33
Berdasarkan data pada Lampiran 3.A dapat diketahui bahwa kadar air awal inokulum Rhizopus oryzae
lebih tinggi bila dibandingkan dengan kadar air awal inokulum Trichoderma viride
. Hal ini dikarenakan struktur kapang R.oryzae yang memiliki miselium yang cenderung lebih rapat bila dibandingkan dengan kapang T.viride, sehingga mengakibatkan tingginya
kandungan air dalam inokulum Dwidjoseputro, 1978. Perubahan kadar air pada inokulum kapang Rhizopus oryzae cenderung lebih stabil bila
dibandingkan dengan perubahan kadar air pada inokulum kapang Trichoderma viride. Pada inokulum kapang Rhizopus oryzae yang menggunakan substrat bekatul+onggok terjadi perubahan
dari 10,49 menjadi 10,18, pada inokulum yang menggunakan substrat bungkil kacang tanah+onggok terjadi perubahan dari 16,12 menjadi 17,08 dan pada inokulum ampas
tahu+onggok terjadi perubahan dari 12,39 menjadi 12,36. Pada inokulum kapang Trichoderma viride
yang menggunakan substrat bekatul+onggok terjadi kenaikan dari 7,35 menjadi 9,05, pada inokulum yang menggunakan substrat bungkil kacang tanah+onggok terjadi
kenaikan dari 8,92 menjadi 9,95 dan pada inokulum yang menggunakan substrat ampas tahu+onggok terjadi kenaikan dari 10,20 menjadi 12,51.
Berdasarkan data peningkatan kadar air tersebut, inokulum kapang Rhizopus oryzae cenderung lebih stabil bila dibandingkan dengan inokulum kapang Trichoderma viride. Adanya
perbedaan dari peningkatan kadar air pada inokulum kedua kapang tersebut ditentukan dari sifat substrat yang digunakan serta jenis dari kapang yang digunakan. Bahan yang bersifat higroskopis,
cenderung lebih cepat menyerap uap air bila dibandingkan dengan bahan yang tidak mempunyai sifat higroskopis. Ketiga jenis substrat kombinasi yang digunakan mempunyai sifat higroskopis
yang relatif sama, oleh sebab itu perubahan kadar air pada inokulum lebih cenderung ditentukan oleh jenis kapang yang digunakan. Kapang Rhizopus oryzae memiliki miselium yang tidak
bersekat-sekat dan cenderung lebih rapat bila dibandingkan dengan kapang Trichoderma viride. Hal inilah yang mengakibatkan uap air yang ada di udara menjadi sulit masuk ke dalam
inokulum, sehingga mengakibatkan inokulum kapang Rhizopus oryzae cenderung lebih stabil bila dibandingkan dengan inokulum kapang Trichoderma viride.
Peningkatan kadar air juga dapat diakibatkan oleh adanya penetrasi uap air dari lingkungan yang masuk ke dalam bahan. Kenaikan kadar air yang terjadi tidak terlalu tinggi
dikarenakan penyimpanan dilakukan pada tempat yang cenderung kering dan menggunakan kemasan polietilen yang tahan terhadap uap air dari luar. Hal ini sesuai dengan pernyataan
Sacharow dan Griffin 1970, plastik kemasan polietilen mempunyai daya proteksi yang baik terhadap uap air akan tetapi kurang baik terhadap gas-gas yang lain seperti oksigen.
Inokulum kering bersifat higroskopis, sehingga mudah menyerap air yang ada di udara. Semakin kecil kadar air inokulum dibandingkan dengan kadar air ruangan penyimpanan,
mengakibatkan semakin banyak uap air yang menyerap masuk ke dalam bahan untuk menyeimbangkan kelembaban di dalam bahan dengan kelembaban yang ada di luar kemasan.
Adanya perbedaan kelembaban di dalam bahan dengan lingkungan di luar dapat mengakibatkan terjadinya penetrasi uap air ke dalam bahan Buckle et al., 1985.
