71.66 86.72 88.49 7.41 6.89 7.70 1.16 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan

Indikator Ekonomi Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 xv Lanjutan 2009 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I BPRBPRS Total Aset Triliun Rp

0.21 0.34

0.39 0.39 0.41 0.41

0.43 DPK Triliun Rp

0.16 0.26

0.31 0.31

0.33 0.31

0.33 - Tabungan 0.06 0.09 0.11 0.11 0.12 0.12 0.12 - Deposito 0.10 0.17 0.20 0.19 0.20 0.19 0.21 Kredit Triliun Rp - Berdasarkan Penggunaan 0.14

0.21 0.22

0.26 0.28

0.28 0.29

- Modal Kerja 0.09 0.11 0.12 0.13 0.15 0.15 0.15 - Investasi 0.00 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 - Konsumsi 0.04 0.08 0.08 0.09 0.10 0.10 0.11 LDR 87.40

79.24 71.66

83.59 86.72

90.77 88.49

Nominal NPL Triliun Rp 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 NPL 11.77

8.06 7.41

7.34 6.89

7.11 7.70

Perbankan Syariah Total Aset Triliun Rp

0.55 0.80

0.84 0.92

1.03 1.16

1.10 DPK Triliun Rp

0.31 0.52

0.54 0.55

0.59 0.66

0.64 - Tabungan 0.14 0.27 0.28 0.32 0.33 0.36 0.33 - Giro 0.03 0.04 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 - Deposito 0.14 0.21 0.21 0.18 0.22 0.27 0.27 Pembiayaan Triliun Rp 0.47

0.64 0.74

0.84 0.95

0.97 1.03

FDR 154.74 123.44 137.42 151.47 159.82 145.65 160.13 INDIKATOR Data Laporan Bank Umum LBU dan Laporan Bulanan Labul BPR Februari 2009 2008 2006 2007

C. SISTEM PEMBAYARAN

2009 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

1. Perputaran Kliring:

a. Nominal Rp juta 20,570,124 6,079,756 6,842,186 7,156,214 6,182,740 5,402,979 b. Warkat lembar 645,355 186,973 194,299 200,315 177,742 165,884

2. Perputaran perhari

a. Nominal Rp juta 81,305 101,329 108,606 111,816 106,599 91,576 b. Warkat lembar 2,551 3,116 3,084 3,130 3,065 2,812

3. Penolakan cekBG

a. Nominal Rp juta 153,245 49,211 63,882 84,384 80,756 62,308 b. Warkat lembar 5,864 1,589 1,731 2,707 2,803 2,468 Jumlah hari 253 60 63 64 58 59

