13 | P a g e
C. Penerimaan Negara Bukan Pajak Non-Tax
Dalam pasal 2 UU No.20 tahun 1997 terdapat 7 jenis penerimaan negara bukan pajak PNBP yaitu:
a. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah yang terdiri: - Penerimaan jasa giro,
- Penerimaan sisa anggaran pembangunan SIAP dan sisa anggaran rutin SIAR.
b. Penerimaan dari pemanfaatan SDA terdiri: - Royalti bidang perikanan,
- Royalti bidang kehutanan, - Royalti bidang pertambangan, kecuali Migas.
Royalti adalah pembayaran yang diterima oleh negara sehubungan dengan pemberian izin atau fasilitas tertentu dari negara kepada pihak lain untuk
memanfaatkan atau mengolah kekayaan negara. c. Penerimaan dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan terdiri:
- Bagian laba pemerintah, - Hasil penjualan saham pemerintah,
- Deviden: pembayaran berupa keuntungan yang diterima oleh negara sehubungan dengan keikutsertaan mereka selaku pemegang saham dalam
suatu perusahaan. d. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilakukan pemerintah terdiri:
- Pelayanan pendidikan, - Pelayanan kesehatan,
- Pemberian hak paten, hak cipta, dan merk. e. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan yang terdiri:
- Lelang barang, - Denda,
- Hasil rampasan yang diperoleh dari kejahatan. f. Penerimaan berupa hibah.
g. Penerimaan lain yang diatur dengan UU.
14 | P a g e
D. Hasil Perusahaan Negara
Yang tergolong dalam perusahaan negara adalah semua perusahaan yang modalnya merupakan kekayaan negara dengan tidak melihat bentuknya.
Selain itu ada perusahaan negara yang berada dalam lapangan hukum perdata yang berbentuk PT yang sahamnya seluruhnya berada ditangan pemerintah atau
kementerian yang bersangkutan. E. Sumber-Sumber Lain
Yang termasuk dalam sumber-sumber lain ialah pencetakan uang deficit
spending. Sumber terakhir ini oleh beberapa negara sering dilakukan. Pemerintah Indonesia pernah melaksanakannya dalam rangka memenuhi kebutuhan akan
investasi negara untuk membiayai pembangunan yang tercermin dalam Anggaran Belanja dan Pembangunan. Secara teoritis sebenarnya dapat saja dilakukan oleh
Pemerintah kapan saja. Tetapi cara ini tidalah populer karena membawa akibat yang sangat mendalam di bidang ekonomi. Oleh karena itu defisit tersebut ditutup dengan
melalui pinjaman atau kredit luar negeri yang berasal dari kelompok negara donor, yang dalam Anggaran Belanja Negara penerimaan dari pinjaman tersebut merupakan
penerimaan pembangunan yang sebenarnya juga merupakan uang muka pajak yang kelak dikemudian hari menjadi beban bagi generasi mendatang.
Sumber-sumber lainnya dari penerimaan negara adalah Pinjaman Negara, baik
yang berasal dari dalam negeri maupun yang berasal dari luar negeri. Pinjaman dari dalam negeri dapat dibedakan dalam dua bagian, yakni jangka pendek dan jangka
panjang. Pinjaman jangka pendek dengan cara pemberian pembukaan uang muka oleh Bank Indonesia kepada Pemerintah sebelum penerimaan negara masuk ke kas
negara. Pemberian uang muka ini untuk mencegah kevakuman dalam rangka Pemerintah melakukan pengeluaran-pengeluaran. Pinjaman atau pemberian uang
muka ini dijamin dengan Kertas Perbendaharaan negara, dan pinjaman ini akan dilunasi setelah ada penerimaan negara, seperti pajak dan penerimaan negara bukan
pajak sudah masuk dalam kas negara. Pinjaman dalam negeri yang berjangka Panjang dilaksanakan dengan cara menerbitkan uang kertas berharga obligasi
berjangka waktu. Penjualan obligasi berjangka ini ditujukan kepada seluruh masyarakat dan hasil penjualannya digunakan untuk membiayai pembangunan.
15 | P a g e
Mengenai Pinjaman Luar Negeri, umumnya berjangka panjang. Sifat pinjaman
Luar Negeri hanya merupakan faktor pelengkap dan tidak mempunyai komitmen dengan masalah politik dan ideologi.
Pinjaman Luar Negeri terdiri dari 2 macam: - Bantuan Program, yaitu bantuan keuangan yang diterima dari Luar Negeri
berupa devisa kredit. Devisa kredit ini kemudian dirupiahkan ke dalam kas negara sehingga kas negara bertambah yang akan digunakan untuk
pembiayaan pembangunan. - Bantuan Proyek yaitu bantuan kredit yang diterima Pemerintah dari negara donor
berupa peralatan dan mesin-mesin untuk membangun proyek tertentu, seperti: proyek tenaga listrik, jembatan, jalanan, pelabuhan, telekomunikasi dan irigasi.
