Pembahasan Feasibility Analysis and Development of a Drift Gillnet Fisheries in Banten Bay

5.7 Pembahasan

Aspek teknik unit penangkapan jaring insang hanyut di Pelabuhan Perikanan Nusantara Karangantu, Teluk Banten. Jaring insang hanyut yang digunakan memiliki ukuran 20 piece dengan panjang 1 piece sama dengan 36 meter dengan tinggi 6 meter dalam satu setnya dan memiliki pemberat tambahan batu yang memiliki bobot 1,5 kg yang diikatkan pada tali pelampung tanda. Pemberat tambahan tersebut berfungsi untuk mempermudah pada saat penurunan jaring agar jaring dapat terentang sempurna. Selain itu, terdapat pula pelampung besar yang terbuat dari bahan plastik dengan panjang 25 cm dan memiliki ukuran diameter 15 cm. Pelampung besar tersebut diikatkan pada setiap piece jaring insang hanyut yang akan dioperasikan. Hal ini berfungsi untuk mengapungkan jaring insang hanyut sehingga berada pada kolom perairan. Kapal yang digunakan dalam pengoperasian jaring insang hanyut memiliki ukuran panjang LOA 9 m, lebar b 2,5 m, dalam D 1 m dan draft d 0,35 m. Kapal ini menggunakan mesin yang bersifat outboard dengan jenis mesin dongfeng berkekuatan sebesar 16 PK. Operasi penangkapan jaring insang hanyut di PPN Karangantu, Teluk Banten umumnya bersifat One Day Fishing atau satu hari melaut. Jaring insang hanyut dioperasikan pada kolom perairan. Tahap pengoperasian jaring insang hanyut meliputi tahapan persiapan pengecekan kapal dan mesin serta persiapan perbekalan, tahapan penurunan jaring waktu yang diperlukan 15 menit, tahapan penghanyutan jaring dibiarkan jaring dalam posisi hanyut sekitar 60 menit, dan penarikan jaring penarikan pelampung tanda terakhir hingga pemberat sekitar 60-90 menit. Nelayan yang mengoperasikan alat tangkap ini berjumlah 3-4 orang. Pada umumnya musim penangkapan jaring insang hanyut terbagi menjadi musim puncak atau ikan dengan jumlah berlimpah pada bulan Mei hingga Agustus, musim sedang atau ikan dengan jumlah sedang pada bulan September hingga Januari dan musim paceklik atau ikan dengan jumlah sedikit pada bulan Februari hingga April. Jenis ikan hasil tangkapan jaring insang hanyut di PPN Karangantu adalah ikan kembung, tongkol, golok-golok, dsb. Daerah penangkapannya umumnya di Perairan Teluk Banten, Pulau Pamuyan dan Pulau Tunda. Nelayan dalam menentukan fishing ground menggunakan tanda-tanda yang terjadi pada laut seperti adanya burung-burung, adanya warna perairan yang berbeda dan sebagainya. Aspek finansial terdiri atas analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha terdiri atas investasi, biaya variabel, biaya tetap, penerimaan dan pendapatan usaha. Investasi untuk usaha perikanan jaring insang hanyut membutuhkan uang sebesar Rp 43.050.000,00 untuk pembelian kapal, mesin dan jaring. Umur teknis merupakan ukuran umum yang ditetapkan berdasarkan jangka waktu aset dari segi teknis. Umur teknis kapal, mesin dan alat tangkap berbeda. Biaya penyusutan yang harus dikeluarkan untuk kapal sebesar Rp 3.000.000,00tahun, mesin sebesar Rp 1.670.000,00tahun dan jaring sebesar Rp 2.350.000,00tahun. Selain biaya investasi nelayan juga mengeluaran biaya variabel. Biaya variabel yang harus dikeluarkan oleh nelayan sebesar Rp 74.573.973,00tahun untuk pengeluaran solar, es, air tawar, perbekalan, retribusi dan upah tenaga kerja. Biaya variabel hanya dikeluarkan pada saat melakukan operasi penangkapan jaring insang hanyut. Biaya tetap yang harus dikeluarkan oleh nelayan sebesar Rp 11.554.000,00tahun untuk pengeluaran biaya