4. Penolakan cekBG

Nominal 0.74 0.81 0.93 1.18 1.31 1.15 Warkat 0.91 0.85 0.89 1.35 1.58 1.49

5. Mutasi kas juta rupiah

a. Aliran uang masukinflow 5,238,514 1,497,662 1,839,645 1,577,227 2,056,275 1,516,277 b. Aliran uang keluaroutflow 7,272,260 1,438,405 2,735,413 2,174,261 1,297,181 1,008,136 Net Flow: Inflow Outflow 2,033,746 59,258 895,768 597,035 759,094 508,141 KETERANGAN 2008 2007 Indikator Ekonomi Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 xvi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Krisis finansial global telah mengakibatkan harga komoditas menjadi turun sehingga berdampak pada perekonomian Sumatera Selatan Sumsel, namun pada triwulan I 2009 masih tertolong oleh konsumsi domestik. Pertumbuhan ekonomi tahunan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja perbankan masih mengalami penurunan, dan suku bunga masih tertahan karena risiko yang masih tinggi. Perkembangan sistem pembayaran masih menunjukkan indikasi lesunya aktivitas ekonomi. Kesejahteraan masyarakat mengalami tendensi penurunan sebagai dampak lanjutan dari penurunan ekspor triwulan sebelumnya melalui penurunan PDRB per kapita, nilai tukar petani yang masih defisit, dan perkembangan ketenagakerjaan yang tidak begitu baik bila faktor musiman diperhitungkan. Kendati demikian, tekanan inflasi yang semakin menurun, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, telah dan akan terus membantu mempertahankan daya beli masyarakat. Terlepas dari berbagai hambatan perekonomian yang sebagian besar merupakan faktor eksternal, kondisi perekonomian dan tingkat kestabilan harga di Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan masih ditopang permintaan domestik yang tetap terjaga sebagai dampak dari penurunan harga BBM, capital inflow dan penurunan BI rate, serta aktivitas pentas politik yang berlanjut untuk menyambut pemilihan presiden. Hal yang patut diperhatikan pada triwulan II 2009 adalah respons pelaku pasar finansial secara global yang sensitif dengan kestabilan politik dalam negeri. RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I 2009 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 2 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Laju pertumbuhan ekonomi tahunan yoy Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan sebesar 2,62 dengan migas atau 3,11 tanpa migas. Laju pertumbuhan ekonomi tahunan meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,26 dengan migas atau sebesar 2,80 tanpa migas. kondisi bisnis belum kondusif sebagai dampak krisis finansial global yang belum berakhir serta faktor cuaca yang berpengaruh terhadap kegiatan distribusi barang dan jasa antar pulau . Dua sektor ekonomi unggulan Sumsel yakni sektor pertanian dan sektor industri pengolahan diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 0,48 dan 1,29 yoy. Hal ini terkait dengan harga komoditas yang belum meningkat sejak mengalami penurunan yang begitu signifikan pada triwulan IV 2008. Walaupun secara triwulanan meningkat 16,74, namun secara tahunan harga CPO masih turun sebesar 50,76. Sedangkan harga karet pada bulan April 2009 kembali turun 2,85 mtm. Di sisi lain, pertumbuhan masih dapat ditopang oleh sektor pengangkutan dan sektor telekomunikasi yang tumbuh sebesar 14,82 yoy, serta sektor jasa-jasa dan sektor keuangan jasa persewaan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,85 dan 7,35 yoy. Secara triwulanan qtq, pertumbuhan ekonomi Sumsel diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,05 dengan migas atau tumbuh sebesar 0,23 tanpa migas. Beberapa indikator seperti jumlah arus penumpang dan barang, konsumsi listrik, serta perkembangan konsumsi semen mengkonfirmasi hal tersebut. Selain itu, kontraksi tersebut juga terpengaruh oleh faktor siklikal yang biasa terjadi pada triwulan I. Kinerja ekonomi sektor keuangan, persewaan, dan jasa diperkirakan mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 3,41 qtq. Selain itu, sektor listrik, gas, dan air bersih LGA juga diperkirakan meningkat cukup tinggi, yakni sebesar 2,10 qtq, yang disebabkan semakin lancarnya program konversi energi yang dilakukan pemerintah. Laju pertumbuhan ekonomi tahunan yoy Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan sebesar 2,62 dengan migas atau 3,11 tanpa migas. Secara triwulanan qtq, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 0,05 dengan migas atau tumbuh sebesar 0,23 tanpa migas. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2009 3 Pertumbuhan ekonomi secara tahunan yoy dari sisi penggunaan masih didominasi oleh konsumsi, dengan pertumbuhan sebesar 9,49 yoy. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing- masing tercatat sebesar 9,05, 15,03 dan 12,03. Namun demikian, seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian pada triwulan I 2009 berada pada kisaran pesimis yakni di bawah 100. Berdasarkan kelompok sektor, PDRB masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 42,29. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 42,25. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 18,39 menjadi 18,58. Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,40 dari triwulan sebelumnya sebesar 25,68. Pangsa sektor tersier sedikit meningkat dari sebesar 32,08 pada triwulan sebelumnya menjadi 32,31. Ekspor selama tiga bulan terakhir Des 2008-Feb 2009 tercatat sebesar USD326,70 juta atau menurun sebesar 52,58 yoy. Sementara itu dibanding periode triwulan sebelumnya qtq, nilai ekspor tercatat menurun sebesar 49,99 dari sebesar USD653,21 juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet sebesar 59,38. Berdasarkan negara tujuan ekspor, pada triwulan ini negara China merupakan tujuan utama ekspor dengan pangsa sebesar 26,27, diikuti oleh Amerika Serikat sebesar 25,85 , dan Malaysia sebesar 9,11. Realisasi impor periode triwulan ini tercatat sebesar USD49,57 juta, meningkat sebesar 39,77 yoy. Dibandingkan periode Sept- Nov 2008 terjadi penurunan impor sebesar 39,36 dari sebesar USD81,74 juta. Penurunan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan menurunnya impor pupuk dan bahan kimia yang banyak digunakan untuk menunjang sektor pertanian sebesar 74,78. Berdasarkan negara asal, pangsa impor Sumatera Selatan yang terbesar masih berasal dari negara China yakni sebesar 38,82, diikuti oleh Malaysia sebesar 9,70, dan Singapura sebesar 4,33. Ekspor menurun, sedangkan Impor meningkat secara tahunan Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan yoy dari sisi penggunaan didominasi oleh konsumsi. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 4 Perkembangan Inflasi Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan I 2009 mencapai 7,94 yoy, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 11,15. Kota Palembang bulan Maret 2009 mengalami deflasi sebesar 0,15. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh turunnya harga komoditas yang menyebabkan penurunan pendapatan dan daya beli masyarakat, serta adanya masa panen yang membuat pasokan bahan makanan mencukupi. Berdasarkan kelompok barang, kelompok perumahan mengalami inflasi tahunan tertinggi yaitu sebesar 12,90. Urutan kedua dan ketiga dicatat oleh kelompok bahan makanan serta kelompok kesehatan yaitu masing-masing sebesar 9,07 dan 9,03. Di sisi lain, inflasi terendah terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 7,33. Bahkan kelompok transportasi tercatat mengalami deflasi sebesar 0,40. Berdasarkan Hasil Survei Pemantauan Harga SPH yang dilakukan KBI Palembang, terdapat tendensi penurunan harga barangkomoditas sebesar 0,81 dibandingkan triwulan sebelumnya. Seperti akhir tahun 2008, tendensi perubahan harga yang rendah masih terjadi di triwulan I 2009, mengikuti masih rendahnya harga komoditas di pasar internasional. Secara bulanan, kecenderungan penurunan harga komoditas juga terjadi pada bulan Januari dan Maret 2009 yakni untuk daging ayam, bawang merah dan cabe merah. Perkembangan Perbankan Daerah Total aset perbankan secara tahunan meningkat sebesar 18,49 yoy, namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat menurun sebesar 2,94 qtq menjadi Rp36,78 triliun. Penurunan total aset perbankan secara triwulanan terutama berasal dari penurunan kinerja bank pemerintah, dimana total aset bank pemerintah secara triwulanan menurun sebesar 4,52 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga DPK juga mengalami peningkatan secara tahunan yakni sebesar 25,70 yoy, namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat menurun sebesar 1,28 qtq. Penurunan DPK secara triwulanan tersebut terutama dikontribusikan oleh penurunan tabungan sebesar 7,62 qtq, yang antara lain disebabkan oleh : Inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok perumahan yakni sebesar 12,90. Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan I 2009 menurun menjadi 7,94 yoy. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2009 5 1 Adanya krisis finansial global yang menurunkan pendapatan sehingga masyarakat menguras tabungannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, 2 Adanya ekspektasi penurunan suku bunga perbankan di masa depan sehingga nasabah memilih melakukan hedging suku bunga yang tinggi dengan menempatkan dana di simpanan berjangka. Penyaluran kreditpembiayaan meningkat sebesar 26,30 yoy, sedangkan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,86 qtq menjadi Rp21,75 triliun. Peningkatan penyaluran kreditpembiayaan secara tahunan terutama terkait dengan peningkatan kredit di sektor pertambangan dan sektor pertanian dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 895,46 dan 63,02 yoy. Menurut komposisinya, selain sektor lain-lain, penyaluran kredit didominasi pada sektor perdagangan, yaitu sebesar 21,98 dan disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dan sektor perindustrian masing- masing sebesar 16,00 dan 9,53. Kredit investasi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 33,31 menjadi sebesar Rp4,85 triliun. Kredit konsumsi mencatat pertumbuhan sebesar 30,57, sedangkan kredit modal kerja tercatat meningkat sebesar 19,74. Realisasi kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM tercatat meningkat sebesar 25,78 yoy. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tahunan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 29,85, diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 22,46 dan 18,00. Berdasarkan plafon kredit, realisasi penyaluran kredit usaha kecil masih mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Baik rata-rata suku bunga simpanan maupun rata-rata suku bunga pinjaman mengalami peningkatan. