51
4. Kadar Lemak SNI 01-2892-1992
Timbang bahan sebanyak 3-5 g, kemudian dimasukkan ke dalam kertas saring yang berbentuk tabung dan dimasukkan ke dalam tabung Soxhlet. Pasang tabung ekstraksi pada alat
distilasi, kemudian labu Soxhlet diisi pelarut heksana. Ekstraksi dilakukan selama 6 jam. Setelah itu, selongsong yang berisi bahan dikeringkan dalam oven pengering pada suhu 105ºC selama 1-2
jam. Timbang bobot selongsong tersebut. Kadar Lemak dapat dihitung dengan rumus:
Kadar Lemak = Keterangan : W1 = Bobot bahan awal
W2 = Bobot bahan akhir
5. Kadar Serat Kasar AOAC, 1998
Bahan sebanyak 1-2 g yang sudah dihilangkan kadar lemaknya dimasukkan ke dalam erlenmeyer 500 ml. Setelah itu dihidrolisis dengan cara ditambahkan 100 ml H
2
SO
4
0,325N dan dimasukkan ke dalam autoclave dengan suhu 105ºC selama 15 menit. Setelah itu bahan
didinginkan dan dihidrolisis kembali dengan ditambahkan 50 ml NaOH 1,25 N dan dimasukkan ke dalam autoclave dengan suhu 105ºC selama 15 menit. Setelah siap, maka bahan disaring
dengan menggunakan kertas saring menggunakan bantuan pompa vakum. Cuci kertas saring berturut-turut dengan air panas + 25 ml H
2
SO
4
0,325N dan air panas + 25 ml alkohol. Angkat dan keringkan kertas saring dalam oven dengan suhu 110ºC selama 1-2 jam. Kadar serat kasar dapat
dihitung dengan rumus:
Kadar serat =
B – B
6. Analisa Total Gula Metode Phenol H
2
SO
4
Dubois et al, 1956
Pembuatan kurva standar fenol, yaitu: 2 ml glukosa standar yang mengandung 0,10,20,30,40 dan 60
μg, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1 ml larutan fenol 5 dan dikocok. Kemudian 5 ml H
2
SO
4
pekat ditambahkan dengan cepat. Biarkan selama 10 menit, kocok dan tempatkan pada penangas air selama 15 menit. Absorbansinya diukur
pada 490 nm. Pengujian sampel sama dengan pembuatan kurva standar fenol, hanya 2 ml larutan glukosa diganti dengan 2 ml sampel.
7. Analisa Gula Pereduksi, Metode DNS Miller, 1959
Pertama-tama dilakukan penyiapan terhadap pereaksi DNS yang dilakukan dengan cara mencampurkan larutan NaOH 1 dengan DNS 1, fenol 0,2 dan natrium sulfit 0,05. Contoh
yang mengandung gula pereduksi ditambahkan dengan pereaksi tersebut, kemudian dipanaskan dengan penangas air selama 15 menit, setelah itu ditambahkan garam Rochelle 40 dan
didinginkan dalam suhu kamar. Setelah dingin dibaca OD nya dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang 550 nm untuk dibandingkan hasilnya dengan kurva
baku. Kemudian untuk menguji sampel, sampel sebanyak 1 ml ditambahkan dengan DNS 3 ml dan dipanaskan selama 15 menit kemudian diukur dengan panjang gelombang 550 nm.
52
8. Total Viabilitas Spora modifikasi Wang et al., 1975
Pertama-tama air suling berisi 0,85 garam fisiologis dibuat dan dimasukkan ke dalam tabung ulir. Kemudian inokulum sebanyak 1 g dimasukkan ke dalam tabung ulir tersebut yang
berisi 9 ml air tersebut. Kemudian dikocok hingga merata dan dilakukan pengenceran sebanyak 7 kali. Kemudian 1 ml suspensi dituangkan ke dalam cawan petri yang berisi 10 ml PDA. Inkubasi
dilakukan selama 24 - 48 jam hingga koloni kapang tumbuh. Setelah itu dihitung jumlah koloni yang tumbuh dengan didekatkan pada cahaya atau dengan menggunakan Quebec Colony
Counter
.
53
Lampiran 2. Perhitungan Perbandingan Komposisi Substrat Inokulum
Komponen Onggok bk
Bekatul bk
Bungkil Kacang Tanah bk
Ampas Tahu bk
Protein 1,94 12,97 26,36 19,77
Karbohidrat by difference
85,39 45,90 44,83
40,81 CN 44,04
3,54 1,70 2,06
Selanjutnya dilakukan perhitungan perbandingan, berikut merupakan contoh perbandingan antara Onggok dan Bekatul CN=51:
C = 85,39 Onggok + 45,90 Bekatul = 500 dikali 1,00 N= 1,94 Onggok + 12,97 Bekatul = 100 dikali 3,54
Disubtitusi, sehingga didapat: 85,39 Onggok + 45,90 Bekatul =500,00
6,86 Onggok + 45,90 Bekatul = 353,88 78,53 Onggok + 0 Bekatul = 146,12
Sehingga rasio bobot komposisi: Onggok = 1,86
Bekatul = 7,43
1. Perbandingan Onggok dan Bungkil Kacang Tanah CN = 51