penyusutan, biaya perawatan, SIUP dan PASS. Biaya tetap harus tetap dikeluarkan walaupun tidak melakukan operasi penangkapan jaring insang hanyut. Biaya ini jumlahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan jumlah produksi. Penerimaan yang didapatkan oleh nelayan sebesar Rp 99.857.300,00tahun dari hasil penjualan hasil tangkapan ikan. Nilai payback period usaha penangkapan jaring insang hanyut 3,13 tahun menunjukkan bahwa dibutuhkan kurang dari 4 tahun untuk menggembalikan modal investasi dengan menggunakan seluruh pendapatan yang didapatkan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh pendapatan mengembalikan investasi secara tepat waktu. Apabila hal tersebut dilakukan, nelayan tidak memiliki pemasukan untuk pembiayaan kehidupan sehari-hari sehingga nelayan menjadi miskin. Dalam analisis finansial perlu dilakukan penyusunan Cashflow. Cashflow merupakan arus manfaat bersih sebagai hasil pengurangan arus biaya terhadap arus manfaat yang didapatkan dari usaha perikanan jaring insang hanyut yang dijalankan. Cashflow terdiri atas inflow arus penerimaan, outflow arus pengeluaran dan net benefit manfaat bersih. Analisis Cashflow dilakukan dengan umur proyek yaitu 10 tahun. Hal tersebut dikarenakan umur teknis kapal hingga 10 tahun. Pada analisis usaha dapat dilihat bahwa jumlah biaya tetapnya berbeda dengan biaya tetap pada Cashfow. Hal ini dikarenakan pada biaya tetap analisis usaha ditambahkan biaya penyusutan investasi sedangkan pada Cashflow tidak ada biaya penyusutan investasi. Analisis kriteria investasi menunjukkan usaha penangkapan jaring insang hanyut layak untuk dilaksanakan karena diperoleh NPV 0, Net BC 1, dan IRR tingkat suku bunga yang berlaku yaitu sebesar 14. Secara finansial baik dalam analisis usaha dan analisis kriteria investasi unit usaha penangkapan jaring insang hanyut layak untuk dikembangkan. Analisis sensitivitas menggunakan metode switching value analisis nilai pengganti. Metode tersebut mengukur perubahan maximum dari perubahan suatu komponen inflow dan outflow. Analisis sensitivitas jaring insang hanyut terhadap kenaikan harga solar dan penurunan hasil tangkapan menyebabkan usaha penangkapan jaring insang hanyut di Teluk Banten menjadi tidak layak untuk dikembangkan. Hasil analisis sensitivitas terhadap kenaikan harga solar sebesar 85,30 dan penurunan hasil tangkapan sebesar 21,20. Hal ini dapat diartikan bahwa usaha unit penangkapan jaring insang hanyut sangat sensitif terhadap penurunan hasil tangkapan dibandingkan dengan kenaikan harga BBM. Jumlah konsumsi BBM pada jaring insang hanyut tidak besar dan dapat tertutupi oleh hasil tangkapan nelayan yang melimpah. Penurunan harga hasil tangkapan berpengaruh terhadap total penerimaan sedangkan kenaikan harga solar berpengaruh kepada total biaya variabel. Jadi perubahan terhadap hasil tangkapan sangat mempengaruhi usaha jaring insang hanyut. Pola distribusi jaring insang hanyut dibagi menjadi 4 rantai pemasaran yaitu pemasaran 1 nelayan-bakul-pedagang besar-konsumen luar kota, pemasaran 2 nelayan-pengecer-konsumen lokal, pemasaran 3 nelayan-bakul-pedagang besar- konsumen luar daerah, dan pemasaran 4 nelayan-pengolah. Harga jual hasil tangkapan jaring insang hanyut dari nelayan ke bakuljuragan ditentukan oleh juraganbakul dan bersifat konstan karena tidak dipengaruhi musim penangkapan. Penentuan harga tersebut dikarenakan nelayan memiliki utang kepada bakuljuragan. Hal ini mengakibatkan nelayan terikat untuk menjual hasil tangkapannya