2. Viabilitas Spora
Spora kapang tidak dapat tumbuh di dalam bahan inokulum yang sudah dikeringkan. Hal ini diperkuat oleh Dwidjoseputro 1978, yaitu dalam keadaan nutrisi yang optimum, kapang
membiak dengan cepat sekali, namun apabila terjadi kekeringan, dapat mengakibatkan faktor pembatas bagi pertumbuhan kapang. Hal inilah yang mengakibatkan selama penyimpanan spora
kapang tidak terjadi kenaikan jumlah spora di dalam inokulum tersebut.
Hasil analisis ragam viabilitas spora menunjukan bahwa jenis substrat, lama penyimpanan dan interaksi antara jenis substrat dengan lama penyimpanan memberikan pengaruh
nyata pada viabilitas spora Lampiran 3.B. Hasil dari uji lanjut Duncan diketahui bahwa viabilitas spora pada substrat kombinasi antara bekatul dengan onggok tidak berbeda nyata
dengan substrat kombinasi antara ampas tahu dengan onggok, sedangkan untuk substrat kombinasi bungkil kacang tanah dan onggok berbeda nyata dengan kedua bahan yang lain. Hal
ini menandakan bahwa viabilitas spora pada penggunaan substrat kombinasi bekatul dengan onggok tidak berbeda jauh dengan substrat kombinasi pada ampas tahu dan onggok pada kedua
jenis kapang selulolitik yang digunakan.
34
Menurut Gaman dan Sherrington 1981, spora kapang merupakan bentuk germinasi dari kapang yang merupakan alat untuk bereproduksi pada kapang secara aseksual. Spora untuk setiap
kapang selulolitik memiliki kemampuan yang berbeda-beda untuk dapat bertahan hidup pada setiap media yang digunakan. Hal inilah yang mengakibatkan terjadinya perbedaan jumlah spora
yang dihasilkan pada setiap media.
Perbedaan pertumbuhan spora juga dapat diakibatkan oleh adanya faktor kematangan spora pada saat proses pembuatan inokulum. Menurut Bilgrami dan Verma 1978, spora kapang
selama mengalami periode dorman melakukan penyempurnaan proses pematangan. Apabila spora tersebut telah matang maka periode dorman digunakan sebagai periode menjalani istirahat
sebelum bergerminasi. Hal inilah yang mengakibatkan spora yang sudah matang akan lebih cepat bergerminasi bila dibandingkan dengan spora yang belum cukup matang. Spora yang belum
cukup matang akan melakukan penyempurnaan kematangannya dengan menambah waktu dormannya. Hal inilah yang juga mengakibatkan terjadinya perbedaan jumlah spora yang
dihasilkan oleh setiap kapang terhadap media inokulum yang digunakan.
Spora yang telah matang juga memiliki kelebihan bila dibandingkan dengan spora yang belum terlalu matang. Hal ini diperkuat oleh Ilyas 2007, yaitu secara morfologis dan fisiologis
spora yang sudah matang akan memiliki ketahanan yang lebih terhadap perubahan kondisi lingkungan. Hal inilah yang mengakibatkan perubahan viabilitas spora bagi spora yang viabilitas
awalnya tertinggi akan menjadi lebih dapat bertahan lama apabila dibandingkan dengan yang viabilitas awalnya rendah.
Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 3 menunjukan bahwa jenis kapang berpengaruh nyata terhadap perubahan parameter viabilitas spora pada inokulum selama
penyimpanan. Hasil analisis viabilitas spora pada kedua jenis kapang menunjukan terjadinya penurunan jumlah spora. Hal ini dikarenakan adanya perubahan komponen nutrisi di dalam
substrat serta adanya kondisi lingkungan yang mempengaruhi inokulum tersebut. Hal ini diperkuat oleh Frazier 1992, spora mikroba dapat berkurang kemampuannya untuk bergerminasi
dikarenakan kondisi lingkungan yang tidak sesuai. Menurut Fardiaz 1989, faktor yang mempengaruhi pertumbuhan mikroba tersebut terdiri atas perubahan kadar air, oksigen, suhu, pH,
menurunnya kandungan nutrien di dalam bahan serta adanya komponen anti mikroba di dalam bahan. Hal ini yang mengakibatkan semakin lama inokulum disimpan, maka akan semakin
berkurang jumlah spora yang ada di dalam inokulum tersebut.
