Penyaluran KreditPembiayaan 1. Penyaluran KreditPembiayaan Sektoral

Perkembangan Perbankan Daerah Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 53 seperti Palembang, Lubuklinggau, Baturaja, Prabumulih, dan Musi Banyuasin mencatat penurunan DPK dibandingkan triwulan sebelumnya. DPK Kabupaten Musi Banyuasin tercatat mengalami penurunan di atas 10 atau tepatnya sebesar 10,34. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 68,46 dari total DPK Sumsel, sementara daerah yang mempunyai pangsa paling kecil adalah Kabupaten Musi Rawas dengan pangsa sebesar 0,16. 3.4. Penyaluran KreditPembiayaan 3.4.1. Penyaluran KreditPembiayaan Sektoral Laju pertumbuhan kreditpembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 26,30 dari tahun sebelumnya yoy. Meningkatnya penyaluran kreditpembiayaan dari Rp17,22 triliun menjadi Rp21,75 triliun ini antara lain terkait dengan peningkatan kredit di sektor pertambangan dan sektor pertanian dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 895,46 dan 63,02. Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Rp Triliun 2008 2009 Sektor Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Pertanian 2.13 2.59 2.84 2.98 3.48 Pertambangan 0.04 0.29 0.27 0.31 0.38 Perindustrian 2.36 3.07 3.06 2.91 2.07 Perdagangan 3.77 4.42 4.90 4.93 4.78 LGA 0.39 0.38 0.37 0.37 0.40 Konstruksi 1.18 1.42 1.57 1.28 1.32 Pengangkutan 0.25 0.27 0.26 0.28 0.27 Jasa Dunia Usaha 1.01 1.18 1.30 1.25 1.18 Jasa Sosial 0.23 0.27 0.23 0.20 0.20 Lain-lain 5.86 6.52 7.16 7.43 7.66 Total Kredit 17.22

20.41 21.97

21.94 21.75

Sumber : SEKDA Bank Indonesia Perkembangan Perbankan Daerah 54 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 Kredit pada sektor pertanian mengalami peningkatan sebesar 63,02 dibandingkan tahun sebelumnya. sedangkan kredit pada sektor lain-lain mengalami peningkatan sebesar 30,58 dibandingkan tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit tahunan yang cukup baik juga dialami oleh sektor perdagangan, sektor dunia usaha, sektor konstruksi, dan sektor angkutan masing-masing sebesar 26,89, 16,63, 11,90, dan 7,16. Pada triwulan ini , terdapat dua sektor ekonomi yang mengalami penurunan jumlah kredit secara tahunan, yakni sektor jasa sosial masyarakat dan sektor perindustrian yang masing-masing terkontraksi sebesar 12,20 dan 12,12. Menurut komposisinya, selain sektor lain-lain, penyaluran kredit didominasi pada sektor perdagangan, yaitu sebesar 21,98 dan disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dan sektor perindustrian masing-masing sebesar 16,00 dan 9,53. Dengan pangsa sebesar 21,98 dan pertumbuhan tahunan sebesar 26,89, sektor perdagangan memberi andil sebesar 13,73 terhadap pertumbuhan penyaluran kreditpembiayaan secara tahunan. Namun demikian, tingginya pertumbuhan tahunan penyaluran kreditpembiayaan di sektor perdagangan tidak diikuti dengan peningkatan penyaluran kredit dibanding triwulan sebelumnya.

