Hambatan Masuk Pasar TINJAUAN PUSTAKA

1. Hambatan Eksogen Hambatan eksogen merupakan hambatan untuk masuk ke dalam pasar yang sifatnya berada diluar kontrol dari leading firms dan merupakan suatu penyebab fundamental yang tidak dapat diubah. a. Capital Modal Perusahaan yang dominan dan ukurannya lebih besar akan memperoleh keuntungan berupa biaya yang murah dan persediaan modal yang cukup. Ini akan menjadi hambatan untuk masuk bagi industri yang bersifat padat modal capital intensive. b. Skala Ekonomi Skala ekonomi yang besar akan membuka pendatang baru untuk berproduksi pada tingkat yang sama. Penambahan output oleh perusahaan baru mungkin relatif lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah permintaannya. Akibatnya harga produk akan jatuh, bahkan mungkin dibawah kurva biaya perusahaan baru tersebut. Sehingga tidak ada tempat bagi perusahaan lama dapat memenuhi jumlah permintaan yang efisien. c. Diferensiasi Produk Diferensiasi produk muncul karena strategi periklanan dan pemasaran yang bertujuan untuk memberikan pilihan bagi konsumen terhadap produk merek tertentu. d. Diversifikasi Perusahaan yang melakukan diversifikasi dapat melimpahkan sumberdaya yang berlebih pada setiap cabang untuk mencegah masuknya pendatang baru. e. Intensitas Penelitian dan Pengembangan Pendatang baru yang ingin berpartisipasi dalam pasar yang mengandalkan keunggulan teknologi memerlukan biaya penelitian dan pengembangan yang besar. f. High Durability of Firm Spesific Capital Sunk cost adalah investasi yang dikeluarkan oleh investor yang tidak memiliki kegunaan lain selain untuk poyek tersebut, atau dimana investasi tersebut tidak dapat dijual kembali untuk kegiatan industri lain. Sunk cost yang besar akan mengurangi keinginan dari pendatang baru masuk ke dalam pasar karena resiko yang terlalu besar. g. Integrasi Vertikal Jika integrasi vertikal efisien, pesaing harus masuk dalam dua tigkatan atau lebih agar dapat menyesuaikan dengan struktur biaya perusahaan lama. Hal ini membutuhkan banyak modal, penelitian dan pengembangan yang sering menaikkan resiko. 2. Hambatan Endogen Hambatan yang termasuk ke dalam hambatan endogen antara lain kebijakan harga dari establish firm, penciptaan kelebihan kapasitas, image dari loyalitas merk suatu produk, strategi penguasaan produk, dan strategi bahan baku.

2.2.2. Perilaku Industri

Greer dalam Sofriza 2002 menyatakan bahwa conduct adalah perilaku perusahaan dalam menentukan harga, tingkat produksi, produk, iklan, dan perilaku terhadap pesaingnya kolusikartel. Fokus utama dari perilaku perusahaan adalah bagaimana perusahaan bereaksi terhadap kondisi struktur pasar indutri dan interaksi pesaingnya. Kontrol terhadap harga menggambarkan kekuasaan perusahaan atas market power. Market power adalah kemampuan perusahaan untuk memengaruhi harga pasar dan atau mengalahkan pesaing. Perilaku akan berdampak pada strategi perusahaan, keuntungan perusahaan, hambatan untuk memasuki pasar, posisi perusahaan dalam industri, dan memengaruhi perilaku pesaingnya. Menurut Hasibuan 1993, yang perlu diperhatikan dalam menilai derajat persaingan suatu pasar adalah perilaku dari peusahaan-perusahaan yang berada dalam industri yang bersangkutan. Perilaku dalam hal ini adalah pola tanggapan dan penyesuaian suatu industri di dalam pasar untuk mencapai tujuannya. Suatu industri melakukan penyesuaian untuk melakukan peranannya di dalam pasar sehingga tercapai tujuannya. Perilaku ini jelas terlihat pada penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga kebijaksanaan produk. Dalam pengertian koordinasi terjadi sangat luas seperti kolusi.

