Uji Autokorelasi Uji Heteroskedastisitas

Korelasi serial ditemukan jika error pada periode waktu yang berbeda saling berkorelasi. Jika ditemukan korelasi serial, maka model menjadi tidak efisien meskipun tidak bias dan konsisten. Tabel 3.2. Kerangka Identifikasi Autokorelasi Nilai D W Hasil 4-d 1 D W 4 Tolak H , korelasi serial negatif 4-d 1 D W 4-d 1 Hasil tidak dapat ditentukan 2 D W 4-d u Terima H , tidak ada korelasi serial d u D W 2 Terima H , tidak ada korelasi serial d 1 D W d u Hasil tidak dapat ditentukan 0 D W d 1 Tolak H , korelasi serial positif Sumber : Gujarati, 1995

f. Uji Heteroskedastisitas

Suatu fungsi dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas tidak terjadi heteroskedastisitas atau memiliki ragam error yang sama. Heteroskedastisitas tidak merusak ketakbiasan dan konsistensi dari penaksir Ordinary Least Square OLS, tetapi penaksir tadi tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun besar yaitu asimtotik Gujarati, 1978. Gejala adanya Heteroskedastisitas dapat ditunjukkan oleh Probability ObsR-squared pada uji Heteroskedasticity. Kriteria uji yang digunakan : 1. Jika nilai Probability ObsR-squared taraf nyata α yang digunakan, maka persamaan tidak mengalami heteroskedastisitas. 2. Jika nilai Probability ObsR-squared taraf nyata α yang digunakan, maka persamaan mengalami heteroskedastisitas.

g. Uji Normalitas

Uji ini dilakukan kerena data yang digunakan kurang dari 30. Uji ini digunakan untuk melihat apakah error term mendekati distribusi normal. Kriteria uji yang digunakan : 1. Jika diperoleh nilai probabilitas Jarque Bera ≥ taraf nyata α, maka model tidak memiliki masalah normalitas masalah normalitas atau dapat dikatakan error term terdistribusi secara normal. 2. Jika diperoleh nilai probabilitas Jarque Bera ≤ taraf nyata α, maka model memilki masalah normalitas atau dapat dikatakan error term tidak terdistribusi secara normal.

IV. GAMBARAN UMUM

4.1. Karakteristik Industri Alas Kaki

Industri alas kaki di Indonesia sangat beragam dan tersebar di banyak provinsi dengan bentuk industri kecil, sedang dan besar. Mereka masing-masing memiliki segmen pasar yang berbeda-beda. Industri alas kaki dalam skala kecil memiliki karakteristik bersifat padat karya yaitu lebih menekankan pada penggunaan tenaga kerja daripada modal, sensitif terhadap perubahan model dan masih menggunakan teknologi yang sederhana. Biasanya industri alas kaki yang berskala kecil merupakan usaha turun temurun keluarga yang melibatkan semua anggota keluarga dan memiliki pekerja kurang dari 20 orang. Industri kecil ini masih sulit untuk mengembangkan usahanya. Hal ini dikarenakan masih kurangnya kesadaran untuk meningkatkan dan menjaga kualitas, selain itu masih sulitnya mendapatkan modal dan kesulitan dalam mendistribusikan hasil produksi. Hasil produk industri alas kaki berskala kecil ini biasanya berupa alas kaki keperluan sehari-hari, beberapa jenis diantaranya adalah sepatu kulitkasual dan sandal kulit yang sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan lokal. Industri alas kaki dalam skala besar pada umunya berupa pabrikan untuk membuat produk bermerk branded berdasarkan job order dari pemegang merk terkenal buyer di luar negeri, seperti produk alas kaki Nike, Adidas atau Reebok. Keseluruhan bahan baku, design, dan teknologi berasal dari pihak buyer, sehingga kesempatan bagi pabrikan untuk mengembangkan design dan merk mereka sendiri sangat kecil. Jenis produk yang dihasilkan oleh industri besar pada