Sebagian dari bantuan proyek ini diberikan dalam bentuk jasa konsultan dan tenaga teknisi yang membantu merencanakan pembangunan proyek.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
bahwa pendapatan negara dapat dikelompokan ke dalam: 1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak 3. Hibah
Penjelasan: 1. Penerimaan Perpajakan
i Pajak dalam negeri terdiri dari : - Pajak Penghasilan dari Minyak Gas
- Pajak Penghasilan Non Minyak Gas - PPn dan PPn BM
- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan - Cukai
- Pajak lainnya ii Pajak Perdagangan Internasional
16 | P a g e
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP Realisasi PNBP berasal dari:
- Penerimaan Sumber daya alam pendapatan minyak bumi, pendapatan gas
alam, pendapatan pertambangan umum, pendapatan kehutanan,pendapatan perikanan.
- Bagian Pemerintah atas laba BUMN
- Penerimaan Negara bukan pajak lainnya
3. Hibah
Penerimaan negara dalam bentuk sumbangan yang berasal dari negara lain, swasta dan Pemerintah Daerah yang tidak perlu dibayar kembali, bersifat tidak
wajib dan tidak mengikat, tidak berlangsung terus menerus dan digunakan untuk kegiatan tertentu. Adanya kesepakatan atau MoU mengenai pemberian hibah
yang dilakukan pemerintah dengan Pemerintah Negara Lain, Pihak Swasta atau Pemerintah Daerah.
17 | P a g e
RANGKUMAN
Dalam melaksanakan pembangunan, negara memerlukan dana yang tidak sedikit Pada umumnya negara mempunyai sumber-sumber penghasilan yang terdiri
dari: 1. Bumi, air dan kekayaan alam
2. Pajak-pajak, Bea dan cukai 3. Penerimaan Negara Bukan Pajak non-tax
4. Hasil Perusahaan Negara 5. Sumber-sumber lain, seperti pencetakan uang dan pinjaman
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
bahwa pendapatan negara dapat dikelompokan ke dalam: 1. Penerimaan Perpajakan
2. Penerimaan Negara Bukan Pajak
3. Hibah
Pinjaman Negara dalam Negeri
jangka panjang jangka pendek
obligasi uang muka
Luar Negeri jangka panjang
Bantuan proyek Bantuan program
18 | P a g e
LATIHAN
1. Mengapa pajak dikatakan sebagai penerimaan negara yang sangat penting? 2. Seandainya pajak tidak ada, penerimaan negara dari sumber apakah yang akan
Anda ciptakan? 3. Menurut saudara, apakah bea dan cukai termasuk pajak? Jelaskan alasannya
dan dasar hukum yang mendukungnya 4. Mengapa pencetakan mata uang bisa menjadi sumber penerimaan negara?
Jelaskan
19 | P a g e
PENGERTIAN PAJAK DAN HUKUM PAJAK
A. Hukum Pajak
1. Pengertian Hukum Pajak Hukum pajak, dalam bahasa Inggris, disebut tax law. Dalam bahasa Belanda,
hukum pajak disebut belasting recht. Di Indonesia, selain digunakan istilah hukum pajak, juga digunakan istilah hukum fiskal. Sebenarnya hukum pajak dengan hukum
fiskal memiliki substansi yang berbeda. Hukum pajak hanya sekadar membicarakan tentang pajak sebagai objek kajiannya, sedangkan hukum fiskal meliputi pajak dan
sebagian keuangan Negara sebagai objek kajiannya. Hukum pajak dalam arti luas adalah hukum yang berkaitan dengan pajak.
Hukum pajak dalam arti sempit adalah seperangkat kaidah hukum tertulis yang memuat sanksi hukum. Hukum pajak sebagai bagian ilmu hukum tidak lepas dari
sanksi hukum sebagai substansi di dalamnya agar Pejabat Pajak maupun Wajib Pajak menaati kaidah hukum. Sanksi hukum yang dapat diterapkan berupa sanksi
administrasi dan sanksi pidana. Hukum pajak ialah suatu kumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara
pemerintah sebagai pemungut pajak dan rakyat sebagai pembayar pajak Rochmat Soemitro, 1979. Dengan kata lain, hukum pajak menerangkan:
Tujuan Instruksional Khusus : Setelah membaca bab ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan:
Hukum Pajak, Arti, Tugas, Dan Kegunaannya Pajak, Definisi, Dan Ciri
Fungsi Pajak Retribusi, Sumbangan, ZakatSumbangan Wajib Keagamaan.