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,62 , sedangkan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 16,07 . Hal ini menyebabkan spread suku bunga kembali menurun menjadi 6,45 setelah pada triwulan sebelumnya meningkat menjadi 6,67. Berdasarkan jangka waktu simpanan, hanya suku bunga simpanan jangka waktu 1 bulan yang mengalami penurunan dari sebesar 10,08 menjadi 9,58. Sebaran suku bunga sedikit menyempit menjadi 6,45 Perkembangan kredit secara triwulanan menurun sebesar 0,86 perbankan dan 1,42 UMKM Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 6 NPL, undisbursed loan, dan rasio likuiditas mengalami peningkatan secara triwulanan. Tingkat Non-Performing Loan NPL gross pada triwulan I 2009 mencapai 2,36 dari total kredit yang disalurkan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,82. Sementara itu, NPL net tercatat sebesar 1,15 dari total kredit, meningkat dari triwulan yang lalu yang sebesar 0,75 . NPL gross terbesar masih bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran 31,08 dan sektor konstruksi 20,98. Undisbursed loan kredit yang belum direalisasikan oleh debitur pada triwulan I 2009 tercatat sebesar 16,34 dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan. Risiko likuiditas bank umum masih tergolong sangat likuid dengan rasio likuiditas sebesar 118,43. Namun demikian, rasio tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 189,27 dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu 113,52. Perkembangan perbankan umum Syariah penurunan kinerja, namun cukup baik dibandingkan tahun lalu. Total aset pada triwulan I 2009 hingga Februari 2009 tercatat sebesar Rp1.077,76 miliar atau meningkat sebesar 27,94 yoy, namun secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 6,90 qtq. Penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp635,72 miliar, meningkat 18,46 yoy, namun mengalami penurunan 4,38 qtq. penyaluran pembiayaan mengalami peningkatan yang sebesar 39,50 yoy. Namun, berbeda dengan aset dan DPK, penyaluran pembiayaan juga mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 6,24 qtq. dengan pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah, yaitu sebesar 64,23. Finance to Deposit Ratio FDR meningkat dari sebesar 145,65 pada triwulan sebelumnya menjadi 161,82. Perkembangan Keuangan Daerah Penerimaan APBD pada tahun 2009 direncanakan sebesar Rp2.681,67 miliar atau meningkat sebesar 8,09 dari realisasi tahun sebelumnya. Target penerimaan APBD tahun 2009 masih ditopang oleh komponen Dana Perimbangan sebesar 55,96 atau sebesar Rp1.500,61 miliar, meningkat sebesar 7,93 dari realisasi tahun sebelumnya. Komponen Pendapatan Asli Daerah PAD tercatat sebesar Rp1.171,64 miliar atau mencapai 43,69 dari total penerimaan APBD, diikuti oleh pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp9,42 miliar dengan pangsa sebesar 0,35. Rencana penerimaan meningkat 8,09 dari realisasi tahun sebelumnya. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2009 7 Belanja pemerintah daerah direncanakan sebesar Rp2.751,67 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 22,08 dari realisasi tahun 2008. Komponen belanja tidak langsung meningkat paling signifikan mencapai 32,22 sedangkan komponen biaya langsung tercatat meningkat sebesar 15,12. Pada komponen biaya langsung, sub komponen biaya pegawai tercatat meningkat secara signifikan yakni mencapai 179,34 dibandingkan realisasi APBD tahun 2008. Peningkatan gaji PNS yang secara gradual akan dilakukan pada tahun 2009 didentifikasi merupakan salah satu penyebab naiknya pos tersebut. Perkembangan Sistem Pembayaran Perputaran kliring pada triwulan I 2009 menunjukkan penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan yang mengindikasikan menurunnya transaksi non tunai. Volume warkat menurun 11,28 yoy atau 6,67 qtq dan secara nominal turun sebesar 11,13 yoy atau 12,61 qtq. Secara bulanan, aktivitas kliring triwulan I 2009 yang tertinggi terjadi pada bulan Januari 2009 dengan jumlah warkat sebanyak 55.986 lembar dengan nominal sebesar Rp1,89 triliun. Kegiatan perkasan KBI Palembang mencatat terjadinya penurunan inflow maupun outflow, yang mengindikasikan menurunnya transaksi tunai. Inflow tercatat sebesar Rp1,52 triliun, menurun sebesar 1,24 yoy atau 26,26 qtq. Outflow tercatat sebesar Rp1,01 triliun, menurun sebesar 29,91 yoy atau 22,28 qtq. Net-inflow selama triwulan I 2009 sebesar Rp0,51 triliun, lebih tinggi dari tahun sebelumnya Rp0,06 triliun, namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya Rp 0,76 triliun. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Jumlah penduduk yang menganggurtidak punya pekerjaan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 278.935 orang menjadi 269.599 orang. Namun demikian, hal tersebut sepatutnya disikapi kritis dengan mengikutsertakan komponen penduduk yang berkategori setengah pengangguran yang meningkat dari 1.289.674 orang menjadi 1.304.689 orang. Belanja pemerintah mengalami peningkatan 22,08 dibandingkan realisasi 2008 Perkembangan sistem pembayaran menunjukkan penurunan transaksi tunai dan non tunai. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 8 Berdasarkan sektor ekonomi, konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 55,01 tenaga kerja. Daya serap sektor sekunder manufaktur pada triwulan I 2009 sebesar 9,56, mengalami kenaikan sebesar 0,37 dibandingkan dengan angka pada triwulan sebelumnya yang mencapai 9,19. Sektor industri memberi kontribusi paling besar dalam sektor manufaktur ini yakni sebesar 5,89, disusul sektor konstruksi sebesar 3,56. Kontribusi sektor tersier jasa tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 32,18 menjadi 34,56. Sektor perdagangan masih merupakan sektor dengan daya serap terbesar setelah sektor pertanian. Secara umum dapat disebutkan bahwa sampai saat ini transformasi tenaga kerja dari sektor primer yang produktivitasnya rendah ke sektor sekunder dan tersier yang produktivitasnya lebih tinggi, masih berjalan lamban. Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku dengan migas tercatat sebesar Rp.3.664.358 atau menurun sebesar 3,75 qtq. Jika tanpa memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita diperkirakan meningkat sebesar 0,29 dari Rp2.657.878 menjadi Rp2.665.536. pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 dengan migas mencapai Rp1.686.664. Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,61 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.697.078. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar konstan 2000 tanpa migas mengalami penurunan sebesar 0,34 dari Rp1.298.584 menjadi Rp1.294.214. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang mengkonfirmasi terjadinya penurunan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Selatan. Nilai tukar petani pada triwulan I 2009 Februari mengalami sedikit peningkatan dari triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 95,93 menjadi sebesar 96,69. Namun demikian, perkembangan NTP selama setahun terakhir menunjukkan tendensi penurunan. Penurunan nilai tukar terjadi karena peningkatan indeks harga yang diterima petani tidak sebesar kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani hanya sedikit meningkat menjadi 112,44 dari 112,10, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan cukup tajam dari 104,85 menjadi 116,30. Pendapatan perkapita dengan migas turun sebesar 3,75 qtq Nilai tukar petani sedikit meningkat Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2009 9 Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi tahunan yoy pada triwulan II 2009 diperkirakan berada pada kisaran 2,60 ± 1 yoy atau 2,10 ± 1 qtq. Selain faktor siklikal, angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang masih sangat rendah di semester pertama, penurunan tingkat permintaan masyarakat yang melemah karena melemahnya permintaan dunia atas komoditas unggulan Sumsel. Permintaan domestik patut dipertahankan demi mencegah perlambatan pertumbuhan lebih lanjut. Terdapat potensi kenaikan harga komoditas dunia yang akan memperbaiki kinerja ekspor Sumsel pada triwulan I 2009, namun sebelum kenaikan harga komoditas di pasar internasional terealisasi, pada Tw II 2009 akan berpotensi terjadinya beberapa hal yang merupakan dampak lanjutan dari menurunnya harga komoditas, yaitu: 1 Meningkatnya tingkat pengangguran dan pendapatan masyarakat 2 Menurunnya tingkat investasi tetap dari sektor swasta, sehingga menurunkan nilai tambah sektor bangunan. 3 Menurunnya tingkat konsumsi masyarakat akibat pendapatan yang turun, dan menurunkan kinerja sektor-sektor lainnya. Di sisi lain, terdapat pula beberapa hal yang dapat memberikan stimulus pada permintaan domestik yaitu: 1 Adanya kegiatan- kegiatan politik terkait dengan pemilihan presiden putaran pertama yang berpotensi mempertahankan tingkat permintaan dari kelompok grass-root, 2 Adanya rencana proyek-proyek infrastruktur dan stimulus fiskal lainnya yang cukup baik bagi perekonomian, 3 Berlangsungnya musim panen yang menyerap tenaga kerja secara temporer, 4 Relatif rendahnya inflasi dan apresiasi Rupiah yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat. Diperkirakan inflasi tahunan pada triwulan II 2009 akan turun menjadi 3,54 ± 1 yoy, dan inflasi triwulanan diperkirakan juga akan turun menjadi 0,69±1. Penurunan tingkat inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan makanan terkait dengan terjaganya pasokan sehubungan beberapa daerah masih mengalami musim panen, dan juga terdapat penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak lanjutan dari krisis finansial global. Lain halnya dengan kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi dan kelompok sandang diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi pada Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2009 diperkirakan sebesar 2,60±1 yoy Inflasi triwulan II 2009 diperkirakan sebesar 3,54±1 yoy Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 10 akhir triwulan sehubungan dengan akan diadakannya pemilihan presiden putaran pertama. Walaupun perekonomian masih lesu, kinerja perbankan pada triwulan II 2009 diperkirakan akan cukup baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: 1 Penurunan BI rate secara gradual yang didukung oleh capital inflow jangka pendek berikut ekspektasi penurunan lebih lanjut yang dimasa depan diperkirakan akan tetap meningkatkan ekspansi kredit sebesar 6,15 ± 1 qtq; 2 Pencapaian Indonesia atas indikator-indikator makro ekonomi triwulan I 2009 yang relatif baik dan stabil dibandingkan negara-negara lainnya, berikut tingkat suku bunga yang relatif tinggi, dapat membuat penanaman modal di Indonesia cukup atraktif di mata investor asing pada tahun 2009. 3 Meskipun persentase NPL diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan menurunnya pendapatan masyarakat, hal tersebut diprediksi hanya akan bersifat sementara terkait dengan ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan, nilai tukar Rupiah yang terapresiasi, dan perbaikan situasi bisnis.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan

Laju pertumbuhan ekonomi tahunan yoy Sumatera Selatan Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan sebesar 2,62 dengan migas atau 3,11 tanpa migas. Laju pertumbuhan ekonomi tahunan tersebut agak meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,26 dengan migas atau sebesar 2,80 tanpa migas. Grafik 1.1 PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 dengan Migas Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan Masih lemahnya laju pertumbuhan ekonomi Sumsel terkonfirmasi dari hasil survei bisnis yang mengisyaratkan bahwa kondisi bisnis belum kondusif sebagai dampak krisis finansial global yang belum berakhir serta faktor cuaca yang berpengaruh terhadap kegiatan distribusi barang dan jasa antar pulau. Disamping itu, tercermin juga dari penurunan permintaan dan omzet penjualan perusahaan, yang secara simultan mempengaruhi pendapatan masyarakat terutama yang bekerja pada sektor primer maupun turunannya. Para pelaku usaha memprediksi bahwa dampak dari krisis keuangan global masih akan terasa hingga tahun 2010. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL 1 13.40 13.60 13.80 14.00 14.20 14.40 14.60 14.80 15.00 15.20 15.40 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2008 2009 R p T riliun - 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Pe rsen Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Tahunan yoy Produk Domestik Regional Bruto PDRB Propinsi Sumsel Atas Dasar Harga Konstan ADHK 2000 pada triwulan I 2008 diperkirakan sebesar Rp14,43 triliun dengan migas atau Rp11,10 triliun tanpa migas. Sementara itu PDRB atas dasar harga berlaku tercatat sebesar Rp31,06 triliun dengan migas atau Rp22,68 triliun tanpa migas. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 12 Triwulan I 2009 ditandai dengan tingginya volatilitas harga dan terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada awal tahun 2009, menurut para pelaku usaha telah menyebabkan kenaikan biaya bahan baku hingga di atas normal terutama untuk pelaku usaha yang menggunakan bahan baku impor. Namun demikian, para pelaku usaha sangat memberi apresiasi terhadap dukungan pemerintah dalam membantu dunia usaha khususnya dalam mengurangi dampak dari krisis keuangan global, yang antara lain : i Pemberian stimulus fiskal yang diluncurkan pemerintah, ii Kebijakan program pemerintah dalam bidang perumahan, dan iii Penurunan harga BBM lihat Suplemen 1. Kondisi Usaha Masih Belum Pulih. Kinerja perekonomian sektoral triwulan I 2009 ditandai dengan pertumbuhan tahunan tertinggi pada sektor pengangkutan dan telekomunikasi yang tumbuh sebesar 14,82 setelah pada tahun sebelumnya triwulan I 2008 tercatat tumbuh sebesar 15,55. Sektor jasa- jasa dan sektor keuangan jasa persewaan diperkirakan tumbuh cukup tinggi masing-masing sebesar 7,85 dan 7,35. Dua sektor ekonomi unggulan Sumsel yakni sektor pertanian dan sektor industri pengolahan diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 0,48 dan 1,29. Pada triwulan I 2009, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih tercatat sebagai sektor yang mengalami pertumbuhan paling tinggi mencapai 14,82. Tetap tingginya animo masyarakat terhadap beragam tawaran layanan komunikasi yang disertai dengan gencarnya promosi dari operator komunikasi selular merupakan faktor Tabel 1.1 Laju Pertumbuhan Tahunan yoy Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 2008 2009 Lapangan Usaha Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV Tw. I Pertanian 12.18 3.37 3.44 -1.60 - 0.48 Pertambangan dan Penggalian 2.49 0.64 2.05 0.97 1.53 Industri Pengolahan 5.55 4.68 4.91 -1.25 - 1.29 Listrik, Gas Air Bersih 7.22 6.83 4.00 0.68 3.41 Bangunan 7.59 6.10 5.85 5.13 5.06 Perdagangan, Hotel Restoran 10.52 7.21 6.90 4.05 3.67 Pengangkutan Komunikasi 15.55 12.80 13.63 13.79 14.82 Keu., Persewaan Jasa Perusahaan 9.94 7.90 8.76 7.97 7.35 Jasa-jasa 14.64 12.76 10.74 7.72 7.85 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 13 KONDISI USAHA MASIH BELUM PULIH Kondisi bisnis pada triwulan I-2009 secara umum menunjukkan perubahan yang bervariasi sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari krisis keuangan global serta faktor cuaca yang berpengaruh terhadap kegiatan distribusi barang dan jasa antar pulau. Hal tersebut tercermin dari penurunan permintaan dan omzet penjualan perusahaan, yang secara simultan mempengaruhi pendapatan masyarakat terutama pada sektor primer maupun turunannya. Dampak tersebut ditunjukkan dari belum membaiknya kondisi usaha sehingga menyebabkan kegiatan usaha mengalami penurunan signifikan meskipun belum berdampak pada pemberhentian karyawan. Untuk meminimalisasi dampak krisis, pelaku usaha melakukan strategi intensifikasi maupun ekstensifikasi serta promosi penjualan, sehingga penurunan omzet dan margin dapat ditekan. Faktor yang dinilai kurang kondusif bagi pengembangan dunia usaha antara lain i Belum jelasnya ketentuan terkait dengan ketenagakerjaan, ii Penetapan Biaya Perolehan Hak Tanah dan Bangunan BPHTB yang berbeda-beda untuk tiap daerah seyogyanya dikenakan untuk batas harga jual minimal Rp60 juta, iii Perda yang mengatur KEUR uji kelayakan kendaraan umum untuk mobil truk tronton yang dirasakan rumit dan mahal di Sumsel, sehingga pelaku usaha menggunakan nomor polisi Jambi yang aturannya dinilai sangat akomodatif, iv Musim panen yang bersamaan dengan curah hujan tinggi menyebabkan kualitas padi kurang bagus dan, v Infrastruktur yang belum memadai sehingga menimbulkan biaya operasional yang tinggi dalam pengadaan beras. Faktor yang dinilai positif dalam membantu perusahaan untuk mengurangi dampak dari krisis keuangan global antara lain adalah i Stimulus fiskal yang dalam waktu dekat akan diluncurkan pemerintah, ii Program pemerintah dalam bidang perumahan, dan iii Penurunan harga BBM. Para pelaku usaha berekspektasi bahwa dampak dari krisis keuangan global masih akan menyebabkan lesunya keadaan perekonomian hingga tahun 2010. Rencana investasi yang akan dilakukan pada 2009 sangat terbatas terkait dengan pemeliharaan rutin yang juga mengalami penurunan sehubungan penghematan pengeluaran perusahaan. Harga jual untuk produk dengan orientasi ekspor mengalami penurunan terkait dengan penurunan harga di pasar internasional dan potensi penurunan harga barang ritel terkait dengan menurunnya harga BBM. Pelaku usaha di sub sektor otomotif mengemukakan harga meningkat di tengah kondisi menurunnya permintaan, yang berdampak pada semakin menurunnya tingkat permintaan. Pada sub sektor jasa persewaan bangunan, harga meningkat pada kisaran moderat. Secara umum, margin pada tahun 2009 juga diperkirakan akan menurun. Permintaan pasar domestik beberapa pelaku usaha mengalami perubahan dengan tingkat yang bervariasi. Penjualan barang kebutuhan pokok menunjukkan penurunan permintaan domestik secara tahunan dalam batas wajar, sedangkan penjualan produk otomotif mengalami penurunan drastis hingga lebih dari 50 terutama untuk kendaraan niaga . Sektor properti menunjukkan penurunan tingkat permintaan untuk perumahan tipe menengah dan mewah dengan