39
Pengaruh lain yang mengakibatkan penurunan kadar air tongkol jagung adalah lamanya penyimpanan tongkol jagung tersebut. Semakin lama tongkol jagung disimpan
maka dapat mengakibatkan penurunan kadar air di dalam tongkol jagung. Hal ini diperkuat oleh Aprianie 2009, dalam penelitiannya tentang penurunan kadar air pada tongkol jagung
didapatkan hasil bahwa apabila tongkol jagung disimpan dalam waktu tertentu akan mengakibatkan penurunan kadar air. Hal ini dikarenakan tongkol jagung tidak bersifat
higroskopis, sehingga pada suhu kamar, penguapan akan berlangsung cukup cepat dikarenakan bahan akan mengeluarkan kadar air bebas yang dikandungnya untuk
mempertahankan kelembaban dan mencegah kehilangan air yang lebih besar. Hal inilah yang mengakibatkan kadar air tongkol jagung yang telah dikultivasi dengan inokulum yang
disimpan selama 8 minggu lebih rendah bila dibandingkan dengan inokulum yang disimpan selama 4 minggu, begitu pula dengan tongkol jagung yang belum dikultivasi.
b. Kadar Abu
Berdasarkan hasil analisis ragam kadar abu Lampiran 5.B dan Tabel 7 menunjukkan bahwa lama penyimpanan inokulum kapang tidak berpengaruh nyata terhadap
kadar abu tongkol jagung pada inokulum kapang Rhizopus oryzae sedangkan pada inokulum kapang Trichoderma viride lama penyimpanan inokulum kapang berpengaruh nyata dengan
kadar abu tongkol jagung. Hal ini menandakan adanya penurunan kuantitas spora kapang pada inokulum Rhizopus oryzae tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu tongkol jagung
sebaliknya pada inokulum Trichoderma viride adanya penurunan kuantitas spora kapang memberikan pengaruh nyata pada penurunan kadar abu tongkol jagung.
Berdasarkan Lampiran 7 diketahui bahwa kadar abu tongkol jagung pada awal sebelum dikultivasi adalah sebesar 3,18. Adanya penambahan spora kapang
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar abu pada tongkol jagung. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 0,47 pada inokulum Rhizopus oryzae yang disimpan selama 4
minggu dan sebesar 0,8 pada inokulum Rhizopus oryzae yang disimpan selama 8 minggu. Peningkatan juga terjadi pada inkulum inokulum Trichoderma viride yaitu sebesar 0,05
pada inokulum yang disimpan selama 4 minggu dan sebesar 0,81 pada inokulum yang disimpan selama 8 minggu.
Adanya penambahan inokulum kapang ke dalam tongkol jagung mengakibatkan terjadinya kenaikan kadar abu pada tongkol jagung. Hal ini dikarenakan menurut Cowan dan
Talaro 2009, struktur sel mikroba terdiri atas DNA, nukleus, plasmid dan mitokondria, dinding sel serta unsur pembentuk tubuh lainnya. Unsur-unsur tersebut mengandung mineral
yang digunakan untuk menyusun setiap komponen sel di dalam tubuh mikroba. Hal inilah yang mengakibatkan di dalam spora kapang terdapat kandungan mineral yang akan
meningkatkan kadar abu di dalam tongkol jagung yang telah dikultivasi.
c. Kadar Protein
Hasil analisis ragam kadar protein Lampiran 5.C dan Tabel 7 menunjukkan bahwa lama penyimpanan inokulum kapang tidak berpengaruh nyata terhadap kadar protein tongkol
jagung pada setiap jenis kapang. Hal ini menandakan adanya penurunan jumlah spora kapang tidak mempengaruhi kadar protein tongkol jagung yang dihasilkan.
Berdasarkan Lampiran 7 diketahui bahwa kadar protein tongkol jagung pada awal sebelum dikultivasi adalah sebesar 2,18. Adanya penambahan spora kapang
mengakibatkan terjadinya peningkatan kadar protein pada tongkol jagung. Peningkatan yang terjadi adalah sebesar 4,25 pada inokulum Rhizopus oryzae yang disimpan selama 4
minggu dan sebesar 4,29 pada inokulum Rhizopus oryzae yang disimpan selama 8 minggu. Peningkatan juga terjadi pada inkulum inokulum Trichoderma viride yaitu sebesar 3,33
pada inokulum yang disimpan selama 4 minggu dan sebesar 3,13 pada inokulum yang disimpan selama 8 minggu.
40
Adanya penambahan substrat bekatul+onggok akan mengakibatkan peningkatan kadar protein pada tongkol jagung menjadi sebesar 2,18 yang dapat dilihat pada Lampiran
7. Selain dikarenakan adanya penambahan substrat bekatul+onggok, kenaikan kadar protein ini juga disebabkan karena adanya peningkatan biomassa kapang. Biomassa kapang
mengandung nitrogen sebesar 7 - 10 Stanbury dan Whitaker, 1984 dan protein sebesar 14 - 44 bobot kering Griffin, 1981.
Kenaikan kadar protein di dalam tongkol jagung dengan kultivasi menggunakan inokulum kapang Rhizopus oryzae lebih tinggi bila dibandingkan dengan menggunakan
inokulum kapang Trichoderma viride. Hal ini dikarenakan menurut Gandjar 2006, setiap kapang memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim protease yang dapat menghidrolisis
protein menjadi asam amino yang dibutuhkan oleh kapang untuk pertumbuhan. Kapang yang memiliki kemampuan untuk menghasilkan enzim protease yang cukup baik adalah kapang
Rhizopus oryzae
. Menurut Sumanti 2005, adanya proses perombakan protein pada substrat menjadi asam-asam amino akan meningkatkan komposisi nitrogen terlarut di dalam bahan.
Hal inilah yang mengakibatkan kapang Rhizopus oryzae menghasilkan protein yang lebih baik bila dibandingkan dengan kapang Trichoderma viride.
Adanya peningkatan kadar protein pada tongkol jagung akan mendukung kegunaan tongkol jagung sebagai pakan ternak. Menurut Prihatman 2000, kandungan protein yang
dapat memenuhi kebutuhan ternak ruminansia adalah sebesar 8 . Jika dilihat dari kenaikan kadar protein di dalam tongkol jagung yang telah dikultivasi, maka diketahui bahwa tongkol
jagung tersebut masih belum layak digunakan sebagai pakan ternak tunggal. Penggunaan tongkol jagung yang telah dikultivasi sebagai pakan ternak perlu ditambahkan dengan
sumber protein tambahan, sehingga dapat mencukupi kebutuhan protein pada ternak.
d. Kadar Lemak