SISTEM PEMBAYARAN DPK Triliun Rp

Indikator Ekonomi Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 xv Lanjutan 2009 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I BPRBPRS Total Aset Triliun Rp

0.21 0.34

0.39 0.39 0.41 0.41

0.43 DPK Triliun Rp

0.16 0.26

0.31 0.31

0.33 0.31

0.33 - Tabungan 0.06 0.09 0.11 0.11 0.12 0.12 0.12 - Deposito 0.10 0.17 0.20 0.19 0.20 0.19 0.21 Kredit Triliun Rp - Berdasarkan Penggunaan 0.14

0.21 0.22

0.26 0.28

0.28 0.29

- Modal Kerja 0.09 0.11 0.12 0.13 0.15 0.15 0.15 - Investasi 0.00 0.02 0.02 0.03 0.03 0.03 0.03 - Konsumsi 0.04 0.08 0.08 0.09 0.10 0.10 0.11 LDR 87.40

79.24 71.66

83.59 86.72

90.77 88.49

Nominal NPL Triliun Rp 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 0.02 NPL 11.77

8.06 7.41

7.34 6.89

7.11 7.70

Perbankan Syariah Total Aset Triliun Rp

0.55 0.80

0.84 0.92

1.03 1.16

1.10 DPK Triliun Rp

0.31 0.52

0.54 0.55

0.59 0.66

0.64 - Tabungan 0.14 0.27 0.28 0.32 0.33 0.36 0.33 - Giro 0.03 0.04 0.05 0.05 0.05 0.04 0.04 - Deposito 0.14 0.21 0.21 0.18 0.22 0.27 0.27 Pembiayaan Triliun Rp 0.47

0.64 0.74

0.84 0.95

0.97 1.03

FDR 154.74 123.44 137.42 151.47 159.82 145.65 160.13 INDIKATOR Data Laporan Bank Umum LBU dan Laporan Bulanan Labul BPR Februari 2009 2008 2006 2007

C. SISTEM PEMBAYARAN

2009 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I

1. Perputaran Kliring:

a. Nominal Rp juta 20,570,124 6,079,756 6,842,186 7,156,214 6,182,740 5,402,979 b. Warkat lembar 645,355 186,973 194,299 200,315 177,742 165,884

2. Perputaran perhari

a. Nominal Rp juta 81,305 101,329 108,606 111,816 106,599 91,576 b. Warkat lembar 2,551 3,116 3,084 3,130 3,065 2,812

3. Penolakan cekBG

a. Nominal Rp juta 153,245 49,211 63,882 84,384 80,756 62,308 b. Warkat lembar 5,864 1,589 1,731 2,707 2,803 2,468 Jumlah hari 253 60 63 64 58 59