penurunan berkisar 10-20 dikarenakan tingkat suku bunga yang tinggi dan kehati-hatian pihak perbankan dalam memberikan kredit Suplemen 1 Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 14 perumahan. Permintaan tipe rumah Rumah Sehat Sederhana RSh justru meningkat terkait dengan program pemerintah dan adanya fasilitas Pinjaman Uang Muka Perumahan PUMP dari Jamsostek. Penurunan permintaan terhadap minyak goreng di pasar domestik terjadi namun dalam jumlah yang tidak terlalu signifikan. Di sektor perbankan, target pada tahun 2008 dapat tercapai dan untuk tahun 2009 perbankan lebih berhati-hati dalam melakukan penyaluran kreditnya dengan target yang lebih rendah dibanding tahun 2008 . Penurunan permintaan luar negeri dialami oleh pelaku usaha dengan komoditas minyak goreng. Hal ini tidak terlepas dari menurunnya permintaan dunia dan harga komoditas dunia sebagai akibat dari adanya krisis global. Diperkirakan hingga tahun 2010 ekspor masih belum meningkat. Kapasitas utilitasi pelaku usaha bervariasi. Pada industri pengolahan minyak goreng kapasitas utilisasi mencapai 60-70, yang mengalami penurunan beberapa bulan terakhir dibandingkan kapasitas pada kondisi normal yang mencapai 100. Pada sub sektor jasa persewaan bangunan kapasitas utilisasi mencapai 97 dan pada sub sektor jasa hiburan mencapai 50. Bervariasinya tingkat kapasitas utilisasi tersebut disebabkan oleh tingkat permintaan yang bervariasi dan tingkat harga. Pada umumnya pelaku usaha tidak memiliki rencana investasi yang signifikan pada tahun 2009 hanya beberapa pelaku usaha yang memiliki rencana untuk melakukan investasi, namun sifatnya rutin. Kondisi jumlah tenaga kerja pelaku usaha pada triwulan I-2009 secara umum tidak terdapat perubahan yang signifikan, karena pelaku usaha tetap mempertahankan jumlah karyawan meskipun kondisi usaha masih lesu. Beberapa pelaku usaha justru melakukan penambahan tenaga kerja baik tetap maupun kontrak untuk memenuhi kekurangan formasi. Secara umum, pelaku usaha tidak meningkatkan harga jual bahkan melakukan penurunan harga jual dengan alasan penurunan harga komoditas di pasar dunia maupun untuk menjaga dan meningkatkan permintaan. Meskipun demikian ada juga pelaku usaha yang meningkatkan harga jual terkait dengan depresiasi nilai tukar maupun peningkatan biaya bahan operasional terutama bahan baku. Tingkat kenaikan harganya mencapai 20-25 yang berdampak pada penurunan margin di tengah masih menurunnya tingkat permintaan . Tingginya volatilitas harga dan terdepresiasinya nilai tukar Rupiah terhadap US Dollar pada tahun 2009 menyebabkan kenaikan biaya bahan baku di atas normal terutama untuk pelaku usaha yang menggunakan bahan baku impor yang pada gilirannya meningkatkan harga jual. Sementara untuk perusahaan yang berorientasi ekspor, depreasi rupiah justru membantu menahan tingkat penurunan pendapatan. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 15 pendorong utama pertumbuhan di sektor ini, sub sektor komunikasi diperkirakan mengalami pertumbuhan sebesar 24,93. Sub sektor pengangkutan diperkirakan tumbuh sebesar 8,05, sedikit mengalami peningkatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 8,00. Kondisi usaha sektor pengangkutan yang tidak berbeda dengan tahun sebelumnya diyakini sebagai penyebab relatif stabilnya pertumbuhan tahunan di sektor ini. Sektor jasa-jasa serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 7,85 dan 7,35. Pertumbuhan di kedua sektor ini tergolong stabil dengan tingkat pertumbuhan dalam kisaran 7,25-8,00. Namun demikian, apabila dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan sebelumnya mengalami perlambatan yang disebabkan oleh lesunya perekonomian sebagai dampak dari krisis ekonomi yang masih terjadi. Sektor bangunan serta sektor perdagangan, hotel, dan restoran PHR masing-masing diperkirakan tumbuh sebesar 5,06 dan 3,67. Pertumbuhan tahunan di kedua sektor tersebut diperkirakan mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor bangunan dan sektor PHR pada triwulan IV 2008 masing- masing tercatat sebesar 5,13 dan 4,05. Sektor listrik, gas dan air bersih LGA diperkirakan meningkat sebesar 3,41, melebihi pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang hanya tercatat sebesar 0,68. Pendorong pertumbuhan di sektor ini terutama disebabkan oleh meningkatnya sub sektor sektor gas kota yang tumbuh sebesar 10,30. Program konversi energi yang diluncurkan pertengahan tahun 2008 diprediksi menjadi pendorong konsumsi di sub sektor gas kota. Sementara itu sub sektor air bersih tercatat mengalami peningkatan sebesar 8,43, sedikit lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 9,60. Selain itu, walaupun masih mencatat pertumbuhan yang relatif kecil yakni sebesar 2,06, pertumbuhan tahunan sub sektor listrik masih tercatat lebih baik dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,25. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 16 Sektor pertambangan dan penggalian diperkirakan mengalami pertumbuhan tahunan sebesar 1,53, meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar 0,97. Masih relatif rendahnya pertumbuhan sektor ini sangat erat kaitannya dengan semakin terbatasnya kegiatan eksplorasi produksi, sementara itu sumur-sumur minyak yang ada semakin menurun produktivitasnya. Selain kelima sektor ekonomi di atas, dua sektor unggulan Sumsel yakni sektor pertanian dan sektor industri pengolahan diperkirakan juga mengalami kontraksi pertumbuhan. Kondisi sektor industri pengolahan tercatat mengalami kontraksi pertumbuhan tahunan paling tinggi yakni sebesar 1,29 yang disebabkan oleh turunnya kinerja sub sektor industri pengolahan tanpa migas yang mencapai 2,10. Turunnya kinerja industri pengolahan seiring dengan penurunan permintaan ekspor terhadap karet alam sebagai komoditas unggulan Sumsel. Selain itu, banyak perusahaan yang bergerak di sektor industri pengolahan yang merugi akibat ketatnya persaingan di sektor industri pengolahan ini, khususnya dalam mendapatkan bahan baku. Walaupun diduga mengalami penurunan pertumbuhan, kontraksi pada sektor pertanian diperkirakan lebih rendah dibandingkan dengan sektor industri pengolahan, yakni sebesar 0,48. Kontraksi pada triwulan ini tergolong “lebih baik” dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,60. Kondisi krisis yang berkepanjangan masih menyebabkan lesunya permintaan terhadap sub sektor tanaman perkebunan. Sementara itu di sektor tanaman bahan makanan, musim panen yang terjadi pada akhir triwulan I 2009 hasilnya tidak maksimal. Banyaknya serangan hama dan bencana alam seperti banjir yang lebih sering terjadi dibandingkan tahun sebelumnya menjadi salah satu faktor penyebabnya. Sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor tanaman perkebunan diperkirakan mengalami penurunan pertumbuhan masing-masing sebesar Grafik 1.2 Perkembangan Jumlah Konsumsi BBM Propinsi Sumsel 139.20 139.92 154.56 141.45 132.00 167.41 167.05 189.68 190.25 167.61 46.36 54.27 57.37 24.70 31.10 - 50 100 150 200 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 K ilo L it e r Premium Solar

