Pentingnya Kepatuhan Kewajiban Perpajakan

112 | P a g e pajak itu dibuat ringan sehingga pemerintah setempat dalam hal ini kantor pajak dalam rangka mengejar target penerimaan pajak ini adalah langkah terobosan yang mengkondisikan Wajib Pajak benar-benar patuh melunasi kewajibannya. Batasan sebagai Wajib Pajak patuh diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No.544KMK.042000 dimana persyaratan sebagai Wajib Pajak patuh ada 2 dua kriteria yaitu Wajib Pajak patuh terhadap kepatuhan formal dan Wajib Pajak patuh terhadap kepatuhan material, diantaranya: 1 Tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan dalam 2 dua tahun terakhir, 2 Dalam tahun terakhir penyampaian SPT Masa yang terlambat tidak lebih dari 3 tiga masa pajak untuk setiap jenis pajak dan tidak berturut-turut, 3 Surat Pemberitahuan Masa yang terlambat disampaikan tidak lewat dari batas waktu penyampaian SPT Masa pajak berikutnya, 4 Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak dan tidak termasuk tunggakan pajak sehubungan dengan STP yang diterbitkan untuk 2 dua masa pajak terakhir, 5 Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 sepuluh tahun terakhir, 6 Wajib Pajak yang laporan keuangannya telah diaudit oleh akuntan publik dengan yang laporan keuangannya tidak diaudit. Bagi Wajib Pajak yang laporan keuangannya tidak diaudit, dalam jangka waktu dua tahun terakhir memenuhi persyaratan yaitu menyelenggarakan pembukuan sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 28 UU No. 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU No. 16 Tahun 2009.

B. Pentingnya Kepatuhan Kewajiban Perpajakan

Masalah kepatuhan Wajib Pajak merupakan masalah penting di Negara Indonesia. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan tindakan penghindaran, pengelakan, penyelundupan, dan pelalaian pajak. Wajib Pajak akan patuh karena tekanan, mereka berfikir adanya sanksi berat akibat tindakan ilegal dalam usahanya untuk menyelundupkan pajak. Tindakan pemberian sanksi tersebut terjadi jika Wajib Pajak terdeteksi dengan administrasi yang 113 | P a g e baik dan terintegrasi serta melalui aktivitas pemeriksaan oleh aparat pajak yang berkompeten dan memiliki integritas tinggi. Jadi, Wajib Pajak yang patuh merupakan Wajib Pajak yang taat dan patuh dalam memenuhi serta melaksanakan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam perundang-undangan perpajakan. Kepatuhan Wajib Pajak dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu kondisi sistem administrasi perpajakan, pelayanan pada Wajib Pajak, penegakan hukum perpajakan, pemeriksaan pajak, dan tarif pajak. Ketidakpatuhan terhadap pajak melibatkan Wajib Pajak dan aparat pajak, sehingga dengan demikian dapat terjadi kong kalikong antara Wajib Pajak dan aparat pajak.Kurangnya kesadaran akan kepatuhan pajak baik bagi Wajib Pajak maupun aparat pajak,akan berimbas pada penurunan pendapatan sektor pajak dan berkurang nya pendapatan bagi Negara. Harian Republika tanggal 3 Oktober 2011 memuat berita bahwa tingkat kesadaran wajib pajak WP maupun pengusaha di Indonesia dalam membayar pajak masih sangat rendah. Kondisi tersebut membuat potensi penerimaan negara dari pajak semakin berkurang. Padahal, target penerimaan perpajakan setiap tahun terus meningkat. Rendahnya kesadaran WP karena pelaporan surat pemberitahuan SPT perseorangan hanya berjumlah 8,5 juta. Sedangkan data Pusat Statistik BPS menyebutkan, jumlah orang yang aktif bekerja di Indonesia berjumlah 110 juta orang. Rasio SPT terhadap kelompok pekerja aktif hanya mencapai 7,73. Hal yang sama juga tampak pada WP badan usaha. Pembayaran pajak yang dilaporkan melalui penyerahan SPT hanya berjumlah 466 ribu, sedangkan jumlah badan usaha yang berdomisili tetap dan aktif berjumlah sekitar 12,9 juta. Rasio SPT Badan terhadap jumlah badan usaha aktif hanya mencapai 3,6. Rendahnya tingkat kepatuhan tersebut menjadi penyebab rendahnya tax ratio yang saat ini berkisar 11-12. Padahal, negara-negara tetangga sudah memiliki tax ratio di atas 14 persen. Tax ratio di Jepang mencapai 50 atau setengah penduduknya menjadi pembayar pajak aktif, sedangkan di Indonesia hanya 7,73. Penerimaan pajak terhadap total Produk Domestik Bruto PDB Indonesia relatif lebih rendah rendah apabila dibandingkan negara maju dan negara tetangga. 114 | P a g e

C. Hambatan Pemungutan Pajak