3.4.2. Penyaluran KreditPembiayaan menurut Penggunaan

Seluruh penyaluran kreditpembiayaan menurut penggunaan mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yoy. Kredit investasi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 33,31 menjadi sebesar Rp4,85 triliun. Kredit konsumsi mencatat pertumbuhan sebesar 30,57, sedangkan kredit modal kerja tercatat meningkat sebesar 19,74. Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 1.77 0.93 5.42 1.25 6.06 1.86 21.98 9.53 35.21 16.00 Pertanian Pertambangan Perindustrian Perdagangan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Pengangkutan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lain-lain Sumber : SEKDA Bank Indonesia Perkembangan Perbankan Daerah Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 55 Secara triwulanan qtq, penyaluran kreditpembiayaan untuk modal kerja tercatat mengalami penurunan sebesar 5,67 setelah pada triwulan sebelumnya juga mencatat penurunan yakni sebesar 4,33. Kredit investasi tercatat meningkat sebesar 2,92 yang kemudian disusul oleh kredit konsumsi dengan peningkatan tertinggi yakni sebesar 3,08 lihat Suplemen 3. Perkembangan Kredit Konsumsi Sumatera Selatan di Tengah Krisis Finansial Global. Peningkatan tertinggi pada kredit konsumsi diyakini sangat erat kaitannya dengan dampak krisis global yang menyebabkan rendahnya daya beli masyarakat dan sekaligus mendorong masyarakat untuk menambah kredit konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar 42,50, kemudian diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 35,20, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 22,30.