M. Tanah

Sumber: Pertamina UPMS II Palembang Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 17 3,04 dan 0,90. Kondisi tersebut juga masih tergolong “lebih baik” dibandingkan kontraksi pertumbuhan yang terjadi pada triwulan sebelumnya yang masing-masing tercatat sebesar 4,02 dan 2,96. Pertumbuhan tahunan sub sektor perikanan dan sub sektor peternakan dan hasil- hasilnya masih memberikan harapan untuk perekonomian Sumsel. Kinerja sub sektor perikanan diperkirakan meningkat sebesar 3,58 atau lebih tinggi dibanding kinerjanya di triwulan IV 2008. Beberapa program pemerintah yang mendukung pengembangan perikanan darat seperti program pembudidayaan ikan baung yang tersebar di 14 kabupatenkota yang dimulai sejak bulan Juni 2008 telah menjadi salah satu penopang pertumbuhan sektor pertanian.

1.2. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Triwulanan

Secara triwulanan qtq, pertumbuhan ekonomi Sumsel diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,05 dengan migas atau tumbuh sebesar 0,23 tanpa migas. Beberapa indikator seperti jumlah arus penumpang dan barang, konsumsi listrik, serta perkembangan konsumsi semen mengkonfirmasi hal tersebut. Kinerja ekonomi sektor keuangan, persewaan, dan jasa diperkirakan mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 3,41 dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan triwulanan di sektor ini relatif lebih baik dibandingkan dengan kondisi triwulan IV 2008 yang mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 0,26. Grafik 1.3 PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Propinsi Sumsel ADHK 2000 dengan Migas 13.40 13.60 13.80 14.00 14.20 14.40 14.60 14.80 15.00 15.20 15.40 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 2008 2009 R p Triliu n 6 4 2 - 2 4 6 8 Pe rs e n Nominal PDRB Laju Pertumbuhan Triwulanan qtq Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 18 Sektor listrik, gas, dan air bersih LGA diperkirakan meningkat sebesar 2,10 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sub sektor gas kota diperkirakan tumbuh sebesar 9,23 yang disebabkan semakin lancarnya program konversi energi yang dilakukan pemerintah. Keputusan pemerintah untuk tidak menaikkan harga LPG dalam masa krisis ini diyakini akan semakin terus mendorong pertumbuhan di sub sektor gas kota. Sub sektor listrik cukup memberikan peran dalam mendorong sektor LGA dengan pertumbuhan triwulanan sebesar 1,64 setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 1,58. Dengan pangsa sebesar 78,78 terhadap sektor LGA, sub sektor listrik memberikan andil setidaknya sebesar 60,79 dari pertumbuhan triwulanan sektor LGA. Sektor jasa-jasa sebagai penunjang geliat perekonomian diperkirakan masih dapat menyumbang pertumbuhan ekonomi Sumsel. Sektor jasa-jasa diprediksi tumbuh sebesar 1,87 dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 1,23. Maraknya kegiatan kampanye menjelang Pemilu legislatif pada akhir triwulan I 2009 diyakini telah menjadi stimulus terdongkraknya sektor jasa-jasa setelah pada awal triwulan I 2009 sempat stagnan. Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Triwulanan qtq Sektoral PDRB Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 2008 2009 Lapangan Usaha Tw. I Tw.II Tw. III Tw. IV Tw. I Pertanian 0.16 6.95 15.97 20.54 0.98 Pertambangan dan Penggalian 1.25 0.48 1.02 0.73 0.70 Industri Pengolahan 1.04 0.40 4.29 4.70 1.08 LGA 0.60 1.41 1.22 1.33 2.10 Bangunan 1.38 1.41 3.78 1.29 1.44 PHR 0.48 2.54 6.01 3.82 0.85 Pengangkutan Komunikasi 0.06 1.25 6.91 5.18 0.85 Keu., Persewaan Jasa Perusahaan 4.01 0.74 2.78 0.26 3.41 Jasa-jasa 1.74 0.49 4.08 1.23 1.87 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan Grafik 1.4 Perkembangan Konsumsi Listrik Propinsi Sumatera Selatan juta KWH - 100 200 300 400 500 600 700 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 Ju ta K w h Sosial Rumah Tangga Bisnis Industri Pemerintah Sumber : PLN Sumbagsel Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 19 Sektor pertanian diperkirakan mengalami pertumbuhan triwulanan sebesar 0,98, meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi pertumbuhan secara triwulanan sebesar 20,54. Meningkatnya pertumbuhan triwulanan pada sub sektor tanaman bahan makanan yang mencapai 61,76 merupakan pendorong utama kinerja sektor pertanian. Rata-rata curah hujan yang mulai berkurang dibandingkan triwulan sebelumnya cukup mendorong produksi tanaman bahan makanan tabama sehingga meningkatkan volume produksi pada periode panen di bulan Februari- Maret 2009. Tingginya curah hujan menyebabkan proses penjemuran padi menjadi tidak optimal sehingga menurunkan mutu beras dan berpotensi menurunkan harga jual. Selain itu, beberapa gangguan berupa bencana alam seperti banjir yang merendam puluhan hektar padi siap panen di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dan Kota Pagar Alam serta serangan hama kresek dan hama tungro di Kabupaten OKU Timur dan Kabupaten Musi Rawas telah menyebabkan tidak optimalnya produktivitas panen pada triwulan ini. Menurut informasi dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Propinsi Sumsel diperoleh keterangan bahwa luas tanam dan luas panen padi pada triwulan I 2009 masing-masing tercatat sebesar 97.444 Ha dan 213.899 Ha. Hal yang bertolak belakang dengan kondisi sub sektor tanaman bahan makanan terjadi pada sub sektor tanaman perkebunan. Sub sektor tanaman perkebunan diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan triwulanan sangat dalam, yakni sebesar 19,46 yang disebabkan masih rendahnya permintaan pasar dunia. Langkah beberapa petani karet yang menunda panenpenyadapan untuk mendongkrak kembali harga jual belum begitu membuahkan hasil yang optimal dimana harga karet di tingkat petani saat ini masih berkisar Rp4.000-Rp6.000kg. Rata-rata harga karet di pasar internasional pada triwulan ini Grafik 1.5 Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan 50 100 150 200 250 300 350 400 Ma r Ap r Me i Ju n Ju l Au g Sep Oc t No v De c Ja n Feb Ma r 2008 2009 mm 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 ha ri Curah Hujan Hari Hujan Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 20 mencapai USD170,20kg atau mengalami sedikit penurunan sebesar 22,85 dibandingkan rata-rata harga pada bulan sebelumnya. Rata-rata harga CPO dunia pada triwulan I 2009 tercatat sebesar USD530,78metrik ton, turun sebesar 50,76 dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yoy. Apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, harga CPO tercatat mengalami peningkatan sebesar 16,74 dari sebesar USD454,68metrik ton. Sub sektor lainnya yang mengalami kontraksi pertumbuhan secara triwulanan adalah sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan, sedangkan sub sektor peternakan dan hasil-hasilnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,91 dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 1.6 Pertumbuhan Triwulanan Kinerja Sub Sektor Pertanian Triwulan I 2009 -30 -2 0 -10 1 0 20 30 40 50 60 7 0 T abam a P erkebun an P etern akan K ehutan an P erikan an Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan Grafik 1.7 Kontribusi Sektor Ekonomi ADHK 2000 Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 1 4 . 0 0 1 7 . 1 3 2 3 . 7 1 1 8 . 