METODOLOGI Strategi Pengembangan Usaha Kecil Menengah Alas Kaki Di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor,
27 pelaku usaha tidak mengetahui secara pasti besarnya omsetnya. Penggunaan
giro berjangka 1 sampai 2 bulan serta potongan charge dalam sistem bon putih, merupakan salah satu penyebab pelaku usaha tidak mengetahui secara
pasti besarnya omset dalam jumlah rupiah. Setelah dilakukan interpolasi data, maka diketahui sebagian besar memiliki omset rataan lebih dari Rp10 sampai
30 juta per bulannya 38. Meski demikian, pelaku usaha yang beromset kurang dari Rp10 000 000 per bulannya juga cukup banyak 36. Namun
demikian, industri kecil alas kaki di wilayah Ciomas memiliki peluang untuk berkembang menjadi lebih besar. Hal ini ditunjukkan oleh kemampuan 20
pelaku usaha yang memiliki omset rataan lebih lebih dari Rp30 sampai 60 juta per bulan dan 6 mencapai omset rataan lebih dari Rp60 sampai 100
juta per bulannya.
Jenis usaha yang masih tergolong pada IK, membuat usaha alas kaki di wilayah Bogor memiliki keterbatasan dalam hal sumber daya. Mayoritas
pelaku usaha alas kaki di wilayah Bogor merasa kurang memadai dalam hal alat produksi 60, modal 51 dan SDM 64. Dalam hal alat produksi,
hasil observasi menunjukkan bahwa sebagian besar pelaku usaha masih menggunakan alat-alat produksi manual, sehingga hal ini akan berdampak
pada mutu dan kuantitas produksinya. Hal ini sebenarnya dapat diatasi dengan memanfaatkan keberadaan UPT, yang notabene berfungsi sebagai
workshop untuk melayani pengrajin-pengrajin yang tidak memiliki peralatan memadai.
Di lain hal, kepemilikan modal yang kurang memadai jelas terlihat dari banyaknya pelaku usaha yang menggunakan modal dari pihak grosir,
meski posisi tawarnya menjadi lemah. Berdasarkan hasil interview, masalah lain yang terjadi adalah keterbatasan SDM, dimana hal ini terlihat dari
beberapa jumlah order yang tidak terpenuhi akibat kekurangan tenaga kerja. Biasanya pada saat puncak peak season dengan order melimpah, para
pelaku usaha sering mengalami kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja yang memadai, para tenaga kerja lebih memilih untuk bekerja di bengkel-
bengkel kerja yang lebih besar dengan upah lebih besar.
Usaha alas kaki memiliki posisi berbeda-beda bagi para pelakunya. Ada yang menjadikan usaha ini sebagai tambahan pendapatan keluarga, dan
menempatkannya sebagai sumber utama pendapatan keluarga. Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa, usaha alas kaki ini sangat menjadi
sumber utama pendapatan keluarganya 70. Hal ini dapat dimengerti karena sebagian besar pelaku usaha alas kaki, yaitu 87 darinya tidak
memiliki usaha lain atau usaha sampingan. Usaha alas kaki di wilayah Bogor juga merupakan tumpuan hidup bagi mayoritas pelakunya, mayoritas pelaku
usaha 66 menyatakan bahwa sekitar 76 sampai 100 kebutuhan keluarga, terpenuhi melalui pendapatan dari usaha alas kaki.
28
Gambar 8 Grafik Lama usaha
Gambar 9 Grafik Jenis usaha
Gambar 10 Grafik Omset rataan per bulan kodi
Gambar 11 Grafik Omset rataan per bulan Juta
10 20
30 40
50
Omset rata- rata per
bulan kodi : 100
13 100-250
15 250-400
1 400
1 44
50
3 3
29
Gambar 12 Grafik Kepemilikan alat produksi
Gambar 13 Grafik Kepemilikan modal
Gambar 14 Grafik Kepemilikan SDM
10 20
30 40
50 60
Kepemilikan alat produksi
: Sangat
kurang memadai
Kurang memadai
Memadai Sangat
memadai 1
18 10
1 3
60 34
3
Orang Persentase
20 40
60
Kepemilikan modal :
Sangat kurang
memadai Kurang
memadai Memadai
Sangat memadai
4 15
11 13
51 36
Orang Persentase
30
Gambar 15 Grafik Posisi usaha bagi pendapatan keluarga
Gambar 16 Grafik Terpenuhinya kebutuhan pengusaha
Gambar 17 Grafik Kepemilikan usaha lain