kepada bakuljuragan. Nelayan merugi karena seharusnya nelayan dapat memperoleh harga jual hasil tangkapan yang lebih besar jika dijual kepada pihak lain. Distribusi hasil tangkapan ikan yaitu untuk konsumen luar kota Jakarta dan Bogor dan lokal sekitar Serang. Aspek sosial berkaitan erat dengan kehidupan nelayan. Nelayan di PPN Karangantu terbagi menjadi dua yaitu nelayan lokal dan nelayan pendatang. Kehidupan sosial nelayan jaring insang hanyut di Teluk Banten dapat digolongkan miskin. Hal ini dapat terlihat dari kondisi pemukiman nelayan jaring insang hanyut yang tergolong kumuh. Pemukiman nelayan tersebut umumnya terdiri atas rumah-rumah semi permanen yang dihuni oleh 2-3 kepala keluarga serta pendapatan nelayan yang dapat digolongkan kecil dengan jumlah tanggungan keluarga yang cukup banyak. nelayan melakukan kegiatan darat pada saat musim paceklik, tidak adanya modal untuk melaut dan cuaca buruk. Kegiatan di darat yang umumnya nelayan kerjakan yaitu berdagang atau bekerja di pasar, kuli bangunan, penyerut kayu, dan sebagainya. Strategi pengembangan usaha perikanan jaring insang hanyut di Teluk Banten terdiri atas kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Kekuatan terdiri atas pengalaman nelayan jaring insang hanyut dalam kegiatan penangkapan ikan, kerjasama yang baik dalam kegiatan penangkapan ikan, tingginya tingkat daya beli masyarakat dan usaha jaring insang hanyut menguntungkan untuk dijalankan. Kelemahan terdiri atas rendahnya tingkat teknologi penangkapan, tingkat pendidikan nelayan masih rendah, harga hasil tangkapan yang tidak dapat bersaing dan keterbatasan modal untuk mengembangkan usaha. Peluang terdiri atas nelayan jaring insang hanyut rajin melaut, hubungan kekeluargaan yang erat antara pemilik kapal dan ABK, tingginya permintaan pasar luar daerah dan tngginya kesempatan kerja pada usaha jaring insang hanyut. Ancaman pada usaha terdiri atas cuaca buruk, persaingan dengan nelayan pendatang, penurunan hasil tangkapan dan meningkatnya harga kebutuhan melaut. Penentuan faktor internal dan eksternal tersebut berdasarkan keadaan yang terjadi di lapangan yaitu PPN Karangantu, Teluk Banten. Berdasarkan hasil analisis SWOT didapatkan 3 strategi utama yang baik dijalankan untuk pengembangan jaring insang hanyut. Strategi pertama untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan permintaan pasar luar daerah. Strategi kedua untuk dikembangkan dengan memanfaatkan kerjasama yang baik antar nelayan, rajinnya nelayan dalam melaut, dan tingginya permintaan pasar luar daerah. Strategi ketiga agar mendapatkan keuntungan yang optimal dan mampu beradaptasi terhadap cuaca buruk serta mampu beradaptasi terhadap harga kebutuhan yang meningkat melaut. Usaha penangkapan jaring insang hanyut di Teluk Banten merupakan unit usaha penangkapan yang harus dipertahankan dan dikembangkan. Berdasarkan aspek teknis, alat tangkap jaring insang hanyut merupakan alat tangkap yang ramah lingkungan. Unit penangkapan ini juga mendapatkan keuntungan yang cukup. Berdasarkan analisis finansial, usaha penangkapan jaring insang hanyut layak untuk dikembangkan karena nilai-nilai yang didapat memenuhi kriteria layak. Alat tangkap jaring insang hanyut sensitivitas terhadap penurunan harga jual hasil tangkapan. Oleh sebab itu, perlu adanya kebijakan pemerintah berupa subsidi solar khusus kepada nelayan dan penentuanpenetapan harga jual hasil tangkapan yang menguntungkan untuk nelayan. 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan