37
Menurut Prihatman 2000, kandungan protein serta serat kasar yang dapat memenuhi kebutuhan ternak ruminansia masing-masing sebesar 8 dan 15. Jika dilihat dari data hasil uji
proksimat tongkol jagung yang diperoleh, maka perlu dilakukan peningkatan kandungan protein dan penurunan kandungan serat kasar di dalam tongkol jagung tersebut sehingga dapat menjadi
bahan pakan ternak yang baik untuk ternak ruminansia.
Komponen protein yang rendah perlu ditingkatkan dengan cara menambahkan inokulum kapang ke dalam tongkol jagung. Hal ini dikarenakan inokulum kapang mengandung komponen
protein yang tinggi sebagai komponen pembentuk sel kapang tersebut. Semakin banyak sel kapang yang terbentuk maka akan meningkatkan kandungan protein di dalam bahan tersebut.
Komponen serat yang tinggi dapat mengakibatkan tongkol jagung menjadi sulit dicerna oleh ternak. Komponen serat kasar yang terdapat di dalam tongkol jagung merupakan komponen
serat lignoselulosa yang terdiri atas komponen lignin, hemiselulosa dan selulosa dalam struktur yang kompak. Kapang selulotik mempunyai kemampuan untuk menghidrolisis selulosa yang ada
di dalam bahan menjadi gula-gula sederhana. Oleh sebab itu, adanya hidrolisis menggunakan kapang selulolitik akan menurunkan kadar serat kasar pada tongkol jagung. Kelemahan dari
kultivasi tongkol jagung menggunakan kapang selulolitik adalah adanya kandungan lignin di dalam tongkol jagung yang masih cukup tinggi dikarenakan lignin sulit terhidrolisis oleh kapang
selulolitik, sehingga untuk mengoptimalkan hidrolisis tongkol jagung perlu dilakukan pendegradasian kadar lignin di dalam bahan.
2. Hidrolisis Tongkol Jagung Menggunakan Inokulum Terpilih
Inokulum kapang yang memiliki jumlah spora tertinggi dari setiap media yang digunakan pada kapang T.viride dan R.oryzae merupakan inokulum yang menggunakan substrat
kombinasi bekatul+onggok. Hasil analisa kadar air dan viabilitas spora inokulum yang terbaik dapat dilihat pada Lampiran 6. Inokulum yang terbaik kemudian dikultivasikan ke dalam tongkol
jagung untuk menghidrolisis tongkol jagung. Kultivasi dilakukan pada minggu keempat dan minggu kedelapan dari lama penyimpanan yang telah dilakukan.
Tongkol jagung yang akan dihidrolisis harus dikeringkan terlebih dahulu agar dapat diberikan perlakuan pengecilan ukuran terhadap tongkol jagung tersebut. Pengecilan ukuran
dilakukan untuk menghasilkan luas permukaan yang besar sebagai tempat tumbuhnya kapang selulolitik, serta untuk memotong rantai amorf pada lapisan struktur lignoselulosa pada bahan
sehingga mempermudah dalam proses hidrolisis. Hal ini diperkuat oleh Meryandini 2007, hemiselulosa maupun lignin akan mengganggu aktivitas enzim selulase yang hanya spesifik
memotong ikatan
β-1,4-glikosidik pada selulosa. Oleh sebab itu untuk meningkatkan luas permukaan substrat maka tongkol jagung harus diperkecil ukurannya.
Tongkol jagung yang telah berukuran 40 mesh tersebut ditambahkan dengan air dengan perbandingan tongkol jagung : air adalah 2 : 3. Penambahan air ini dilakukan untuk membuat
kadar air di dalam bahan menjadi sekitar 60 - 68 agar kapang dapat tumbuh dengan baik pada media tersebut. Hal ini diperkuat oleh Fardiaz 1989, bahwa jika kadar air bahan yang digunakan
untuk kultivasi dibawah 62 maka akan menyebabkan pertumbuhan kapang menjadi terhambat.
Tongkol jagung yang telah mengandung kadar air sekitar 60-68 disterilkan dengan menggunakan autoklaf. Ruangan tempat inokulasi dan inkubator ruang kultivasi perlu disterilkan
juga agar tidak terjadi kontaminasi mikroba lain yang dapat mengganggu proses hidrolisis terhadap tongkol jagung. Menurut Riadi 2007, sterilisasi merupakan suatu proses yang
bertujuan untuk membunuh mikroba yang mengakibatkan tidak terdapatnya mikroba di dalam bahan maupun area tersebut.
Inokulasi spora ke dalam media tongkol jagung dilakukan dengan menggunakan perbandingan bobot inokulum sebanyak 15 dari bobot tongkol jagung dalam setiap media
inokulasi. Hal ini diperkuat oleh Fakhrudin 1995 dalam penelitiannya untuk memproduksi enzim selulosa menggunakan substrat campuran tandan kosong dan sabut kelapa sawit. Perlakuan
pengadukan perlu dilakukan setelah spora diinokulasikan ke dalam media tongkol jagung. Pengadukan diperlukan untuk memperbesar kontak antara enzim selulase dan komponen selulosa
sehingga dapat meningkatkan aktivitas enzim selulase secara merata Meryandini, 2007. Kemudian media yang telah berisi spora ditutup dengan menggunakan kertas buram agar oksigen
dapat tetap masuk Arbianto, 1980 dan disimpan di dalam inkubator.
38
Kultivasi dilakukan selama sembilan hari. Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa kedua jenis kapang tersebut dapat menurunkan kadar serat tertinggi pada
kultivasi yang dilakukan selama sembilan hari. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, selama kultivasi perlu dilakukan penjagaan terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan
menurut Arbianto 1980, faktor lingkungan seperti perubahan kandungan nutrien bahan, kandungan air bahan, pH, kelembaban, ketersediaan oksigen serta aerasi perlu dijaga agar
aktivitas hidrolisis yang dilakukan kapang dapat terjadi secara optimal. Suhu yang digunakan selama proses inkubasi adalah suhu ruang, yaitu berkisar antara 25 – 37 ºC. Hal ini dikarenakan
suhu optimal untuk kapang Trichoderma viride adalah 32-35°C Enari, 1983, sedangkan suhu yang optimal untuk kapang Rhizopus oryzae adalah sekitar 25 - 37ºC Steinkraus et al., 1960.
3. Karakteristik Tongkol Jagung Hasil Kultivasi