38
Kultivasi dilakukan selama sembilan hari. Hal ini berdasarkan penelitian sebelumnya diketahui bahwa kedua jenis kapang tersebut dapat menurunkan kadar serat tertinggi pada
kultivasi yang dilakukan selama sembilan hari. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, selama kultivasi perlu dilakukan penjagaan terhadap kondisi lingkungan sekitarnya. Hal ini dikarenakan
menurut Arbianto 1980, faktor lingkungan seperti perubahan kandungan nutrien bahan, kandungan air bahan, pH, kelembaban, ketersediaan oksigen serta aerasi perlu dijaga agar
aktivitas hidrolisis yang dilakukan kapang dapat terjadi secara optimal. Suhu yang digunakan selama proses inkubasi adalah suhu ruang, yaitu berkisar antara 25 – 37 ºC. Hal ini dikarenakan
suhu optimal untuk kapang Trichoderma viride adalah 32-35°C Enari, 1983, sedangkan suhu yang optimal untuk kapang Rhizopus oryzae adalah sekitar 25 - 37ºC Steinkraus et al., 1960.
3. Karakteristik Tongkol Jagung Hasil Kultivasi
Setelah dilakukan kultivasi selama 9 hari, maka dilakukan pemanenan terhadap tongkol jagung tersebut. Pemanenan dilakukan dengan cara pengeringan pada suhu 50°C selama satu hari
agar mikroba tidak dapat tumbuh dan spora menjadi dorman. Hasil dari kultivasi itu kemudian dilakukan pengujian terhadap parameter perubahan-perubahan komposisi kimia di dalam tongkol
jagung dengan menggunakan analisa proksimat. Hasil analisa parameter perubahan komposisi kimia di dalam tongkol jagung sebelum dan setelah kultivasi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Karakteristik kimia tongkol jagung hasil kultivasi Komponen
Inokulum Kapang Rhizopus oryzae
Trichoderma viride Umur Simpan minggu
4 8
4 8
Air b.b 7,83
a
5,18
b
7,85
a
5,18
b
Abu b.k 3,65
a
3,98
a
3,23
a
3,99
b
Protein b.k 6,43
a
6,41
a
5,51
a
5,31
a
Lemak b.k 3,96
a
3,70
a
2,37
a
2,21
a
Serat Kasar b.k 45,76
a
47,06
a
47,08
a
47,48
a
Total Gula ppm 91,4
a
100,27
a
110,52
a
114,69
a
Gula Pereduksi ppm 41,03
a
31,77
a
50,04
a
50,5
a
Derajat Polimerisasi 2,23
a
3,16
a
2,19
a
2,30
a
Keterangan: Angka-angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak
berpengaruh nyata pada taraf 5 menurut uji pembeda T. Perbandingan hanya dibandingkan antar sesama jenis inokulum kapang.
a. Kadar Air
Berdasarkan hasil analisis ragam kadar air Lampiran 5.A dan Tabel 7 menunjukkan bahwa lama penyimpanan setiap jenis kapang berpengaruh nyata terhadap
perubahan kadar air tongkol jagung pada setiap jenis kapang. Kadar air tongkol jagung yang dikultivasi dengan inokulum kapang yang disimpan selama 4 minggu lebih besar bila
dibandingkan dengan inokulum kapang yang disimpan selama 8 minggu.
Perbedaan kadar air terjadi akibat proses hidrolisis komponen selulosa substrat oleh enzim selulase yang dihasilkan kapang. Menurut Pelczar et al. 1974, untuk melakukan
proses hidrolisis komponen selulosa, kapang membutuhkan air dalam jumlah yang besar. Air tersebut dapat diperoleh dari media tempat tumbuhnya kapang tersebut. Hal inilah yang
mengakibatkan kadar air yang dikonsumsi oleh kapang yang disimpan selama 4 minggu lebih besar dibandingkan dengan kapang yang disimpan selama 8 minggu dikarenakan jumlah
spora kapang yang semakin berkurang.
39
Pengaruh lain yang mengakibatkan penurunan kadar air tongkol jagung adalah lamanya penyimpanan tongkol jagung tersebut. Semakin lama tongkol jagung disimpan
maka dapat mengakibatkan penurunan kadar air di dalam tongkol jagung. Hal ini diperkuat oleh Aprianie 2009, dalam penelitiannya tentang penurunan kadar air pada tongkol jagung
didapatkan hasil bahwa apabila tongkol jagung disimpan dalam waktu tertentu akan mengakibatkan penurunan kadar air. Hal ini dikarenakan tongkol jagung tidak bersifat
higroskopis, sehingga pada suhu kamar, penguapan akan berlangsung cukup cepat dikarenakan bahan akan mengeluarkan kadar air bebas yang dikandungnya untuk
mempertahankan kelembaban dan mencegah kehilangan air yang lebih besar. Hal inilah yang mengakibatkan kadar air tongkol jagung yang telah dikultivasi dengan inokulum yang
disimpan selama 8 minggu lebih rendah bila dibandingkan dengan inokulum yang disimpan selama 4 minggu, begitu pula dengan tongkol jagung yang belum dikultivasi.
b. Kadar Abu
Berdasarkan hasil analisis ragam kadar abu Lampiran 5.B dan Tabel 7 menunjukkan bahwa lama penyimpanan inokulum kapang tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar abu tongkol jagung pada inokulum kapang Rhizopus oryzae sedangkan pada inokulum kapang Trichoderma viride lama penyimpanan inokulum kapang berpengaruh nyata dengan
kadar abu tongkol jagung. Hal ini menandakan adanya penurunan kuantitas spora kapang pada inokulum Rhizopus oryzae tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu tongkol jagung
sebaliknya pada inokulum Trichoderma viride adanya penurunan kuantitas spora kapang memberikan pengaruh nyata pada penurunan kadar abu tongkol jagung.
Berdasarkan Lampiran 7 diketahui bahwa kadar abu tongkol jagung pada awal sebelum dikultivasi adalah sebesar 3,18. Adanya penambahan spora kapang
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar abu pada tongkol jagung. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 0,47 pada inokulum Rhizopus oryzae yang disimpan selama 4
minggu dan sebesar 0,8 pada inokulum Rhizopus oryzae yang disimpan selama 8 minggu. Peningkatan juga terjadi pada inkulum inokulum Trichoderma viride yaitu sebesar 0,05
pada inokulum yang disimpan selama 4 minggu dan sebesar 0,81 pada inokulum yang disimpan selama 8 minggu.
Adanya penambahan inokulum kapang ke dalam tongkol jagung mengakibatkan terjadinya kenaikan kadar abu pada tongkol jagung. Hal ini dikarenakan menurut Cowan dan
Talaro 2009, struktur sel mikroba terdiri atas DNA, nukleus, plasmid dan mitokondria, dinding sel serta unsur pembentuk tubuh lainnya. Unsur-unsur tersebut mengandung mineral
yang digunakan untuk menyusun setiap komponen sel di dalam tubuh mikroba. Hal inilah yang mengakibatkan di dalam spora kapang terdapat kandungan mineral yang akan
meningkatkan kadar abu di dalam tongkol jagung yang telah dikultivasi.
c. Kadar Protein