4. Penolakan cekBG

Nominal 0.74 0.81 0.93 1.18 1.31 1.15 Warkat 0.91 0.85 0.89 1.35 1.58 1.49

5. Mutasi kas juta rupiah

a. Aliran uang masukinflow 5,238,514 1,497,662 1,839,645 1,577,227 2,056,275 1,516,277 b. Aliran uang keluaroutflow 7,272,260 1,438,405 2,735,413 2,174,261 1,297,181 1,008,136 Net Flow: Inflow Outflow 2,033,746 59,258 895,768 597,035 759,094 508,141 KETERANGAN 2008 2007 Indikator Ekonomi Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 xvi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Krisis finansial global telah mengakibatkan harga komoditas menjadi turun sehingga berdampak pada perekonomian Sumatera Selatan Sumsel, namun pada triwulan I 2009 masih tertolong oleh konsumsi domestik. Pertumbuhan ekonomi tahunan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja perbankan masih mengalami penurunan, dan suku bunga masih tertahan karena risiko yang masih tinggi. Perkembangan sistem pembayaran masih menunjukkan indikasi lesunya aktivitas ekonomi. Kesejahteraan masyarakat mengalami tendensi penurunan sebagai dampak lanjutan dari penurunan ekspor triwulan sebelumnya melalui penurunan PDRB per kapita, nilai tukar petani yang masih defisit, dan perkembangan ketenagakerjaan yang tidak begitu baik bila faktor musiman diperhitungkan. Kendati demikian, tekanan inflasi yang semakin menurun, baik dari sisi permintaan maupun penawaran, telah dan akan terus membantu mempertahankan daya beli masyarakat. Terlepas dari berbagai hambatan perekonomian yang sebagian besar merupakan faktor eksternal, kondisi perekonomian dan tingkat kestabilan harga di Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan masih ditopang permintaan domestik yang tetap terjaga sebagai dampak dari penurunan harga BBM, capital inflow dan penurunan BI rate, serta aktivitas pentas politik yang berlanjut untuk menyambut pemilihan presiden. Hal yang patut diperhatikan pada triwulan II 2009 adalah respons pelaku pasar finansial secara global yang sensitif dengan kestabilan politik dalam negeri. RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SUMATERA SELATAN TRIWULAN I 2009 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 2 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Laju pertumbuhan ekonomi tahunan yoy Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan sebesar 2,62 dengan migas atau 3,11 tanpa migas. Laju pertumbuhan ekonomi tahunan meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,26 dengan migas atau sebesar 2,80 tanpa migas. kondisi bisnis belum kondusif sebagai dampak krisis finansial global yang belum berakhir serta faktor cuaca yang berpengaruh terhadap kegiatan distribusi barang dan jasa antar pulau . Dua sektor ekonomi unggulan Sumsel yakni sektor pertanian dan sektor industri pengolahan diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 0,48 dan 1,29 yoy. Hal ini terkait dengan harga komoditas yang belum meningkat sejak mengalami penurunan yang begitu signifikan pada triwulan IV 2008. Walaupun secara triwulanan meningkat 16,74, namun secara tahunan harga CPO masih turun sebesar 50,76. Sedangkan harga karet pada bulan April 2009 kembali turun 2,85 mtm. Di sisi lain, pertumbuhan masih dapat ditopang oleh sektor pengangkutan dan sektor telekomunikasi yang tumbuh sebesar 14,82 yoy, serta sektor jasa-jasa dan sektor keuangan jasa persewaan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 7,85 dan 7,35 yoy. Secara triwulanan qtq, pertumbuhan ekonomi Sumsel diperkirakan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 0,05 dengan migas atau tumbuh sebesar 0,23 tanpa migas. Beberapa indikator seperti jumlah arus penumpang dan barang, konsumsi listrik, serta perkembangan konsumsi semen mengkonfirmasi hal tersebut. Selain itu, kontraksi tersebut juga terpengaruh oleh faktor siklikal yang biasa terjadi pada triwulan I. Kinerja ekonomi sektor keuangan, persewaan, dan jasa diperkirakan mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 3,41 qtq. Selain itu, sektor listrik, gas, dan air bersih LGA juga diperkirakan meningkat cukup tinggi, yakni sebesar 2,10 qtq, yang disebabkan semakin lancarnya program konversi energi yang dilakukan pemerintah. Laju pertumbuhan ekonomi tahunan yoy Sumsel pada triwulan I 2009 diperkirakan sebesar 2,62 dengan migas atau 3,11 tanpa migas. Secara triwulanan qtq, pertumbuhan ekonomi diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 0,05 dengan migas atau tumbuh sebesar 0,23 tanpa migas. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2009 3 Pertumbuhan ekonomi secara tahunan yoy dari sisi penggunaan masih didominasi oleh konsumsi, dengan pertumbuhan sebesar 9,49 yoy. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga, konsumsi swasta nirlaba, serta konsumsi pemerintah masing- masing tercatat sebesar 9,05, 15,03 dan 12,03. Namun demikian, seperti terkonfirmasi oleh Survei Konsumen Palembang, keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian pada triwulan I 2009 berada pada kisaran pesimis yakni di bawah 100. Berdasarkan kelompok sektor, PDRB masih ditopang oleh sektor primer yakni sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa sebesar 42,29. Pangsa sektor primer tersebut sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 42,25. Peningkatan pangsa di sektor primer ini terjadi pada sektor pertanian dari sebesar 18,39 menjadi 18,58. Sektor sekunder mengalami penurunan pangsa menjadi 25,40 dari triwulan sebelumnya sebesar 25,68. Pangsa sektor tersier sedikit meningkat dari sebesar 32,08 pada triwulan sebelumnya menjadi 32,31. Ekspor selama tiga bulan terakhir Des 2008-Feb 2009 tercatat sebesar USD326,70 juta atau menurun sebesar 52,58 yoy. Sementara itu dibanding periode triwulan sebelumnya qtq, nilai ekspor tercatat menurun sebesar 49,99 dari sebesar USD653,21 juta. Berdasarkan komoditas, pangsa nilai ekspor terbesar dicatat oleh komoditas karet sebesar 59,38. Berdasarkan negara tujuan ekspor, pada triwulan ini negara China merupakan tujuan utama ekspor dengan pangsa sebesar 26,27, diikuti oleh Amerika Serikat sebesar 25,85 , dan Malaysia sebesar 9,11. Realisasi impor periode triwulan ini tercatat sebesar USD49,57 juta, meningkat sebesar 39,77 yoy. Dibandingkan periode Sept- Nov 2008 terjadi penurunan impor sebesar 39,36 dari sebesar USD81,74 juta. Penurunan nilai impor secara triwulanan ini terkait dengan menurunnya impor pupuk dan bahan kimia yang banyak digunakan untuk menunjang sektor pertanian sebesar 74,78. Berdasarkan negara asal, pangsa impor Sumatera Selatan yang terbesar masih berasal dari negara China yakni sebesar 38,82, diikuti oleh Malaysia sebesar 9,70, dan Singapura sebesar 4,33. Ekspor menurun, sedangkan Impor meningkat secara tahunan Pertumbuhan ekonomi Propinsi Sumsel secara tahunan yoy dari sisi penggunaan didominasi oleh konsumsi. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 4 Perkembangan Inflasi Inflasi tahunan kota Palembang pada triwulan I 2009 mencapai 7,94 yoy, mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan inflasi pada triwulan sebelumnya yang mencapai 11,15. Kota Palembang bulan Maret 2009 mengalami deflasi sebesar 0,15. Penurunan inflasi ini disebabkan oleh turunnya harga komoditas yang menyebabkan penurunan pendapatan dan daya beli masyarakat, serta adanya masa panen yang membuat pasokan bahan makanan mencukupi. Berdasarkan kelompok barang, kelompok perumahan mengalami inflasi tahunan tertinggi yaitu sebesar 12,90. Urutan kedua dan ketiga dicatat oleh kelompok bahan makanan serta kelompok kesehatan yaitu masing-masing sebesar 9,07 dan 9,03. Di sisi lain, inflasi terendah terjadi pada kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga sebesar 7,33. Bahkan kelompok transportasi tercatat mengalami deflasi sebesar 0,40. Berdasarkan Hasil Survei Pemantauan Harga SPH yang dilakukan KBI Palembang, terdapat tendensi penurunan harga barangkomoditas sebesar 0,81 dibandingkan triwulan sebelumnya. Seperti akhir tahun 2008, tendensi perubahan harga yang rendah masih terjadi di triwulan I 2009, mengikuti masih rendahnya harga komoditas di pasar internasional. Secara bulanan, kecenderungan penurunan harga komoditas juga terjadi pada bulan Januari dan Maret 2009 yakni untuk daging ayam, bawang merah dan cabe merah. Perkembangan Perbankan Daerah Total aset perbankan secara tahunan meningkat sebesar 18,49 yoy, namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat menurun sebesar 2,94 qtq menjadi Rp36,78 triliun. Penurunan total aset perbankan secara triwulanan terutama berasal dari penurunan kinerja bank pemerintah, dimana total aset bank pemerintah secara triwulanan menurun sebesar 4,52 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga DPK juga mengalami peningkatan secara tahunan yakni sebesar 25,70 yoy, namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya tercatat menurun sebesar 1,28 qtq. Penurunan DPK secara triwulanan tersebut terutama dikontribusikan oleh penurunan tabungan sebesar 7,62 qtq, yang antara lain disebabkan oleh : Inflasi tahunan tertinggi terjadi pada kelompok perumahan yakni sebesar 12,90. Inflasi tahunan kota Palembang pada Triwulan I 2009 menurun menjadi 7,94 yoy. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2009 5 1 Adanya krisis finansial global yang menurunkan pendapatan sehingga masyarakat menguras tabungannya untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, 2 Adanya ekspektasi penurunan suku bunga perbankan di masa depan sehingga nasabah memilih melakukan hedging suku bunga yang tinggi dengan menempatkan dana di simpanan berjangka. Penyaluran kreditpembiayaan meningkat sebesar 26,30 yoy, sedangkan apabila dibandingkan triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,86 qtq menjadi Rp21,75 triliun. Peningkatan penyaluran kreditpembiayaan secara tahunan terutama terkait dengan peningkatan kredit di sektor pertambangan dan sektor pertanian dengan pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 895,46 dan 63,02 yoy. Menurut komposisinya, selain sektor lain-lain, penyaluran kredit didominasi pada sektor perdagangan, yaitu sebesar 21,98 dan disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dan sektor perindustrian masing- masing sebesar 16,00 dan 9,53. Kredit investasi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 33,31 menjadi sebesar Rp4,85 triliun. Kredit konsumsi mencatat pertumbuhan sebesar 30,57, sedangkan kredit modal kerja tercatat meningkat sebesar 19,74. Realisasi kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah UMKM tercatat meningkat sebesar 25,78 yoy. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tahunan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 29,85, diikuti oleh kredit modal kerja dan kredit investasi masing-masing sebesar 22,46 dan 18,00. Berdasarkan plafon kredit, realisasi penyaluran kredit usaha kecil masih mencatat pertumbuhan tertinggi baik secara tahunan maupun triwulanan. Baik rata-rata suku bunga simpanan maupun rata-rata suku bunga pinjaman mengalami peningkatan. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 9,62 , sedangkan rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 16,07 . Hal ini menyebabkan spread suku bunga kembali menurun menjadi 6,45 setelah pada triwulan sebelumnya meningkat menjadi 6,67. Berdasarkan jangka waktu simpanan, hanya suku bunga simpanan jangka waktu 1 bulan yang mengalami penurunan dari sebesar 10,08 menjadi 9,58. Sebaran suku bunga sedikit menyempit menjadi 6,45 Perkembangan kredit secara triwulanan menurun sebesar 0,86 perbankan dan 1,42 UMKM Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 6 NPL, undisbursed loan, dan rasio likuiditas mengalami peningkatan secara triwulanan. Tingkat Non-Performing Loan NPL gross pada triwulan I 2009 mencapai 2,36 dari total kredit yang disalurkan, meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,82. Sementara itu, NPL net tercatat sebesar 1,15 dari total kredit, meningkat dari triwulan yang lalu yang sebesar 0,75 . NPL gross terbesar masih bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran 31,08 dan sektor konstruksi 20,98. Undisbursed loan kredit yang belum direalisasikan oleh debitur pada triwulan I 2009 tercatat sebesar 16,34 dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat baik secara tahunan maupun triwulanan. Risiko likuiditas bank umum masih tergolong sangat likuid dengan rasio likuiditas sebesar 118,43. Namun demikian, rasio tersebut menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 189,27 dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu 113,52. Perkembangan perbankan umum Syariah penurunan kinerja, namun cukup baik dibandingkan tahun lalu. Total aset pada triwulan I 2009 hingga Februari 2009 tercatat sebesar Rp1.077,76 miliar atau meningkat sebesar 27,94 yoy, namun secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 6,90 qtq. Penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp635,72 miliar, meningkat 18,46 yoy, namun mengalami penurunan 4,38 qtq. penyaluran pembiayaan mengalami peningkatan yang sebesar 39,50 yoy. Namun, berbeda dengan aset dan DPK, penyaluran pembiayaan juga mencatat pertumbuhan triwulanan sebesar 6,24 qtq. dengan pangsa terbesar dicapai oleh piutang murabahah, yaitu sebesar 64,23. Finance to Deposit Ratio FDR meningkat dari sebesar 145,65 pada triwulan sebelumnya menjadi 161,82. Perkembangan Keuangan Daerah Penerimaan APBD pada tahun 2009 direncanakan sebesar Rp2.681,67 miliar atau meningkat sebesar 8,09 dari realisasi tahun sebelumnya. Target penerimaan APBD tahun 2009 masih ditopang oleh komponen Dana Perimbangan sebesar 55,96 atau sebesar Rp1.500,61 miliar, meningkat sebesar 7,93 dari realisasi tahun sebelumnya. Komponen Pendapatan Asli Daerah PAD tercatat sebesar Rp1.171,64 miliar atau mencapai 43,69 dari total penerimaan APBD, diikuti oleh pendapatan lain-lain yang sah sebesar Rp9,42 miliar dengan pangsa sebesar 0,35. Rencana penerimaan meningkat 8,09 dari realisasi tahun sebelumnya. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2009 7 Belanja pemerintah daerah direncanakan sebesar Rp2.751,67 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 22,08 dari realisasi tahun 2008. Komponen belanja tidak langsung meningkat paling signifikan mencapai 32,22 sedangkan komponen biaya langsung tercatat meningkat sebesar 15,12. Pada komponen biaya langsung, sub komponen biaya pegawai tercatat meningkat secara signifikan yakni mencapai 179,34 dibandingkan realisasi APBD tahun 2008. Peningkatan gaji PNS yang secara gradual akan dilakukan pada tahun 2009 didentifikasi merupakan salah satu penyebab naiknya pos tersebut. Perkembangan Sistem Pembayaran Perputaran kliring pada triwulan I 2009 menunjukkan penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan yang mengindikasikan menurunnya transaksi non tunai. Volume warkat menurun 11,28 yoy atau 6,67 qtq dan secara nominal turun sebesar 11,13 yoy atau 12,61 qtq. Secara bulanan, aktivitas kliring triwulan I 2009 yang tertinggi terjadi pada bulan Januari 2009 dengan jumlah warkat sebanyak 55.986 lembar dengan nominal sebesar Rp1,89 triliun. Kegiatan perkasan KBI Palembang mencatat terjadinya penurunan inflow maupun outflow, yang mengindikasikan menurunnya transaksi tunai. Inflow tercatat sebesar Rp1,52 triliun, menurun sebesar 1,24 yoy atau 26,26 qtq. Outflow tercatat sebesar Rp1,01 triliun, menurun sebesar 29,91 yoy atau 22,28 qtq. Net-inflow selama triwulan I 2009 sebesar Rp0,51 triliun, lebih tinggi dari tahun sebelumnya Rp0,06 triliun, namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya Rp 0,76 triliun. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Jumlah penduduk yang menganggurtidak punya pekerjaan mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 278.935 orang menjadi 269.599 orang. Namun demikian, hal tersebut sepatutnya disikapi kritis dengan mengikutsertakan komponen penduduk yang berkategori setengah pengangguran yang meningkat dari 1.289.674 orang menjadi 1.304.689 orang. Belanja pemerintah mengalami peningkatan 22,08 dibandingkan realisasi 2008 Perkembangan sistem pembayaran menunjukkan penurunan transaksi tunai dan non tunai. Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 8 Berdasarkan sektor ekonomi, konsentrasi tenaga kerja masih terdapat di sektor pertanian yang menyerap 55,01 tenaga kerja. Daya serap sektor sekunder manufaktur pada triwulan I 2009 sebesar 9,56, mengalami kenaikan sebesar 0,37 dibandingkan dengan angka pada triwulan sebelumnya yang mencapai 9,19. Sektor industri memberi kontribusi paling besar dalam sektor manufaktur ini yakni sebesar 5,89, disusul sektor konstruksi sebesar 3,56. Kontribusi sektor tersier jasa tercatat meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 32,18 menjadi 34,56. Sektor perdagangan masih merupakan sektor dengan daya serap terbesar setelah sektor pertanian. Secara umum dapat disebutkan bahwa sampai saat ini transformasi tenaga kerja dari sektor primer yang produktivitasnya rendah ke sektor sekunder dan tersier yang produktivitasnya lebih tinggi, masih berjalan lamban. Pendapatan regional per kapita atas dasar harga berlaku dengan migas tercatat sebesar Rp.3.664.358 atau menurun sebesar 3,75 qtq. Jika tanpa memperhitungkan komponen migas, pendapatan per kapita diperkirakan meningkat sebesar 0,29 dari Rp2.657.878 menjadi Rp2.665.536. pendapatan perkapita atas dasar harga konstan 2000 dengan migas mencapai Rp1.686.664. Angka ini mengalami penurunan sebesar 0,61 dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp1.697.078. Sementara itu, pendapatan per kapita regional atas dasar konstan 2000 tanpa migas mengalami penurunan sebesar 0,34 dari Rp1.298.584 menjadi Rp1.294.214. Hasil survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang mengkonfirmasi