Evaluasi Inner Model Antar Second Order

Hasil analisis path coefficients menunjukkan penerapan sistem penilaian kinerja berpengaruh secara signifikan terhadap sistem pengembangan karir. Hal ini dibuktikan dengan nilai T Statistik T hitungsebesar 15.2513 lebih besar dari t 1.96 pada selang kepecayaan 95 . tabel Hipotesis 2: penerapansistempenilaianKinerjaberpengaruhterhadap komitmen karyawan Selain penerapan sistem penilaian kinerja memiliki pengaruh yang positif terhadap sistem pengembangan karir, sistem penilaian kinerja pun berpengaruh relatif rendah terhadap komitmen karyawan. Lampiran11 menunjukkan koefisien parameter antara konstruk sistem penilaian kinerja dengan konstruk komitmen karyawan sebesar 0.0741. Pengujian hipotesis kedua ditolak karena pada hasil analisis menunjukkan nilai t hitung = 0.5162 lebih kecil dibanding t tabel = Hipotesis 3:penerapansistempengembangankarirberpengaruhterhada pkomitmen karyawan 1.96 Lampiran 11. Ini menunjukkan tingkat komitmen karyawan tidak dipengaruhi oleh penerapan sistem penilaian kinerja karyawan. Pengujian hipotesis ketiga diterima karena pada hasil analisis diperoleh nilai t hitung = 3.7464 lebih besar dibanding t tabel = 1.96 Lampiran 11. Ini menunjukkan sistempengembangankarirpada PT. PGN, Tbk berpengaruh positif secara signifikan terhadap komitmen karyawan.

5.5. AnalisisPartial Least Square PLS Berdasarkan Perbedaan Gender

Untuk melihat perbedaan persepsi responden terhadap penerapan sistem penilaian kinerja, sistem perkembangan karir dan komitmen karyawan perempuan dan laki-laki,dilakukan pengujian PLS berdasarkan gender. Hasil analisis model PLS untuk responden perempuan dan laki-laki, dapat dilihat dalam Gambar 13 dan 14 pada halaman selanjutnya. Sistem Penilaian Kinerja Konstruk second order penerapan sistem penilaian kinerja direfleksikan oleh 7 tujuh konstruk first order, yaitupemahaman, penilai, pedoman, pengajuan keberatan klaim, terencana,obyektif, dan umpan balik. Masing-masing konstruk first order dipertegas oleh beberapa indikator. Terdapat perbedaan persepsi antara responden perempuan dan laki-laki mengenai penerapan sistem penilaian kinerja, dilihat berdasarkan kekuatan interelasi dalam merefleksikan sistem penilaian kinerja Tabel 15. Tabel 15. Nilai Loading Faktor-faktor Sistem Penilaian Kinerja Berdasarkan Jenis Kelamin No Konstruk First Order Nilai Loading Pria Perempuan

1 Pemahaman

0.673 0.728

2 Penilai

0.737 0.702 3 Pedoman 0.790 0.727 4 Pengajuan keberatanklaim 0.799 0.817

5 Terencana

0.857 0.543

6 Objektif

0.855 0.862 7 Umpan balik 0.885 0.666 sumber : hasil data primer yang dioleh smartPLS, 2011 Menurut persepsi karyawan laki-laki, umpan balik memiliki nilai loading factor yang lebih tinggi yaitu sebesar 0.885. Berarti konstruk first order ini mampu merefleksikan interelasi terbesar dalam penerapan sistem penilaian kinerja Tabel 15. Berbeda dengan responden karyawan perempuan, konstruk first order yang mampu merefleksikan interelasi terbesar dalam menggambarkan penerapan sistem penilaian kinerja adalah penilaian yang objektif, dengan nilai loading factor sebesar 0.862. Berdasarkan analisis path coefficient Lampiran 12 pada karyawan laki-laki dan karyawan perempuan Lampiran 13, menunjukkan ketujuh faktor sistem penilaian kinerja merupakan faktor-faktor yang mampu merefleksikan penerapan sistem penilaian kinerja. Hal ini ditunjukkan dengan Thitung yang lebih besar dari 1.96 Ttabel. Dengan demikian, dapat disimpulkan baik karyawan laki-laki maupun perempuan mempunyai persepsi yang sama terhadap penerapan sistem penilaian kinerja.