2.3.4 Metode pengoperasian
Menurut Miranti 2007 metode pengoperasian alat tangkap jaring insang secara umum terdiri atas beberapa yaitu:
1 Persiapan yang dilakukan nelayan meliputi pemeriksaaan alat tangkap,
kondisi mesin, bahan bakar kapal, perbekalan, es dan tempat untuk menyimpan hasil tangkapan;
2 Pencarian daerah penangkapan ikan DPI, berdasarkan pengalaman melaut
nelayan yaitu dengan mengamati kondisi perairan seperti banyaknya gelembung-gelembung udara, warna perairan serta adanya burung-burung di
atas perairan yang mengindikasikan adanya schooling ikan; 3
Pengoperasian alat tangkap yang terdiri atas penurunan jangkar, tali pemberat, jaring, tali ris atas, dan tali pelampung setting, perendaman
jaring soaking, pengangkatan jangkar, tali ris atas, tali pemberat dan jaring hauling;
4 Tahap penanganan hasil tangkapan adalah pelepasan ikan hasil tangkapan
dan jaring untuk kemudian disimpan pada suatu wadah. Menurut Hadian 2005, pengoperasian jaring insang hanyut biasanya
dilakukan pada malam hari. Pada saat nelayan tiba, kecepatan kapal atau perahu dikurangi dan nelayan bersiap untuk melakukan setting. Setting dimulai dengan
menurunkan pelampung tanda, badan jaring kemudian jangkar. Setting membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit. Pada saat setting, arah perahu
berlawanan dengan arus dan berada dalam keadaan stabil serta kecepatan rendah. Setelah seluruh jaring diturunkan ke dalam air, mesin perahu dimatikan dan jaring
dibiarkan hanyut terbawa arus selama kurang lebih 4 jam. Jaring insang hanyut kemudian dinaikkan ke atas perahu. Hauling dilakukan dari sebelah kiri perahu
atau kapal, satu orang menarik jaring pada tali ris atas, dua orang menarik jaring pada bagian bawah dan memisahkan hasil tangkapan serta satu orang bertugas
dalam mengurus pelampung.
2.3.5 Daerah pengoperasian
Jaring insang hanyut dapat dioperasikan di dasar perairan, kolom perairan dan dipermukan perairan Subani dan Barus 1989.
2.3.6 Hasil tangkapan
Jenis-jenis hasil tangkapan jaring insang hanyut yaitu ikan-ikan pelagis kecil antara lain : kembung Rastrelliger spp., selar bentong Selaroides
crumenopthalmus, japuh Sardinella spp., lemuru Sardinella sirm, golok-golok
Chirocentrus dorab, tenggiri Scomberomerous spp., tongkol Auxis thazard
dan lain-lain Direktorat Jendral Perikanan 1994.
2.4 Pengembangan Usaha Perikanan Tangkap
Pengembangan usaha perikanan tangkap dapat terlaksana melalui kebijakan dan program yang berdasarkan pada pendekatan sistem usaha perikanan tangkap.
Kebijakan yang dapat ditempuh untuk merealisasikan tujuan industri perikanan tangkap, yaitu : 1 Optimalisasi tingkat penangkapan ikan sesuai potensi lestari; 2
Penanganan dan pengolahan hasil penangkapan ikan; 3 Transportasi dan pemasaran hasil tangkapan ikan; 4 Pengembangan sarana prasarana; 5 Sistem
usaha kemitraan usaha perikanan secara terpadu. Strategi yang digunakan dalam pengembangan sumberdaya perikanan adalah analisis SWOT. Hal ini dikarenakan
memiliki kelebihan yaitu : sederhana, fleksibel, menyeluruh, menyatukan dan berkolaborasi. Analisis ini untuk mengetahui keterkaitan antara faktor internal
dengan faktor eksternal sehingga dapat menghasilkan alternatif strategis Rangkuti 2005.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini berdasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan strengths dan peluang opportunities, dan meminimalkan kelemahan weaknesses dan ancaman threats. Proses
pengambilan keputusan strategis berkaitan dengan pengembangan nilai, tujuan, strategis dan kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencana strategis
strategic planner harus dapat menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman dalam kondisi yang ada pada saat
ini Rangkuti 2005. Analisis SWOT dapat diterapkan dalam tiga hal untuk membuat keputusan
yang bersifat strategis yaitu : 1 analisis SWOT memungkinkan para pengambil keputusan kunci dalam suatu perusahaan menggunakan kerangka berpikir yang
logis, identifikasi dan analisis berbagai alternatif yang layak untuk dipertimbang