HASIL DAN PEMBAHASAN Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Alas Kaki Di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor,

33 memenuhi kebutuhan keluarganya pada kisaran 76 sampai 100. Jika perolehan omset rataan per bulan Juta semakin besar, maka pelaku usaha memiliki kecenderungan semakin mampu dalam memenuhi kebutuhan keluarganya. Tabel 9 Tabulasi silang omset perbulan Juta dan terpenuhi kebutuhan Persentase terpenuhinya kebutuhan pengusaha Total 26-50 51-75 76-100 Omset rataan dalam juta 10 Count 5 2 7 of Total 16.7 6.7 23.3 10-30 Count 2 6 13 21 of Total 6.7 20.0 43.3 70.0 30-60 Count 1 1 of Total 3.3 3.3 60-100 Count 1 1 of Total 3.3 3.3 Total Count 2 11 17 30 of Total 6.7 36.7 56.6 100.0 Kondisi Lingkungan Internal dan Eksternal UKM-AK Kecamatan Ciomas

1. Lingkungan Internal

Serangkaian aktivitas internal yang dilakukan oleh UKM-AK Ciomas, meliputi:

a. Proses Inovasi

UKM-AK Ciomas belum sepenuhnya melakukan inovasi, baik dalam proses teknik dan teknologi produksi, produk, pemasaran, maupun manajemen. Untuk teknologi produksi, masih menggunakan cara manual dengan peralatan sederhana. Hal itu menghambat peningkatan mutu dan kapasitas produksi. Pihak pemberi pesanan lebih memilih untuk menduplikasi produk yang sedang tren di pasaran, sehingga UKM-AK Ciomas hanya akan memproduksi produk yang sedang tren, dengan segmen pasar kelas menengah ke bawah dan positioning produk sebagai produk alas kaki murah bermutu baik. Dalam hal pemasaran, masih terbatasnya akses dan informasi pasar. Dalam hal manajemen, UKM-AK Ciomas tidak memiliki struktur organisasi dan tanggungjawab manajemen yang jelas, sehingga pelaksanaan tugas berjalan sesuai dengan kebiasaan dan pengalaman sebelumnya. b. Proses Operasional Proses operasional UKM-AK Ciomas terdiri dari tiga aktivitas, yaitu pengadaan bahan baku, produksi alas kaki dan penjualan produk. Dalam pengadaan bahan baku dengan cara menjalin kemitraan dengan pemberi pesanan untuk pengadaan bahan baku maupun membeli langsung bahan baku 34 dengan modal sendiri. Kegiatan produksi dilakukan secara manual, tanpa menggunakan mesin canggih. Produksi alas kaki tidak hanya berdasarkan pesanan, tetapi juga secara kontinu memproduksi alas kaki untuk dititipkan ke toko-toko. Kapasitas produksi berkisar 1.500-2.500 pasang sepatu per minggu. Pada kegiatan penjualan produk, pesanan yang telah selesai diproduksi oleh UKM-AK langsung diambil oleh pemberi pesanan untuk dijual kembali ke grosir atau toko. Upah produksi pengrajin diberikan satu sampai tiga bulan setelah produk dipasarkan, dengan memperhitungkan modal awal yang telah diambil melalui bon putih. c. Garansi Produk Hal ini merupakan layanan yang disediakan oleh produsen kepada konsumen setelah produk dibeli. UKM-AK Ciomas tidak menyertakan garansi resmi dalam penjualan produknya. Namun jika terdapat pengembalian produk yang rusak parah, maka diperbaiki atau menggantinya, jika bahan baku produksi masih tersedia. d. Kemampuan SDM Para pengrajin UKM-AK Ciomas merupakan pengrajin dengan keahlian membuat alas kaki secara turun-temurun, sehingga sudah sangat menguasai teknik-teknik dalam pembuatan alas kaki. Namun terkadang terjadi kesalahan pada proses produksi yang disebabkan oleh ketidaktelitian pekerja. Meskipun begitu para pekerja bertanggungjawab atas mutu produk dan ketepatan waktu penyelesaian pesanan. Dari segi motivasi pengembangan diri, pengrajin UKM-AK Ciomas cenderung tidak memiliki motivasi untuk mengembangkan diri melalui program-program edukatif, seperti pelatihanpenyuluhanseminar. Para pengrajin sudah merasa cukup dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Hal itu menghambat pengrajin untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya secara nyata. e. Ketersediaan Informasi UKM-AK Ciomas belum memiliki sistem informasi yang terstruktur atau terkomputerisasi. UKM-AK Ciomas mendapat informasi mengenai hal-hal yang berkaitan dengan keadaan industri melalui dinas terkait, media cetak, media elektronik, media sosial, atau dengan mencari informasi ke industri sejenis. Namun kendala yang dihadapi UKM-AK Ciomas adalah terbatasnya informasi mengenai pasar dan pemasaran. Hal ini disebabkan karena kurangnya sosialisasi mengenai pelatihanpenyuluhan menjadi penghambat dalam proses pertumbuhan dan pembelajaran pada UKM-AK Ciomas. f. Iklim Organisasi Iklim organisasi yang menonjol pada UKM-AK Ciomas adalah adanya hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik usaha dan pekerja, karena struktur organisasinya masih sederhana, pemilik merangkap jabatan sebagai pengawas, dan bagian lain diserahkan kepada orang tertentu di lingkungan keluarga atau pekerja yang telah dipercayai. Pemerintah sebagai pihak eksternal memegang peranan penting dalam proses pertumbuhan dan pembelajaran UKM. Namun pada kenyataannya pengrajin merasa bahwa pemerintah kurang mendukung usaha yang dijalankan. Pelatihan yang difasilitasi pemerintah dirasa terlalu teoritis dan tidak ada bimbingan lanjutan setelah pelatihan selesai. Selain itu, kurangnya 35 motivasi atau keinginan pengrajin untuk mengikuti pelatihan dapat menyebabkan pelatihan yang diselenggarakannya tidak berhasil.

2. Lingkungan Eskternal

Menurut Porter dalam Afrillita 2013, lingkungan eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan makro dan lingkungan industri. Lingkungan makro terdiri dari unsur politik, ekonomi, sosial dan teknologi. a. Lingkungan Jauh 1 Faktor Politik Regulasi pemerintah akan mempengaruhi keberlangsungan usaha pada UKM-AK Ciomas. Salah satu kebijakan nasional yang dirasakan sangat berpengaruh pada usaha pengrajin adalah diberlakukannya China- ASEAN Free Trade Area CAFTA. Perdagangan bebas membuat produk impor yang memiliki harga jual lebih murah sangat berpotensi mendominasi pasar, terutama produk Cina. 2 Faktor Ekonomi Kondisi perekonomian yang tidak stabil menyebabkan adanya fluktuasi harga bahan baku produksi. Hal ini menyebabkan tingginya biaya produksi yang tidak diikuti dengan kenaikan harga jual, sehingga menyebabkan kecilnya keuntungan yang diperoleh UKM-AK Ciomas. 3 Faktor Sosial Salah satu kecenderungan sosial masyarakat saat ini adalah mengikuti tren fashion yang sedang populer. Kini masyarakat memandang sepatusandal bukan hanya sebagai kebutuhan, namun juga sebagai pelengkap gaya hidup yang memiliki nilai estetika. 4 Faktor Teknologi Perkembangan teknologi produksi dan informasi dapat dimanfaatkan oleh UKM-AK Ciomas untuk mengefisiensikan aktivitas usahanya. Teknologi peralatan produksi membuat pengrajin dapat meningkatkan mutu dan kapasitas output yang dihasilkan. Sedangkan teknologi informasi dapat dimanfaatkan untuk memasarkan dan mempromosikan produk.

b. Lingkungan Industri

1 Ancaman Masuk Pendatang Baru Masuknya pendatang baru ke dalam sebuah industri bergantung pada hambatan masuk pada industri tersebut. Hambatan untuk memasuki industri alas kaki ini relatif kecil, baik dari skala ekonomi, modal, maupun regulasi. 2 Kekuatan Tawar-menawar Pemasok Suppliers Pemasok memiliki kemampuan untuk menaikkan harga atau mengurangi mutu bahan baku. Namun pemasok bahan baku untuk UKM- AK Ciomas tersebar di banyak tempat, sehingga kedudukan tawar pemasok tidak terlalu kuat. 3 Kekuatan Tawar-menawar Pembeli Buyers Pembeli memiliki kemampuan untuk memengaruhi penjual agar menurunkan harga. Namun UKM-AK Ciomas tidak menjual produknya 36 secara langsung kepada kepada konsumen akhir, sehingga konsumen akhir tidak memiliki kekuatan tawar langsung terhadap usaha pengrajin. 4 Ancaman dari Produk Pengganti atau Substitusi Produk substitusi merupakan produk yang dapat menjadi alternatif, karena memberikan fungsi sama dengan suatu produk, sehingga dapat menjadi pengganti dari produk tersebut. Namun untuk produk alas kaki, tidak ada produk lain yang dapat memberikan fungsi sama. 5 Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri Pada UKM-AK Ciomas, persaingan muncul karena adanya usaha untuk tetap mempertahankan pemberi pesanan dan menarik pemberi pesanan lainnya. Selain itu, terdapat persaingan dengan lingkungan industri daerah lain yang memproduksi produk serupa, dimana citra produknya sudah dikenal baik oleh masyarakat, seperti industri alas kaki Cibaduyut. Perumusan Strategi Pengembangan Usaha UKM dalam pengembangannya menghadapi beberapa masalah, di antaranya kurang permodalan, kesulitan dalam pemasaran, struktur organisasi sederhana dengan pembagian kerja yang tidak baku, mutu manajemen rendah, SDM terbatas dengan mutu rendah, kebanyakan tidak mempunyai laporan keuangan, aspek legalitas lemah, dan rendahnya kualitas teknologi. Berdasarkan hal ini, diperlukan strategi yang komprehensif agar UKM berkembang lebih cepat, permasalahan yang dihadapi dapat direduksi, dan memiliki keunggulan kompetitif Rahmana et al, 2012. Dalam perumusan strategi pengembangan usaha, peneliti menggunakan matriks IFE, EFE, posisi strategik, SWOT dan AHP, serta aplikasi super decision dalam pengolahan dan perhitungan data. Penentuan bobot faktor internal maupun eksternal ditentukan dengan menggunakan metode AHP.

1. Identifikasi Matriks IFE UKM-AK Ciomas

Faktor internal kekuatan dan kelemahan UKM-AK Ciomas disajikan dalam matriks IFE. Skor yang diperoleh pada matriks IFE menunjukan bagaimana kemampuan UKM-AK Ciomas menggunakan kekuatan yang dimilikinya guna memanfaatkan peluang yang dimiliki. Hasil analisa IFE dilihat pada table 10.