2.2.3. Kinerja Pasar

Kinerja pasar atau industri adalah hasil kerja yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri Hasibuan,1993. Kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, antara lain adalah produktivitas, kemajuan teknologi, dan keadilan. 1. Produktivitas Kohler’s Dictionary for Accountants dalam Moelyono 1993 menyatakan bahwa produktivitas didefinisikan sebagai hasil yang didapat dari setiap proses produksi dengan menggunakan satu atau lebih faktor produksi. Produktivitas dapat dinyatakan dalam ukuran fisik physical productivity dan ukuran financial financial productivity. Secara umum produktivitas dapat dilihat sebagai ukuran efisiensi dalam memproduksi output dengan sejumlah input tertentu dalam suatu proses produksi dan dalam periode tertentu. Ukuran produktivitas ini didasarkan pada rasio indeks output agregat terhadap kuantitas input tertentu, terutama input tenaga kerja Purba, 2005. Faktor-faktor produksi atau input tersebut terkait langsung dengan pertumbuhan produktivitas. 2. Kemajuan Teknologi Melalui penemuan dan pembaharuan teknologi, orang dapat membuat suatu karya yang baru serta meningkatkan produktivitas suatu produksi barang yang sudah ada. Jika hal ini bekerja dengan baik, produksi-produksi baru ditawarkan, biaya-biaya menurun, dan harga-harga yang turun akan memperbesar keuntungan konsumen Jaya, 2001. 3. Keadilan Keadilan yang dimaksud dalam hal ini adalah keadilan dalam hal pendistribusian. Hal ini sangat erat kaitannya dengan efisiensi dalam pengalokasian. Keadilan memiliki tiga dimensi pokok yaitu kesejahteraan, pendapatan dan kesempatan.

2.3. Efisiensi Industri

Nilai output suatu industri pengolahan merupakan nilai keluaran yang dihasilkan dari proses kegiatan industri yang berupa barang yang dihasilkan, tenaga listrik yang dijual, jasa industri, keuntungan jual beli, pertambahan stok barang setengah jadi dan penerimaan lain Statistik Indonesia, 2009. Sedangkan biaya input adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses industri yang berupa bahan baku, bahan bakar, barang lainnya diluar bahan bakubahan penolong, jasa industri, sewa gedung, dan biaya jasa non industri Statistik Indonesia, 2009. = 2.1 Menurut Badan Pusat Statistik 2000, efisiensi merupakan hasil dari biaya input yang dibagi dengan nilai output persamaan 2.1. Efisiensi ini digunakan untuk melihat perbandingan antara input yang dipakai dengan output yang dihasilkan. Ketika nilai efisiensi turun dari 0,64 menjadi 0,60 berarti biaya yang diperlukan oleh industri besar dan sedang dalam menghasilkan setiap satu rupiah output turun dari 0,64 rupiah menjadi 0,60 rupiah. Maka dari itulah jika nilai efisiensi menurun maka dapat dikatakan efisiensi semakin baik, dikarenakan biaya input yang digunakan menurun. Namun sebaliknya jika nilai efisiensi meningkat, maka dikatakan efisiensi dari suatu industri menurun karena untuk menghasilkan satu satuan output dibutuhkan biaya yang lebih besar Probokawuryan, 2010.

2.4. Penelitian Terdahulu

Sunengcih 2009 dalam penelitiannya yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Minuman Ringan di Indonesia, menggunakan pendekatan Structure Conduct Performance SCP dan Ordinary Least Square OLS untuk melihat bagaimanakah struktur, perilaku dan kinerja industri minuman ringan di Indonesia, serta faktor-faktor apa saja yang memengaruhi kinerja industri tersebut. Hasil penelitian menunjukkan struktur pasar dalam industri minuman ringan adalah oligopoli sedang. Berdasarkan analisis perilaku perusahaan pada industri minuman ringan di Indonesia perilaku yang terjadi adalah strategi produk, strategi harga dan strategi promosi. Hasil estimasi model menunjukkan bahwa dari empat variabel independen CR 4 , efisiensi, MES, dan Usaha atau jumlah perusahaan yang dirumuskan berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen adalah efisiensi dan Usaha jumlah perusahaan. Penelitian Putra 2009 yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Pulp dan Kertas di Indonesia juga menggunakan pendekatan Structure Conduct Performance SCP dan Ordinary Least Square OLS. Industri pulp dan kertas memiliki struktur industri tergolong oligopoli ketat. Perilaku yang terjadi dalam industri ini adalah strategi produk, strategi harga dan strategi distribusi. Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja industri pulp dan kertas secara signifikan adalah Growth, efisiensi, MES dan ekspor. Sedangkan variabel yang tidak berpengaruh nyata terhadap kinerja adalah CR 4 dan krisis. Berdasarkan analisis Structure Conduct Performance SCP dalam penelitian Winsih 2007 yang berjudul Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Manufaktur Indonesia, industri ini memiliki struktur oligopoli longgar, sedang dan ketat. Sedangkan perilaku pasarnya dapat dilihat dari strategi harga, strategi produk dan promosi, strategi distribusi dan perilaku kolusi. Dengan