Berdasarkan data hasil pengamatan viabilitas spora selama dua bulan untuk kapang R.oryzae
Lampiran 3B, diketahui bahwa semakin lama penyimpanan inokulum mengakibatkan spora dalam berbagai substrat mengalami penurunan. Data viabilitas spora dapat dilihat pada
Gambar 4. Pada substrat bekatul+onggok mengalami penurunan dari 106,13 x 10
7
menjadi 24,49 x 10
7
sporag bobot kering atau mengalami penurunan sebesar 7,06. Pada substrat bungkil kacang tanah+onggok mengalami penurunan dari 21,46 x 10
7
menjadi 1,21 x 10
7
sporag bobot kering atau mengalami penurunan sebesar 15,01. Pada substrat ampas tahu+onggok
mengalami penurunan dari 92,45x 10
7
menjadi 32,00 x 10
7
sporag bobot kering atau mengalami penurunan sebesar 6,66.
Berdasarkan data hasil pengamatan viabilitas spora selama dua bulan untuk kapang T.viride,
diketahui bahwa semakin lama penyimpanan inokulum mengakibatkan spora dalam berbagai substrat juga mengalami penurunan. Pada substrat bekatul+onggok mengalami
penurunan dari 75,01 x 10
7
menjadi 13,74 x 10
7
sporag bobot kering atau mengalami penurunan sebesar 8,3. Pada substrat bungkil kacang tanah+onggok mengalami penurunan dari
11,53 x 10
7
menjadi 1,11 x 10
7
sporag bobot kering atau mengalami penurunan sebesar 12,61. Pada substrat ampas tahu+onggok mengalami penurunan dari 60,69 x 10
7
menjadi 12,00 x 10
7
sporag bobot kering atau mengalami penurunan sebesar 8,01. Berdasarkan data hasil pengamatan viabilitas spora R.oryzae dan T.viride terhadap media
Lampiran 3B, diperoleh hasil yang tidak berpengaruh signifikan antara substrat bekatul+onggok dengan ampas tahu+onggok, sedangkan dengan substrat bungkil kacang tanah+onggok terdapat
perbedaan yang signifikan bila dibandingkan dengan kedua substrat yang lain. Hal ini dikarenakan perbandingan media yang digunakan ini dilakukan berdasarkan persamaan nisbah
CN yang diambil dari pendekatan karbohidrat by difference dan pendekatan protein kasar tanpa memperhatikan perbandingan komposisi zat kimia lain pembentuk substrat inokulum. Substrat
inokulum bekatul+onggok dan ampas tahu+onggok memiliki komposisi serat kasar yang tinggi dan kadar lemak yang rendah bila dibandingkan dengan substrat inokulum bungkil kacang
tanah+ong inokulum
Gambar 4
Ju dikarenaka
lemak yan spora mik
bahwa mi terlalu ba
pembentuk tahu+ongg
inokulum
K pertumbuh
karbohidra kasar yang
terhadap k kapang di
bekatul+on 1
Ju ml
a h
S p
or a
1
Juml ah
Sp ora
ggok. Hal inil tersebut.
4. Perubahan v penyimpana
umlah spora ya an adanya kan
ng tinggi dapat kroba tersebut.
inyak diperluk anyak dapat m
kan sel mikrob gok menghasi
bungkil kacan Kandungan se
han kapang. M at kompleks ya
g tinggi di dala kapang dalam b
i dalam substr nggok.
80 85
90 95
00
1
Umur
80 85
90 95
00
1
U
lah yang mem
viabilitas spora an
ang sangat ren ndungan lemak
t menghambat . Hal ini diper
kan dalam pem mengakibatkan
ba. Hal ini men lkan sel spor
g tanah+onggo erat kasar di
Menurut Mayna ang hanya dapa
am bahan akan bentuk karbon.