5 8 5 . 4 3 4 .3 5 8 . 5 3 7 . 7 8 0 . 4 9 P e r t a n ia n P e r t a m b a n g a n In d u s t r i L G A B a n g u n a n P H R A n g k u t a n K e u . S e w a J a s a - ja s a Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan Grafik 1.8 Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional 328.94 220.59 170.20 317.88 285.23 50 100 150 200 250 300 350 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 US D k g Sumber: Bloomberg Grafik 1.9 Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional 1095.81 836.97 454.68 530.78 1077.91 200 400 600 800 1,000 1,200 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 US D M e tr ik T o n Sumber: Bloomberg Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 21 Sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan masih mengalami pertumbuhan yakni sebesar 0,85. Kinerja sub sektor komunikasi diprediksi mengalami pertumbuhan sebesar 6,25 seiring dengan terus digulirkannya beberapa promo dari sejumlah operator seluler termasuk penetrasi beberapa operator seluler ke konsumen korporasi dan individu dengan mengusung promo bundling handset Blackberry dengan paket berlangganan Blackberry Internet Service BIS serta layanan paket internet nirkabel. Sedikit berbeda dengan sub sektor komunikasi, sub sektor transportasi diprediksi mengalami penurunan sebesar 2,97. Hal tersebut terutama dapat dilihat dari semakin menurunnya frekuensi pelayaran maupun arus penumpang kapal laut. Hanya peningkatan intensitas aktivitas politik menjelang Pemilu legislatif yang diselenggarakan pada awal triwulan II 2009 yang menolong kinerja sub sektor pengangkutan sehingga tidak sampai terkoreksi lebih rendah. Tabel 1.3 Realisasi Luas Tanam LT dan Luas Panen LP Propinsi Sumatera Selatan dalam Ha LT LP LT LP LT LP LT LP LT LP 1 Palem bang 45 47 5,484 5 845 5,723 52 1,253 2 M usi Banyuasin 4,765 22,004 17,305 23,050 1,772 13,438 41,181 5,796 7,738 3,850 3 Banyuasin 29,391 101,004 31,108 47,725 6,534 29,479 121,062 7,064 41,259 94,149 4 O gan Ilir 267 2,120 36,368 815 8,127 33,684 2,333 10,552 2 210 5 O gan Kom ering Ilir 7,958 44,487 51,690 18,155 9,454 48,674 43,697 12,099 6,084 40,759 6 O KU Tim ur 24,255 41,916 39,552 29,934 5,675 35,750 46,820 5,266 15,516 49,158 7 O gan Kom ering Ulu 1,188 5,086 1,637 3,229 361 1,509 8,792 639 528 2,603 8 O KU Selatan 4,050 5,416 6,396 3,132 1,134 4,644 5,615 1,261 2,792 1,248 9 M uara Enim 4,192 16,262 20,737 7,868 3,360 18,752 22,863 8,685 4,482 554 10 Lahat 6,050 13,932 6,564 7,307 4,190 6,665 18,285 4,088 5,039 9,870 11 M usi Rawas 11,438 20,861 10,010 14,303 11,940 7,196 21,232 12,067 8,693 5,247 12 Pagar Alam 1,556 1,664 1,587 1,748 1,368 1,639 1,969 1,346 1,741 1,618 13 Prabum ulih 799 502 430 23 303 491 222 14 Lubuk Linggau 948 784 1,263 1,013 1,141 1,206 623 1,084 449 733 15 Em pat Lawang 5,721 5,763 2,177 4,673 2,578 3,650 5,077 1,840 3,121 3,900 Jum lah 101,824 282,145 232,380 163,387 58,502 212,312 340,092 73,262 97,444 213,899 Tw I 2009 2008 Tw IV Tw III Tw II Tw I No Kabupaten Kota Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Sumatera Selatan Grafik 1.10 Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Boom Baru Propinsi Sumsel - 20,000 40,000 60,000 80,000 100,000 120,000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 Or a n g - 500,000 1,000,000 1,500,000 2,000,000 2,500,000 To n Arus Penumpang Axis Kiri Arus Barang Bongkar Arus Barang Muat Sumber : PT. Pelindo II Boom Baru, diolah Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 22 Selain kelima sektor di atas, empat sektor ekonomi lainnya yakni sektor pertambangan dan penggalian, sektor perdagangan, hotel, dan restoran PHR, sektor industri pengolahan, dan sektor bangunan tercatat mengalami penurunan pertumbuhan apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian merupakan sektor ekonomi yang juga mengalami kontraksi pertumbuhan triwulanan paling rendah yakni sebesar 0,70. Tendensi penurunan harga batu bara dan juga minyak bumi yang merupakan salah satu komoditas unggulan Sumsel di pasar internasional semakin memperberat kondisi usaha pelaku bisnis ditengah kondisi stagnasi kapasitas produksi yang dialami kedua komoditas tersebut. Realisasi proyek pelabuhan Tanjung Api-api yang dilengkapi dengan proyek pembangunan jalan kereta merupakan suatu solusi atas stagnannya produktivitas batu bara yang saat ini memiliki kapasitas produksi per tahun sebesar 10 juta ton. Masih rendahnya harga minyak di pasar internasional diperkirakan akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan yang bergerak di sub sektor ini, apalagi dari sisi produksi juga mengalami tendensi penurunan sebagai akibat penurunan produktivitas sumur-sumur minyak di Sumsel. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran PHR diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,85 akibat rendahnya daya beli masyarakat terutama yang berada di pedesaan yang sangat tergantung pada sektor pertanian sebagai mata pencahariannya. Berdasarkan kegiatan survei yang dilakukan Bank Indonesia, pesanan mobil secara triwulanan diperkirakan menurun dalam kisaran 50-60 pada triwulan I Grafik 1.11 Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional 101.10 114.94 79.86 56.71 72.81 20 40 60 80 100 120 140 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 US D M e tr ik T o n Sumber: Bloomberg Grafik 1.12 Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional 124.07 118.33 58.14 42.89 97.91 20 40 60 80 100 120 140 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 US D B a rr e l Sumber: Bloomberg Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 23 2009, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 20-30. Hal tersebut selain disebabkan penurunan daya beli juga disebabkan oleh meningkatnya harga mobil dengan rata-rata kenaikan hingga 20 terkait dengan melemahnya nilai tukar Rupiah. Namun demikian, pelemahan permintaan hanya terjadi pada komoditas sekunder maupun tersier saja. Kondisi pasar ritel diperkirakan masih positif dengan pertumbuhan dalam kisaran 5-10. Disisi lain, kondisi sub sektor hotel dan sub sektor restoran diperkirakan mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,06 dan 3,32 dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat hunian hotel di Kota Palembang sebagai barometer industri perhotelan Sumsel tercatat dalam kisaran 60-75. Geliat pemilu legislatif diyakini sebagai salah satu penyebab peningkatan di kedua sub sektor tersebut. Sektor Industri Pengolahan diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan triwulanan sebesar 1,08. Berdasarkan hasil survei dunia usaha, kondisi sub sektor industri pengolahan non migas, khususnya crumb rubber mengalami penurunan pertumbuhan terkait dengan lesunya permintaan ekspor dan harga karet di pasar internasional yang kembali menurun. Beberapa pengusaha di industri pengolahan karet memperkirakan bahwa untuk tahun 2009 hingga 2010 ekspor belum akan meningkat dan masih jauh dari target yang diharapkan. Sebelum krisis global terjadi, rata-rata kapasitas utilisasi perusahaan mencapai 100, saat ini menurun menjadi hanya 60-70. Margin perusahaan tetap menipis walaupun upaya efisiensi telah diusahakan. Kondisi sektor bangunan tercatat sebagai industri yang mengalami kontraksi pertumbuhan triwulanan yang paling tinggi pada triwulan I 2009 dengan kontraksi pertumbuhan triwulanan sebesar 1,44. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan kondisi triwulan sebelumnya dimana sektor bangunan masih mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 1,29. Relatif stagnannya kinerja di sektor ini dalam kurun waktu 2 triwulan terakhir diyakini sangat erat kaitannya dengan masih buruknya kondisi investasi Grafik 1.13 Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Bermotor - 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 un it - 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 80,000 un it TRUCK MOBIL MOTOR Axis Kanan Sumber: Dispenda Prop. Sumatera Selatan Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 24 yang ditandai dengan masih tingginya tingkat suku bunga dan belum membaiknya prospek bisnis. Berdasarkan survei kegiatan dunia usaha diperoleh informasi bahwa khusus untuk segmen perumahan Rumah Sederhana Sehat RSH relatif tidak mengalami penurunan. Hal tersebut disebabkan karena segmen tersebut merupakan proyek pemerintah dan didukung oleh pihak perbankan. Asosiasi Semen Indonesia mencatat terjadinya penurunan penjualan semen sebesar 8,85 qtq pada triwulan I 2009. 1.3 Perkembangan PDRB dari Sisi Penggunaan Pertumbuhan ekonomi secara tahunan yoy dari sisi penggunaan masih didominasi oleh konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan sektor konsumsi tercatat sebesar 9,49 yoy. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing-masing tercatat sebesar 9,05, 15,03 dan 12,03. Namun demikian, seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian pada triwulan I 2009 berada pada kisaran pesimis yakni di bawah 100 lihat Suplemen 2. Menguak Keyakinan Konsumen Palembang dan Suplemen 6. Indeks Keyakinan Konsumen Palembang Ditengah Melemahnya Daya Beli . Tabel 1.4 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan yoy Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2008 –2009 2009 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 1. Konsumsi Rumah Tangga 7.36 7.04 9.52 1.17 9.05 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 8.36 8.38 7.47 4.58 15.03 3. Konsumsi Pemerintah 9.31 12.08 11.92 7.86 12.03 4. Investasi 0.15 14.38 12.63 38.03 24.71 5. Ekspor Barang dan Jasa 13.82 11.99 8.90 5.71 12.17 6. Impor Barang dan Jasa 9.67 8.66 8.58 8.46 9.20 TOTAL 8.17 4.97 5.23 2.26 2.62 Penggunaan 2008 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan Grafik 1.14 Perkembangan Konsumsi Semen Propinsi Sumsel 263,997 266,162 304,015 276,168 251,735 9.16 14.22 0.82 2.75 8.85 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 2008 2009 To n 15 10 5 - 5 10 15 20 P e rse n Jumlah ton Pertumbuhan qtq Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 25 Dari sisi kegiatan perdagangan, ekspor diprediksi turun sebesar 12,17, terkontraksi lebih dalam dibandingkan kondisi pada triwulan sebelumnya yang turun sebesar 5,71. Sementara itu, impor masih mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 9,20, lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 8,46. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, turunnya pertumbuhan ekonomi Sumsel pada triwulan ini lebih disebabkan karena turunnya harga komoditas unggulan di pasar Internasional. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari survei kegiatan dunia usaha triwulan I 2009 yang dilakukan KBI Palembang yang menggambarkan kegiatan usaha yang dilakukan oleh para pelaku usaha di Sumsel mengalami penurunan dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Grafik 1.15 Perkembangan Kegiatan Usaha Sumber : SKDU KBI Palembang Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha SKDU triwulan I 2009 mengindikasikan terjadinya penurunan kegiatan usaha dari persepsi kalangan dunia usaha dibanding triwulan sebelumnya yang tercermin dengan penurunan nilai Saldo Bersih Tertimbang SBT 1 menjadi -17,79. 1 SBT adalah selisih antara jawaban meningkat optimis dengan jawaban menurun pesimis yang dikalikan dengan bobot masing-masing sektor ekonomi. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 26 Secara triwulanan qtq, komponen yang mengalami pertumbuhan paling tinggi adalah konsumsi, khususnya konsumsi swasta nirlaba. Sedangkan komponen investasi diperkirakan terkontraksi sebesar 1,10. Setelah realisasi penanaman modal beberapa investor yang bergerak di sektor pertanian perkebunan, sektor pertambangan, sektor bangunan, serta sektor telekomunikasi pada akhir tahun 2008 sesuai keterangan dari Badan Penanaman Modal Daerah BPMD Propinsi Sumsel, pada triwulan ini belum terdapat lagi rencana penanaman modal yang terealisasi. Menurunnya investasi tidak terlepas dari semakin memburuknya situasi dan kondisi bisnis di Sumsel. Secara umum situasi bisnis menurut pengusaha pada triwulan I 2009 mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut terindikasikan melalui nilai saldo bersih sebesar 5,23 untuk triwulan ini, jauh di bawah angka triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 26,67. Grafik 1.16 Perkembangan Situasi Bisnis berdasarkan Persepsi Pengusaha Sumber : SKDU KBI Palembang Kondisi investasi pada triwulan II 2009 diperkirakan akan tetap stagnan seiring prediksi kondisi perekonomian dunia yang belum pulih. Namun demikian, upaya pemerintah melalui komponen belanja modalinvestasi apabila direalisasikan pada triwulan mendatang diharapkan akan sedikit banyak membantu membaiknya komponen investasi. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 27 Tabel 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan qtq Propinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun 2008 –2009 2009 Tw. I Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I 1. Konsumsi Rumah Tangga 0.60 2.22 4.98 5.15 7.14 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 0.06 1.78 1.82 0.97 9.93 3. Konsumsi Pemerintah 2.34 3.89 4.89 1.35 1.44 4. Investasi 9.47 6.58 13.42 19.01 1.10 5. Ekspor Barang dan Jasa 1.57 4.69 3.01 11.17 8.31 6. Impor Barang dan Jasa 2.15 1.61 2.50 1.95 2.84 TOTAL 0.40 2.12 6.09 5.23 0.05 Penggunaan 2008 Sumber : BPS Propinsi Sumatera Selatan 1.4. Struktur Ekonomi Berdasarkan kelompok sektor, PDRB Sumsel masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 42,29. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 42,25. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 18,39 menjadi 18,58. Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,40 dari triwulan sebelumnya sebesar 25,68. Penurunan pangsa di sektor sekunder tersebut disebabkan oleh penurunan pangsa di sub sektor industri pengolahan, dan sub sektor bangunan yang masing- masing mengalami penurunan pangsa sebesar 0,18 dan 0,11. Grafik 1.17 Struktur Ekonomi Propinsi Sumatera Selatan 5 1 0 1 5 2 0 2 5 3 0 3 5 4 0 4 5 5 0 T w. I 2 008 T w. II 2 008 T w . III 2 008 T w. IV 2008 T w . I 200 9 Pe rse n P rim e r S e ku nd e r T ers ie r Sumber: BPS Propinsi Sumatera Selatan Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 28 Tabel 1.6 Struktur Ekonomi Sektoral Propinsi Sumatera Selatan Tahun 2008 – 2009 2009 Tw. I Tw. II Tw . III Tw . IV Tw . I 1. Pertanian 19.16 20.06 21.93 18.39 18.58 2. Pertambangan 23.96 23.58 22.45 23.86 23.71 Sektor Prim er

43.12 43.64