23 Pengukuran kinerja organisasi publik dapat dilakukan dengan
menggunakan indikator kinerja. Konsep pengukuran kinerja pemerintah dimulai dari pengukuran terhadap tingkat kehematan ekonomi dan
tingkat kepatuhan terhadap peraturan yang berlaku dalam kegiatan pemrolehan procurement, input, dilanjutkan dengan pengukuran tingkat
efisiensi dalam proses pengolahan input menjadi output dan diakhiri dengan pengukuran tingkat efektivitas output terhadap programkegiatan
yang sudah ditetapkan outcome Rai, 2011. Beberapa penelitian menggunakan pengukuran kinerja diantaranya
adalah sebagai berikut:
a. Rasio Kemandirian
Rasio ini menggambarkan ketergantungan daerah terhadap sumber dana ekstern dan tingkat partisipasi masyarakat dalam
pembangunan daerah. Semakin tinggi rasio kemandirian berarti semakin tinggi partisipasi masyarakat dalam membayar pajak dan
retribusi daerah yang merupakan komponen utama pendapatan asli daerah yang akan digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan
mesyarakat Wakhyudi dan Tarunasari, 2013. Menurut Halim dan Kusufi 2012 rasio kemandirian
menunjukkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai sendiri kegiatan pemerintahan, pembangunan, dan pelayanan kepada
masyarakat yang telah membayar pajak dan retribusi sebagai sumber keuangan yang diperlukan daerah.
24 Kemandirian daerah ditunjukkan oleh besar kecilnya
pendapatan Asli Daerah PAD dibandingkan dengan total pendapatan transfer. Berikut rumus perhitungan rasio kemandirian:
Keterangan : KNJ
= Kinerja Keuangan PemerintahDaerah i
= Pemerintah KabupatenKota Kriteria untuk menentukan tingkat kemandirian pemerintah
daerah ditampilkan pada tabel 2.1 dibawah ini:
Tabel 2. 1 Kriteria Rasio Kemandirian
Kemampuan Keuangan
Kemandirian
Rendah Sekali 0 - 25
Rendah 25 - 50
Sedang 50 - 75
Tinggi 75 - 100
Sumber: Keputusan Mendagri No.690.900.327 Tahun 1996 dalam Soedarsa dan Putri 2014
b. Rasio Efisiensi
Secara sederhana, efisiensi merupakan perbandingan antara output dan input. Suatu organisasi dapat dikatakan efisien apabila
organisasi tersebut: 1 menghasilkan output yang lebih besar dengan menggunakan input tertentu; 2 menghasilkan output tetap untuk
input yang lebih rendah dari yang seharusnya; 3 menghasilkan produksi yang lebih besar dari penggunaan sumber dayanya; dan 4
mencapai hasil dengan biaya serendah mungkin Rai, 2011.
KNJ =
� �
� �
� �
25 Noviyanti dan Kiswanto 2016 mengukur rasio efisiensi
dengan membandingkan antara output dan input, dengan output adalah realisasi pengeluaran dan input adalah realisasi penerimaan.
Sedangkan, Masdiantini dan Erawati 2016 mengukur rasio efisiensi dengan membandingkan antara realisasi biaya untuk memperoleh
pendapatan dengan realisasi pendapatan. Semakin kecil rasio efisiensi berarti kinerja pemerintahan semakin baik.
Adapun kriteria untuk menetapkan efisiensi pengelolaan keuangan daerah dapat dilihat pada tabel 2.2 sebagai berikut:
Tabel 2. 2 Kriteria Penilaian Efisiensi Pengelolaan
Keuangan Daerah Kinerja
Keuangan Kriteria
100 ke atas 90 - 100
80 - 90 60 - 80
Dibawah 60 Tidak Efisien
Kurang Efisien Cukup Efisien
Efisien Sangat Efisien
Sumber: Kepmendagri No. 690.900.327 Tahun 1996 dalam Soedarsa dan Putri 2014
c. Rasio Aktivitas Daerah