3.4.3. Penyaluran KreditPembiayaan berdasarkan Kabupaten

Berdasarkan daerah penyaluran kredit, wilayah Baturaja dan wilayah Pagar Alam tercatat mengalami peningkatan penyaluran kreditpembiayaan secara tahunan yoy yang signifikan yakni masing-masing sebesar 81,51 dan 67,97. Sementara itu, Wilayah yang mengalami pertumbuhan penyaluran kreditpembiayaan yang paling rendah adalah Kota Palembang dengan pertumbuhan sebesar 18,29. Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Propinsi Sumatera Selatan - 2 4 6 8 10 12 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 Rp Tr il iu n Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber : SEKDA Bank Indonesia Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran KreditPembiayaan berdasarkan Penggunaan Propinsi Sumsel Triwulan I 2009 35.20 22.30 42.50 Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber : SEKDA Bank Indonesia Perkembangan Perbankan Daerah 56 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran KreditPembiayaan Perbankan Propinsi Sumatera Selatan dalam Rp Juta 2008 2009 Wilayah Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Prabumulih 661,416 856,965 869,557 892,175 878,230 Pagar Alam 160,856 216,527 249,659 260,105 260,358 Lubuklinggau 474,199 582,124 659,163 615,546 603,360 Baturaja 209,347 353,318 375,782 377,732 383,667 Palembang 10,601,396 12,321,469 13,188,073 13,015,238 12,277,479 Ogan Komering Ulu 883,257 1,038,884 1,144,495 1,152,827 1,187,744 Ogan Komering Ilir 899,331 1,071,326 1,218,853 1,211,991 1,206,494 Musi Banyuasin 1,504,852 1,720,060 1,818,250 1,894,443 1,886,599 Musi Rawas 400,277 608,707 598,916 579,449 587,714 Lematang Ilir Ogan Tengah 928,589 1,069,057 1,203,594 1,276,341 1,298,488 Lahat 433,798 544,211 638,464 661,189 649,210 lainnya 62,809 26,388 374 840 1,036 Sumber : SEKDA Bank Indonesia Secara triwulanan qtq, penyaluran kreditpembiayaan di Kota Lubuk Linggau tercatat mengalami peningkatan tertinggi yakni sebesar 17,29, dan disusul oleh penyaluran kreditpembiayaan di wilayah Lematang Ogan Ilir Tengah yang mengalami pertumbuhan sebesar 9,23. Sementara itu, Kabupaten Musi Rawas dan Kota Palembang tercatat mengalami penurunan penyaluran kredit masing-masing sebesar 14,41 dan 3,65. Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 berdasarkan Wilayah 1.24 57.66 5.55 6.41 0.01 4.17 2.93 2.28 8.85 5.85 3.32 1.75 Prabumulih Pagar Alam Lubuklinggau Baturaja Palembang Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Musi banyuasin Musi Rawas Lematang Ilir Ogan Tengah Lahat lainnya Sumber : SEKDA Bank Indonesia Perkembangan Perbankan Daerah Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 57 PERKEMBANGAN KREDIT KONSUMSI SUMATERA SELATAN DI TENGAH KRISIS FINANSIAL GLOBAL Krisis finansial global yang terjadi sejak akhir triwulan III 2008 telah menyebabkan penurunan aktivitas perekonomian hampir di segala bidang, tidak terkecuali sektor perbankan. Penurunan jumlah aset, penghimpunan DPK, maupun penyaluran kredit merupakan fenomena yang ”lumrah” ditengah lesunya kondisi usaha di Sumsel dalam dua triwulan ini. Namun sampai sedalam apakah penurunan kredit konsumsi? Hal tersebut perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana terganggunya sektor rumah tangga akibat krisis. Penyaluran kredit sebagai salah satu sumber penggerak investasi mengalami penurunan dalam kisaran 0,1 s.d 0,9 dalam kurun waktu dua triwulan terakhir. Hal yang menarik dalam mencermati perkembangan penyaluran kredit di Sumsel adalah masih meningkatnya kredit untuk konsumsi walaupun lajunya tidak sekencang pada saat sebelum krisis terjadi. Kredit konsumsi yang disalurkan di Sumsel tercatat mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,83 dan 3,08 qtq pada triwulan IV 2008 dan triwulan I 2009, rata-rata laju peningkatan kredit konsumsi sebelum terjadi krisis berada pada kisaran 9- 11. Sementara itu, kredit konsumsi yang berasal dari perbankan di wilayah Sumsel data LBU tercatat meningkat dikisaran 3,5-4,5 qtq sejak terjadinya krisis, setelah pada beberapa triwulan sebelumnya sempat bertahan dikisaran 8-12. Berdasarkan data LBU Laporan Bank Umum yang diolah KBI Palembang, pangsa kredit konsumsi yang terbesar masih ditujukan untuk kredit konsumsi lainnya yang berada pada kisaran 70. Masih besarnya pangsa maupun meningkatnya pertumbuhan kredit konsumsi lainnya perlu diwaspadai oleh perbankan karena setidaknya dilihat dari dua sudut pandang yang berbeda, hal tersebut sama-sama berisiko. Pertama, besarnya pangsa kredit konsumsi dapat diinterpretasikan sebagai kredit yang non produktif. Hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya peningkatan NPL karena kredit yang disalurkan digunakan untuk Suplemen 3 Grafik 1 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi di Sumsel 5 1 0 1 5 2 0 2 5 T w I T w II T w III T w IV T w I 2 0 0 8 2 0 0 9 R p Tr ili u n T o ta l P e n y a lu ra n K re dit d i S um se l Jum la h P e n y a lura n K re dit K o n sum si di S u m se l Jum la h P e n y a lura n K re dit K o n sum si Be rda sa rk a n B a n k P e la p o r d a ta L B U Jum la h P e n y a lura n K re dit K o n sum si y a n g d isa lurk a n o le h B a n k y a n g b e ro p e ra si d i lu a r S u m se l Sumber : Data Sekda dan LBU, diolah Perkembangan Perbankan Daerah 58 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 konsumsi secara langsung. Kedua, peningkatan kredit konsumsi di saat krisis perlu diwaspadai mengingat besar kemungkinan hal tersebut terjadi karena tingginya kebutuhan masyarakat terhadap konsumsi di tengah penurunan daya beli. Kebijakan pemerintah terutama terkait dengan peningkatan Upah Minimum Propinsi UMP yang ditetapkan pada awal tahun belum menjadi stimulus yang dapat mengakselerasi kembali penyaluran kreditpembiayaan di Sumsel. Hal tersebut tercermin dari terus melambatnya permintaan kredit konsumsi untuk KPRKPA sampai tipe 70 dan kredit konsumsi untuk KPRKPA di atas tipe 70. Kondisi tersebut seiring dengan terus menurunnya penyaluran kredit konsumsi untuk ruko dan rukan seiring dengan kondisi perekonomian yang semakin tidak menentu. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari hasil survei konsumen yang menggambarkan penurunan keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian saat ini. Respon Kebijakan Beberapa langkah yang diyakini mampu meminimalisasi risiko peningkatan NPL khususnya untuk kredit konsumsi adalah : 1. Pihak perbankan harus semakin meningkatkan prudential banking practices dalam setiap penyaluran kredit, termasuk kredit konsumsi. 2. Bank Indonesia perlu semakin memperkuat fungsi pengawasan pada perbankan. Grafik 2 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi dari Bank Pelapor di Sumatera Selatan 5.16 5.60 5.85 6.08 4.72 - 1 2 3 4 5 6 7 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 R p T ril iu n - 5 10 15 20 25 30 35 Pe rs e n Kredit Konsumsi Berdasarkan Bank Pelapor YoY QtQ Sumber : Data Sekda dan LBU, diolah Grafik 3 Perkembangan Penyaluran Kredit Konsumsi Berdasarkan Penggunaan di Sumatera Selatan 0.85 0.94 1.01 1.07 0.36 0.42 0.48 0.49 3.33 3.60 3.88 4.08 4.27 1.11 0.49 0.21 0.21 0.22 0.20 0.18 - 1 2 3 4 5 6 7 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 R p Tr ili u n KPR KPA sampai tipe 70 KPR KPA diatas tipe 70 Ruko dan Rukan Lainnya Sumber : Data Sekda dan LBU, diolah Perkembangan Perbankan Daerah Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 59

