0.00000 5.00000
10.00000 15.00000
20.00000 25.00000
30.00000 35.00000
40.00000 45.00000
1984 1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004 2006 2008
Per se
n
alas kaki turun. Tahun selanjutnya keuntungan kembali meningkat, meskipun dari tahun 1991 hingga tahun 2008 cukup berfluktuatif, namun besarannya tidak
terlalu jauh dengan rata-rata sebesar 33,04 persen. Rata-rata nilai keuntungan industri alas kaki cukup besar untuk dapat menarik investor masuk dalam industri
ini jika dibandingkan simpanan bank yang paling besar memberikan suku bunga deposito hanya 7 persen per tahun BI, 2011.
Produktivitas merupakan
perbandingan nilai tambah dengan nilai
inputnya. Periode tahun 1984 hingga 2008, rata-rata nilai produktivitas industri alas kaki sebesar 73,30 persen. Nilai produktivitas terbesar dicapai pada tahun
1986 yaitu sebesar 112,85 persen. Hal ini diakibatkan karena nilai tambah industri pada tahun 1986 lebih besar dibanding nilai inputnya. Tahun 2004 industri alas
kaki memiliki nilai produktivitas terendah yaitu sebesar 53,50 persen. Hal ini diduga karena banyaknya barang impor dari China yang masuk ke Indonesia,
barang impor tersebut dikenal karena harganya yang murah. Oleh karena itu, agar dapat bertahan dalam persaingan tersebut, produsen dalam negeri menetapkan
harga yang rendah, sehingga menyebabkan nilai tambahnya semakin kecil. Namun, secara keseluruhan nilai produktivitas industri alas kaki termasuk besar
dibandingkan nilai produktivitas X-eff industri lain, seperti industri pulp dan kertas yang diteliti oleh Putra 2009 dalam periode tahun 1990 sampai 2006, nilai
produktivitas yang dihasilkan adalah sebesar 57,59 persen. Nilai produktivitas yang besar dalam industri alas kaki ini menunjukkan bahwa industri ini produktif
dalam menghasilkan output dan efisien dalam penggunaan biaya inputnya.
5.4. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Industri
Analisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja industri alas kaki di Indonesia dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linier berganda atau
Ordinary Least Square OLS. Analisis ini dilakukan untuk melihat apa saja faktor-faktor yang memengaruhi kinerja industri alas kaki.
5.4.1. Hasil Uji Ekonometrika
Faktor-faktor yang digunakan sebagai variabel independen dalam analisis ini adalah rasio konsentrasi empat perusahaan terbesar CR
4
, produktivitas PROD, nilai efisiensi tenaga kerja TK, dan nilai produksi PR, sedangakan
variabel dependennya adalah Price Cost Marginal PCM. Variabel-variabel tersebut akan digunakan untuk melihat model persamaan terbaik. Untuk mendapat
hasil regresi yang baik, kelima variabel harus diuji asumsi klasik, yaitu uji normalitas, homoskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinearitas agar variabel
yang digunakan memenuhi asumsi OLS sebagai estimator penduga yang bersifat BLUE Best Linier Unbiased Estimator.
Pengujian normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term mendekati distribusi normal karena data yang digunakan kurang dari 30. Hasil
estimasi menunjukkan bahwa probabilitasnya adalah 0,010. Nilai tersebut lebih besar atau sama dengan taraf nyata 1 persen α = 0,01, sehingga terima H
yaitu error term mendekati distribusi normal Lampiran 5.
Untuk pengujian heteroskedastisitas dapat dilihat dari Uji White dalam Lampiran 6. Pengujian ini dilakukan agar kesalahan pengganggu tidak konstan
pada semua variabel independen. Uji White digunakan untuk melihat apakah terdapat heteroskedastisitas dalam hasil regresi. Nilai p-value dan probabilitas F-
statistic menunjukkan nilai lebih besar dari taraf nyata 5 persen α = 0,05, sehingga terima H
yaitu homoskedastisitas. Pengujian autokorelasi dilakukan untuk mengetahui adanya hubungan
antara residual satu observasi dengan residual observasi lainnya. Autokorelasi dapat dilihat dengan menggunakan uji Durbin Watson dalam Tabel 5.1.. Hasil
estimasi menunjukkan Durbin-Watson statistic DW adalah 2,31558, nilai ini mendekati 2 sehingga dapat dikatakan tidak ada korelasi. Uji autokorelasi juga
dilihat dari Tabel 3.2 dimana nilai DW lebih besar dari 2 dan lebih kecil dari 4-d
u
d
l
= 0,83 dan d
u
= 1,52 sehingga tidak ada autokorelasi pada taraf nyata 1 persen α = 0,01.
Uji multikolinearitas dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear antara beberapa atau semua variabel bebas dari model regresi. Pada
penelitian ini, uji multikolinearitas dilihat dari nilai VIF. Tabel 5.1. menunjukkan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinearitas.
5.4.2. Hasil Estimasi Model
Variabel-variabel yang digunakan dalam analisis faktor-faktor yang memengaruhi kinerja telah memenuhi asumsi OLS, langkah selanjutnya adalah
melakukan analisis regresi yang hasilnya dapat dilihat pada tabel 5.1..