106 | P a g e
Delik aduan dibedakan : a. Delik aduan absolut, delik yang dapat dituntut atas dasar pengaduan.
b. Delik aduan relatif, dalam delik aduan ini ada hubungan istimewa antara pembuat dan korban.
Aduan dan laporan digunakan dalam hukum pidana. Sedangkan gugatan digunakan dalam hukum perdata.
C. Pengertian Tindak Pidana Pajak
Tindak pidana di bidang perpajakan adalah suatu perbuatan yang melanggar peraturan perundang-undangan pajak yang menimbulkan kerugian keuangan negara
dimana pelakunya diancam dengan hukuman pidana. Ketentuan yang mengatur tindak pidana pajak terdapat dalam hukum pidana pajak yang berisi peraturan-peraturan
tentang: 4. perbuatan-perbuatan apa yang dapat diancam dengan hukuman,
5. siapa-siapa yang dapat dihukum, dan
6. hukuman apa yang dapat dijatuhkan. D. Penyidikan Tindak Pidana Pajak
Dalam Pasal 1 angka 31 UU KUP No. 28 Tahun 2007 menyatakan bahwa penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian tindakan yang
dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang terjadi serta menemukan
tersangkanya. Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Tujuan Penyidikan Tindak Pidana Pajak adalah:
1. Agar masalah tindak pidana perpajakan menjadi terang dan jelas 2. Menemukan tersangka
3. Mengetahui besarnya jumlah pajak yang digelapkan
107 | P a g e
Wewenang Penyidik Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat 2 UU KUP meliputi:
a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan agar keterangan atau
laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan jelas; b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang pribadi atau
badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan penyitaan terhadap bahan
bukti tersebut; f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan; g. menyuruh berhenti danatau melarang seseorang meninggalkan ruangan atau
tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung dan memeriksa identitas orang, benda, danatau dokumen yang dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; danatau k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan perundang-undangan. Namun, dalam pelaksanaan penyidikan, penyidik pajak dapat menghentikan
penyidikannya apabila salah satu dari empat hal berikut dipenuhi, yaitu: a. Tidak terdapat cukup bukti ; atau
b. Peristiwanya bukan merupakan tindak pidana di bidang perpajakan; atau c. Peristiwanya telah daluwarsa; atau
d. Tersangka meninggal dunia.
108 | P a g e
Selain penyidik pajak, dalam Pasal 44B UU KUP disebutkan bahwa Menteri Keuangan dan Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan atas dasar untuk kepentingan penerimaan Negara paling lama dalam jangka waktu 6 enam bulan sejak tanggal surat permintaan. Penghentian dimaksud
hanya dilakukan setelah Wajib Pajak melunasi utang pajak yang tidak atau kurang dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan sanksi
administrasi berupa denda sebesar 4 empat kali jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan. Ketentuan ini sebenarnya
menunjukkan bahwa skala prioritas perpajakan lebih ditekankan pada optimalisasi penerimaan Negara, bukan pada aspek sanksi pidana.
Menurut Pasal 40 UU KUP, tindak pidana di bidang perpajakn itu sendiiri daluwarsa tidak dapat dituntut setelah lampau waktu 10 sepuluh tahun sejak saat
terutangnya pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
E. Penuntutan