3.4.4. Penyaluran KreditPembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah UMKM

Realisasi kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM secara tahunan yoy tercatat mengalami peningkatan sebesar Rp2,92 triliun atau sebesar 25,78 dari Rp11,33 triliun menjadi sebesar Rp14,25 triliun. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 29,85. Kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 22,46 dan 18,00. Sementara itu, secara triwulanan qtq, realisasi kredit UMKM mengalami penurunan sebesar Rp0,21 triliun atau sebesar 1,42 dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh penurunan penyaluran kredit modal kerja yang tercatat menurun sebesar 5,39. Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp7,55 triliun atau dengan pangsa sebesar 53,02, sementara kredit modal kerja tercatat sebesar Rp5,27 triliun atau dengan pangsa sebesar 37,01. Berdasarkan plafon kredit, realisasi penyaluran kredit usaha kecil masih mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Secara tahunan yoy, perkembangan realisasi penyaluran kredit usaha mikro plafon sd. Rp50 juta, usaha kecil plafon Rp51 juta s.d. Rp500 juta, dan usaha menengah Rp501 juta s.d. Rp5 miliar masing-masing tercatat sebesar 16,21, 48,25, dan 14,12. Secara triwulanan qtq, perkembangan realisasi penyaluran kredit usaha mikro dan usaha kecil masing-masing meningkat sebesar 0,33 dan 2,99. Sementara itu, kredit usaha menengah tercatat menurun sebesar 9,21. Grafik 3. 9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Propinsi Sumatera Selatan berdasarkan Penggunaan 5.67 5.57 1.20 7.08 7.35 7.55 5.27 4.31 5.08 1.39 1.54 1.53 1.42 6.47 5.82 1 2 3 4 5 6 7 8 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 R p T riliu n Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber : SEKDA Bank Indonesia Perkembangan Perbankan Daerah 60 Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM berdasarkan Plafond Kredit 5 . 1 8 5 . 1 8 3 . 6 0 4 . 1 4 4 . 0 9 3 . 7 1 5 . 2 0 4 . 4 7 4 . 7 7 4 . 3 6 4 . 9 8 5 . 1 8 5 . 3 3 3 . 8 2 3 . 2 6 1 2 3 4 5 6 T w I T w I I T w I I I T w I V T w I 2 0 0 8 2 0 0 9 Rp T riliun M i k r o K e c i l M e n e n g a h Sumber : SEKDA Bank Indonesia

3.5. Perkembangan Suku Bunga Perbankan di Sumatera Selatan