak tentang perpajakan, dan kesadran perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak : studi empiris Kantor Pelayanan Pajak Pratama di Wilayah Jakarta Selatan

3 25 146

Pengaruh kualitas pelayanan pajak, kesadaran wajib pajak, dan pengetahuan pajak terhadap kepatuhan wajib pajak : (survey pada WPOP yang terdaftar di KPP Pratama Bandung Karees)

6 32 59

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

0 13 43

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Pengetahuan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survei Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Cianjur)

6 34 60

Pengaruh Kesadaran Wajib Pajak dan Kualitas Pelayanan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak (Survey Pada Wajib Pajak Orang Pribadi di KPP Pratama Bandung Karees)

11 50 87

Pengaruh Self Assessment System dan Account Representative Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Orang Pribadi (Survey Pada Wajib Pajak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Soreang)

7 67 68