rat ampas tahu 2
3 4
r Simpan Inok
2 3
4
Umur Simpan
mpengaruhi pe
a Rhizopus ory
ndah pada subst k yang tinggi
pertumbuhan b rkuat oleh Mc
mbuatan medi minyak menu
ngakibatkan su ra yang lebih
ok. dalam substr
ard dan Loosli at dicerna oleh
n dihidrolisis ol . Hal inilah yan
u+onggok leb 4
5 6
7
kulum Minggu
4 5
6 7
n Inokulum M
erbedaan juml
yzae a dan T
trat kombinasi pada substrat
bagi mikroba s cNeil dan Harv
ia, namun kan utupi substrat
ubstrat inokulu tinggi bila d
rat dapat me i 1956, serat
h mikroba, teru leh kapang unt
ng mengakibat bih kecil bila
7 8
u
7 8
Minggu
ah spora yang
Trichoderma v
bungkil kacan t tersebut. Ad
serta mempeng vey 2008, y
ndungan jumla sehingga dap
um bekatul+on dibandingkan
emberikan pen kasar mengan
utama kapang. K tuk memberika
tkan persentase dibandingkan
Bekatul + O Bungkil Ka
Onggok Ampas Tah
b Bekatul + O
Bungkil Ka Onggok
Ampas Tah
3
g ada di dala
viride b selam
ng tanah+ongg anya kandung
garuhi jumlah s ang mengatak
ah minyak yan pat menghamb
nggok dan amp dengan substr
ngaruh terhad ndung kompon
Kandungan ser an sumber ener
e kematian spo dengan substr
Onggok acang Tanah +
hu + Onggok
b Onggok
acang Tanah + hu + Onggok
35
am
ma
ok gan
sel kan
ng bat
pas rat
dap nen
rat rgi
ora rat
36
Berdasarkan data hasil pengamatan viabilitas spora inokulum yang telah disimpan selama dua bulan, diketahui bahwa substrat yang menghasilkan spora terbanyak adalah substrat
bekatul+onggok. Hal ini dikarenakan pada media ini mengandung nutrien yang baik untuk mendukung pertumbuhan spora kapang. Hal ini diperkuat oleh Rachman 1989, yaitu media
untuk membentuk spora kapang pada media padat yang baik adalah dengan menggunakan media dari biji-bijian seperti barley, bekatul dan jagung. Setyowati 2006 juga mengatakan bahwa
bekatul merupakan media yang baik untuk pertumbuhan mikroba dikarenakan mempunyai kandungan karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin yang cukup banyak, sehingga cocok untuk
nutrisi bagi pertumbuhan mikroba. Nursalim dan Razali 2007, juga menambahkan bahwa bekatul memiliki kandungan gizi yang tinggi dikarenakan mengandung mineral yang terdiri atas
kalsium Ca, magnesium Mg, mangan Mn, besi Fe, kalium K dan seng Zn. Hal inilah yang mengakibatkan bekatul menjadi media terbaik untuk menghasilkan inokulum spora kapang
Rhizopus oryzae
dan Trichoderma viride. Berdasarkan data hasil pengamatan viabilitas spora inokulum R.oryzae juga diperoleh
bahwa bila dibandingkan antara substrat bekatul+onggok dengan substrat ampas tahu+onggok terdapat perbedaan yang tidak signifikan. Selain itu juga penurunan viabilitas terendah didapatkan
pada substrat ampas tahu+onggok. Hal ini dikarenakan substrat ampas tahu+onggok mengandung kadar serat kasar yang tinggi sehingga dapat menjadi media pengisi bagi spora inokulum untuk
dapat bertahan hidup.
Jumlah spora yang terdapat di dalam inokulum T.viride dan R.oryzae masih menunjukan hasil yang baik meskipun telah dilakukan penyimpanan selama dua bulan. Hal ini dilihat dari
jumlah spora yang masih tinggi dan penurunan viabilitas spora yang tidak terlalu tinggi. Menurut Lindajati 1983 kandungan spora inokulum kapang yang terbaik adalah berkisar antara 10
7
– 10
8
sporag. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan terhadap viabilitas spora T. viride dan R. oryzae yang berkisar antara 10
7
-10
8
sporag, sehingga dapat dikatakan bahwa inokulum masih dalam keadaan baik untuk digunakan meskipun telah disimpan selama dua bulan.
C. APLIKASI INOKULUM UNTUK HIDROLISIS TONGKOL JAGUNG
1. Karakterisasi Tongkol Jagung