terjadinya penurunan pendapatan perkapita masyarakat Sumatera Selatan. Nilai tukar petani pada triwulan I 2009 Februari mengalami sedikit peningkatan dari triwulan sebelumnya yaitu dari sebesar 95,93 menjadi sebesar 96,69. Namun demikian, perkembangan NTP selama setahun terakhir menunjukkan tendensi penurunan. Penurunan nilai tukar terjadi karena peningkatan indeks harga yang diterima petani tidak sebesar kenaikan indeks harga yang dibayar petani. Indeks yang diterima petani hanya sedikit meningkat menjadi 112,44 dari 112,10, sedangkan indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan cukup tajam dari 104,85 menjadi 116,30. Pendapatan perkapita dengan migas turun sebesar 3,75 qtq Nilai tukar petani sedikit meningkat Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Sumatera Selatan Triwulan I 2009 9 Perkiraan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi tahunan yoy pada triwulan II 2009 diperkirakan berada pada kisaran 2,60 ± 1 yoy atau 2,10 ± 1 qtq. Selain faktor siklikal, angka proyeksi pertumbuhan triwulanan didasarkan pada beberapa faktor yakni realisasi belanja pemerintah daerah yang masih sangat rendah di semester pertama, penurunan tingkat permintaan masyarakat yang melemah karena melemahnya permintaan dunia atas komoditas unggulan Sumsel. Permintaan domestik patut dipertahankan demi mencegah perlambatan pertumbuhan lebih lanjut. Terdapat potensi kenaikan harga komoditas dunia yang akan memperbaiki kinerja ekspor Sumsel pada triwulan I 2009, namun sebelum kenaikan harga komoditas di pasar internasional terealisasi, pada Tw II 2009 akan berpotensi terjadinya beberapa hal yang merupakan dampak lanjutan dari menurunnya harga komoditas, yaitu: 1 Meningkatnya tingkat pengangguran dan pendapatan masyarakat 2 Menurunnya tingkat investasi tetap dari sektor swasta, sehingga menurunkan nilai tambah sektor bangunan. 3 Menurunnya tingkat konsumsi masyarakat akibat pendapatan yang turun, dan menurunkan kinerja sektor-sektor lainnya. Di sisi lain, terdapat pula beberapa hal yang dapat memberikan stimulus pada permintaan domestik yaitu: 1 Adanya kegiatan- kegiatan politik terkait dengan pemilihan presiden putaran pertama yang berpotensi mempertahankan tingkat permintaan dari kelompok grass-root, 2 Adanya rencana proyek-proyek infrastruktur dan stimulus fiskal lainnya yang cukup baik bagi perekonomian, 3 Berlangsungnya musim panen yang menyerap tenaga kerja secara temporer, 4 Relatif rendahnya inflasi dan apresiasi Rupiah yang dapat mempertahankan daya beli masyarakat. Diperkirakan inflasi tahunan pada triwulan II 2009 akan turun menjadi 3,54 ± 1 yoy, dan inflasi triwulanan diperkirakan juga akan turun menjadi 0,69±1. Penurunan tingkat inflasi diperkirakan akan berasal dari kelompok bahan makanan terkait dengan terjaganya pasokan sehubungan beberapa daerah masih mengalami musim panen, dan juga terdapat penurunan daya beli masyarakat sebagai dampak lanjutan dari krisis finansial global. Lain halnya dengan kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi dan kelompok sandang diperkirakan akan mengalami tekanan inflasi pada Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2009 diperkirakan sebesar 2,60±1 yoy Inflasi triwulan II 2009 diperkirakan sebesar 3,54±1 yoy Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2009 10 akhir triwulan sehubungan dengan akan diadakannya pemilihan presiden putaran pertama. Walaupun perekonomian masih lesu, kinerja perbankan pada triwulan II 2009 diperkirakan akan cukup baik. Hal ini didasarkan atas pertimbangan sebagai berikut: 1 Penurunan BI rate secara gradual yang didukung oleh capital inflow jangka pendek berikut ekspektasi penurunan lebih lanjut yang dimasa depan diperkirakan akan tetap meningkatkan ekspansi kredit sebesar 6,15 ± 1 qtq; 2 Pencapaian Indonesia atas indikator-indikator makro ekonomi triwulan I 2009 yang relatif baik dan stabil dibandingkan negara-negara lainnya, berikut tingkat suku bunga yang relatif tinggi, dapat membuat penanaman modal di Indonesia cukup atraktif di mata investor asing pada tahun 2009. 3 Meskipun persentase NPL diperkirakan akan meningkat sehubungan dengan menurunnya pendapatan masyarakat, hal tersebut diprediksi hanya akan bersifat sementara terkait dengan ekspektasi penurunan suku bunga di masa depan, nilai tukar Rupiah yang terapresiasi, dan perbaikan situasi bisnis.

1.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Tahunan