r
11
= reliabilitas soal secara keseluruhan p
= proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q
= proporsi subjek yang menjawab item dengan salah ∑pq
= jumlah hasil kali perkalian antara p dan q n
= banyaknya butir soal S
2
= varian total Setelah r
11
diketahui, kemudian dibandingkan dengan harga r
tabel
dengan taraf signifikansi α = 5. Apabila r
11
r
tabel
maka dikatakan instrumen tersebut reliabel dan tidak reliabel jika sebaliknya. Hasil perhitungan reabilitas pada soal
uji coba bentuk objektif didapatkan hasil r
11
adalah 0,945. Perhitungan reabilitas soal objektif tersedia dalam Lampiran 7. Diketahui bahwa nilai r
11
r
tabel
dimana r
tabel
=0,329 maka soal uji coba bentuk objektif dikatakan reliabel.
3.8.3 Tingkat kesukaran
Tingkat kesukaran adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Didalam istilah evaluasi, tingkat kesukaran ini diberi
symbol P dari kata Proporsi Arikunto, 2012. Jika suatu soal memiliki tingkat kesukaran seimbang, maka dapat dikatakan bahwa soal tersebut baik. Suatu soal
tes hendaknya tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Indeks kesukaran dinyatakan dengan bilangan antara 0
– 1. Rumus yang digunakan untuk mencari P adalah :
Keterangan : P
: Tingkat kesukaran B
: banyaknya peserta didik yang menjawab soal itu dengan betul JS
: jumlah seluruh peserta didik peserta tes Tabel 3.4 Kategori Tingkat Kesukaran Butir Soal
Interval Kategori Butir Soal
0,00 ≤ P ≤ 0,30 0,31 P ≤ 0,70
0,71 P ≤ 1,00 Sukar
Sedang Mudah
Berdasarkan analisis instrumen soal, soal yang baik merupakan soal yang mempunyai taraf kesukaran sedang Arikunto, 2012. Hasil perhitungan taraf
kesukaran butir soal yang telah diujicobakan disajikan pada tabel berikut : Tabel 3.5 Hasil Analisis Taraf Kesukaran Uji Coba Soal Objektif
Kriteria No. Butir Soal
Keterangan
Sukar 14,18,35,36
Dipakai Sedang
6,9,11,16,17,19,21,24,27,29,33,39 Dipakai
Mudah 1,2,3,4,5,7,8,10,12,13,15,20,22,23,25
,26,28,30,31,32,34,37,38,40 Direvisi
Data perhitungan taraf kesukaran selengkapnya tersedia pada Lampiran 6
3.8.4 Daya Beda Butir
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan antara peserta didik yang berkemampuan tinggi dengan peserta didik yang
berkemampuan rendah. Rumus yang digunakan adalah: Arikunto, 2012
Keterangan : DP
: daya beda BA
: banyaknya kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB
: banyaknya kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar JA
: banyaknya peserta kelompok atas JB
: banyaknya peserta kelompok bawah PA
: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab betul PB
: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab betul Kriteria soal-soal yang dapat dipakai sebagai instrument berdasarkan daya
pembedanya diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 3.6 Kategori Daya Beda Butir Soal
Interval Kategori Daya Beda Butir Soal
0,00 ≤ D ≤ 0,20 0,20 D ≤ 0,40
0,40 D ≤ 0,70 0,70 D ≤ 1,00
Jelek Cukup
Baik Baik sekali
Arikunto, 2012
Hasil perhitungan daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 3.7 Hasil Analisis Daya Pembeda Uji Coba Soal Objektif
Kriteria No. Butir Soal
Keterangan
Baik sekali 6,9,11,17,18,19,21,24,27,29,33,38,39
Dipakai Baik
5,7,16,20,26,34 Dipakai
Cukup 3,4,8,10,12,13,15,25,30,31,40
Direvisi Jelek
1,2,14,22,23,28 Dibuang
Data perhitungan daya pembeda selengkapnya tersedia pada Lampiran 6
3.9 Analisis Data Akhir