Ciri- Ciri Pembelajaran Realistic Mathematic Education RME Kelebihan Realistic Mathematic Education RME
20
berangkat dari tingkat belajar matematika secara nyata ke tingkat belajar matematika secara formal progressive mathematizing.
b. Didactical phenomenology
Topik-topik matematika
disajikan atas dasar aplikasinya dan kontribusinya bagi perkembangan matematika. Pembelajaran
matematika yang cenderung berorientasi kepada memberi informasi atau memberitahu siswa dan memakai matematika yang
sudah siap pakai sebagai sarana utama untuk mengawali pelajaran sehingga memungkinkan siswa dengan caranya sendiri mencoba
memecahkannya. Dalam pemecahan masalah tersebut siswa diharapkan dapat melangkah kearah matematisasi horizontal dan
matematizasi vertikal. Pencapaian matematisasi horizontal ini, sangat mungkin dilakukan melalui langkah-langkah informal
sebelum sampai kepada matematika yang lebih formal. Dalam hal ini siswa diharapkan ketika menyelesaikan masalah dapat
melangkah kearah pemikiran matematika sehingga akan mereka bangun sendiri sifat-sifat atau definisi matematika tertentu
matematisasi horizontal. Kemudian ditingkatkan matematisasi Matematisasi vertikal. Kaitannya dengan matematisasi horizontal
dan vertikal, De Lange Ariyadi Wijaya, 2012:42 menyebutkan matematisasi horizontal antara lain meliputi proses atau langkah-
langkah yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan masalah soal, membuat model, membuat skema, membuat hubungan, dan
21
lain-lain. Sedangkan matematisasi vertikal, antara lain meliputi proses menyatakan suatu hubungan dengan suatu formula atau
rumus, membuktikan keteraturan, membuat berbagai model, merumuskan konsep baru, melakukan generalisasi, dan sebagainya.
Proses matematisasi inilah yang diharapkan dapat memberi kemungkinan siswa lebih mudah dalam memahami matematika
yang berobyek abstrak. Dengan masalah kontekstual yang diberikan diawal pembelajaran seperti tersebut, dimungkinkan
banyak cara yang digunakan atau ditemukan siswa dalam menyelesaikan masalah. Dengan demikian siswa mulai dibiasakan
untuk bebas berpikir dan berani berpendapat, karena cara yang digunakan siswa satu dengan yang lain berbeda bahkan berbeda
dengan pemikiran guru, tetapi cara itu benar dan hasilnya juga benar, hal tersebut adalah suatu fenomena didaktik. Dengan
memperhatikan fenomena didaktik dalam pembelajaran di kelas, maka akan terbentuk proses pembelajaran yang tidak lagi
berorientasi pada guru, tetapi beralih kepada pembelajaran matematika yang berorientasi pada siswa atau bahkan berorientasi
pada masalah Marpaung, 2001:4 dalam Supinah dan Agus D.W, 2009: 73
c. Self-developed models,
Berdasar prinsip ini saat mengerjakan masalah kontekstual siswa diberi kesempatan untuk mengembangkan model mereka
22
sendiri yang berfungsi untuk menjembatani jurang antara pengetahuan informal dan matematika formal. Pada tahap awal
siswa mengembangkan model yang diakrabinya. Selanjutnya melalui generalisasi dan pemformalan akhirnya model tersebut
menjadi sesuatu pengetahuan yang sungguh-sungguh ada yang dimiliki siswa.
Dalam pembelajaran matematika realistik diharapkan terjadi urutan situasi nyata - model dari situasi itu - model kearah
formal - pengetahuan formal. Menurutnya inilah yang disebut “bottom up” dan menerapkan prinsip RME yang disebut “self-
defeloped models”. Soedjadi, 2000 :1 dalam Supinah dan Agus D.W, 2009 : 73-74.