78
3. Nilai F
oA1B1-A2B2
yang dikerjakan dengan uji Tukey diperoleh probabilitas value 0,005 0,05. Dengan demikian terdapat perbedaan yang signifikan prestasi
belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model Jigsaw motivasi berprestasi tinggi dengan menggunakan
model STAD motivasi berprestasi rendah. 4. Nilai F
oA1B2-A2B1
yang dikerjakan dengan uji Tukey diperoleh probabilitas value 1,000 0,05. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan prestasi belajar bahasa
Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model Jigsaw motivasi berprestasi rendah dengan model STAD motivasi berprestasi
tinggi. 5. Nilai F
oA1B2-A2B2
yang dikerjakan dengan uji Tukey diperoleh probabilitas value 0,999 0,05. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan prestasi belajar bahasa
Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model Jigsaw motivasi berprestasi rendah dengan menggunakan model STAD motivasi
berprestasi rendah. 6. Nilai F
oA2B1-A2B2
yang dikerjakan dengan uji Tukey diperoleh probabilitas value 1,000 0,05. Dengan demikian tidak terdapat perbedaan prestasi belajar bahasa
Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model STAD motivasi berprestasi tinggi dengan menggunakan model STAD motivasi
berprestasi rendah.
C. Pembahasan Hasil Analisis Data
Dari perbedaan model pembelajaran dari kedua model tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
79
1. Prestasi belajar bahasa Inggris yang proses pembelajarannya menggunakan model Jigsaw kelompok eksperimen lebih baik secara signifikan daripada disampaikan
dengan model STAD kelompok kontrol. Hal ini dibuktikan dengan proreham rata-rata prestasi siswa dengan menggunakan model Jigsaw sebesar 84,48,
sedangkan rata-rata prestasi siswa dengan menggunakan model STAD sebesar 78,47. Dari hasil analisis ini dapat dijelaskan bahwa dengan penggunaan model
Jigsaw akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pelajaran bahasa Inggris.
2. Prestasi belajar bahasa Inggris untuk kelompok siswa dengan motivasi berprestasi tinggi berdasarkan hasil perhitungan ternyata berpengaruh lebih baik terhadap
pencapaian prestasi belajar bahasa Inggris dibandingkan dengan kelompok siswa dengan motivasi berprestasi rendah, hal ini dibuktikan dengan rata-rata prestasi
siswa dengan motivasi berprestasi tinggi 84,04 ternyata lebih baik dibandingkan dengan siswa dengan motivasi berprestasi rendah 78,56. Dari hasil temuan dapat
dijelaskan bahwa motivasi berprestasi tinggi dapat dijadikan prediktor tinggi dan rendahnya prestasi belajar bahasa Inggris.
3. Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model Jigsaw dengan motivasi
berprestasi tinggi dan motivasi berprestasi rendah. Dalam proses belajar dan pembelajaran bahasa Inggris perlu diterapkan penggunaan model Cooperative
Learning Jigsaw dan motivasi berprestasi tinggi untuk mencapai prestasi belajar bahasa Inggris yang maksimal. Semakin sering digunakannya model Cooperative
Learning Jigsaw dan motivasi berprestasi tinggi, maka prestasi belajar bahasa Inggris siswa akan semakin meningkat pula. Model pembelajaran Cooperative
80
Learning Jigsaw dan motivasi berprestasi yang tinggi menjadi prediktor yang baik terhadap peningkatan prestasi belajar bahasa Inggris.
4. Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model Jigsaw dengan STAD
dengan motivasi berprestasi tinggi. Dengan kelebihan-kelebihan model pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw dan didukung oleh motivasi
berprestasi yang tinggi maka peningkatan prestasi belajar bahasa Inggris akan semakin meningkat.
5. Terdapat perbedaan yang signifikan prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model Jigsaw motivasi
berprestasi tinggi dengan menggunakan model STAD motivasi berprestasi rendah. 6. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP
Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model Jigsaw motivasi berprestasi rendah dengan model STAD motivasi berprestasi tinggi. Hal tersebut dikarenakan
model Cooperative Learning Jigsaw memiliki kelebihan-kelebihan bila dibanding dengan model yang lain, walaupun siswa motivasi berprestasinya rendah siswa
tetap bersemangat setelah diajarkan dengan motode pembelajaran Cooperative Learning Jigsaw karena ada unsur gotong royong dalam menyelesaikan masalah,
dapat bertukar pikiran, dan dapat menanyakan kepada temannya masalah yang kurang jelas.
7. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model Jigsaw motivasi berprestasi
rendah dengan menggunakan model STAD motivasi berprestasi rendah. Dalam pembelajaran bahasa Inggris yang menggunakan model pembelajaran yang baik,
81
tetapi apabila tidak didukung oleh motivasi berprestasi, maka prestasi siswa tidak meningkat, karena motivasi berprestasi merupakan salah satu faktor pendukung
siswa dalam melakukan aktivitas belajar, semakin rendah motivasi siswa dalam belajar maka prestasinya juga akan semakin turun.
8. Tidak terdapat perbedaan prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat yang menggunakan model STAD motivasi berprestasi tinggi
dengan menggunakan model STAD motivasi berprestasi rendah. Motivasi belajar merupakan salah satu faktor yang berasal dari dalam diri siswa, maka siswa yang
memiliki motivasi belaja rendah dimungkinkan prestasi belajarnya juga rendah, motivasi berprestasi merupakan salah satu frediktor terhadap prestasi belajar
bahasa Inggris.
82
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dan analisa data yang telah dilakukan, akhirnya dapat dirumuskan kesimpulan yang berguna untuk menguji
kebenaran hipotesis yang telah dirumuskan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara model Jigsaw dan STAD terhadap
prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat tahun pelajaran 20082009.
2. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara motivasi berprestasi tinggi dengan motivasi berprestasi rendah terhadap prestasi belajar bahasa Inggris siswa
kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat tahun pelajaran 20082009. 3. Ada interaksi pengaruh yang signifikan model pembelajaran dengan motivasi
berprestasi terhadap prestasi belajar bahasa Inggris siswa kelas VIII SMP Negeri Ngawi Barat. Siswa dengan motivasi berprestasi tinggi, prestasi belajar bahasa
Inggris lebih tinggi dibanding dengan siswa dengan motivasi berprestasi rendah yang menggunakan model Jigsaw, sedangkan siswa yang memiliki motivasi
berprestasi tinggi prestasi belajar bahasa Inggris tidak terdapat perberbedaan dengan menggunakan model STAD dibanding dengan siswa yang memiliki
motivasi berprestasi rendah.
82