Kedudukan Hukum Pajak Dalam Tatanan Hukum Nasional
3
BAB
20 | P a g e
a. Siapa-siapa Wajib Pajak subjek pajak; b. Objek-objek apa yang dikenakan pajak objek pajak;
c. Kewajiban Wajib Pajak terhadap pemerintah; d. Timbulnya dan hapusnya utang pajak;
e. Cara penagihan pajak; f. Cara mengajukan keberatan dan banding pada peradilan pajak
Undang-undang No. 28 Tahun 2007 UU KUP tidak menyebutkan pengertian hukum pajak, melainkan hanya menyatakan kedudukannya sebagai “ketentuan umum”
bagi peraturan perundang-undangan perpajakan yang lain. UU KUP merupakan
kaderwet yang berfungsi sebagai payung terhadap undang-undang pajak yang sifatnya sektoral.
Pengertian hukum pajak dapat memberi petunjuk bagi penegak hukum pajak dalam menggunakan wewenang dan kewajibannya untuk menegakkan hukum pajak.
Sebaliknya, dapat dijadikan pedoman bagi Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban dan menggunakan hak dalam rangka memperoleh perlindungan hukum
sebagai konsekuensi dari penegakan hukum pajak. Penegakan hukum pajak di dalam lembaga peradilan dilakukan melalui
lembaga peradilan pajak maupun lembaga peradilan umum. Penegakkan hukum pajak melalui lembaga peradilan pajak tertuju pada penyelesaian sengketa pajak dan
dilakukan dalam Lembaga Keberatan, Pengadilan Pajak, dan Mahkamah Agung, atau hanya Pengadilan Pajak dan Mahkamah Agung saja. Penegakan hukum pajak melalui
lembaga peradilan umum tertuju pada penyelesaian tindak pidana pajak dan dilakukan oleh Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, dan Mahkamah Agung. Sedangkan
penegakan hukum pajak di luar lembaga peradilan dilakukan oleh Pejabat Pajak dengan menggunakan wewenang berupa menerbitkan surat ketetapan pajak dan surat
keputusan yang terkait dengan penagihan pajak. 2. Tugas Hukum Pajak
Tugas umum yang harus diemban oleh hukum pajak adalah: a. Menelaah keadaan masyarakat yang dapat dihubungkan dengan pengenaan
pajak; b. Merumuskannya kedalam peraturan-peraturan hukum;
c. Menafsirkan peraturan-peraturan hukum tersebut;
21 | P a g e
d. Mengatur ketentuan-ketentuan pidana; e. Mengatur ketentuan-ketentuan administrasi;
f. Mengatur ketentuan peradilan administrasi dan peradilan pajak. Tugas Khusus hukum pajak adalah sebagai alat kebijaksanaan untuk
menentukan politik perekonomian ataupun tugas di luar kepentingan keuangan negara.
3. Kegunaan Fungsi Hukum Pajak Fungsi hukum pajak berkaitan erat dengan fungsi dari negara. Beberapa fungsi
dari negara seperti: a. Mensejahterakan dan memakmurkan masyarakat
Negara yang sukses dan maju adalah negara yang bisa membuat masyarakat bahagia secara umum dari sisi ekonomi dan sosial kemasyarakatan.
b. Melaksanakan ketertiban Untuk menciptakan suasana dan lingkungan yag kondusif dan damai
diperlukan pemeliharaan ketertiban umum yang didukung penuh oleh masyarakat.
c. Pertahanan dan keamanan Negara harus bisa memberi rasa aman serta menjaga dari segala macam
gangguan dan ancaman baik yang datang dari dalam maupun dari luar. d. Menegakkan keadilan
Negara membentuk lembaga-lembaga peradilan sebagai tempat warga meminta keadilan di segala bidang.
Untuk menjalankan fungsi tersebut di atas, negara membutuhkan biaya yang besar jumlahnya dan sifatnya rutin. Biaya tersebut harus ditanggung oleh setiap
warganya yang dinilai mampu memberikan sumbangsih yang kemudian dikenal sebagai pajak. Sumbangsih dari warga negara tersebut harus dibuat aturan yang jelas
dalam pelaksanaannya, sehingga dibuatlah hukum pajak yang berfungsi mengatur perpindahan harta dari masyarakat wajib pajak kepada publik dengan melalui kas
negara tersebut berjalan dengan baik, teratur, tertib dan adil serta tidak menimbulkan kesewenang-wenangan dari pelaksana hukum.
Melalui fungsi dari hukum pajak, maka diharapkan fungsi budgetair mengisi kas negara untuk kemudian digunakan membiayai pengeluaran negaramelaksanakan
22 | P a g e
pembangunan dari pemungutan pajak dapat terlaksana dengan baik dan adil. Dalam pembentukan hukum pajak harus nampak pula fungsi regulerent mengatur sehingga
pemerintah dapat mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak seperti menggiring penanaman modal baik dalam negeri maupun luar negeri dengan
pemberian berbagai keringanan pajak.
B. Pajak