Gambaran Umum Dampak Kebijakan Terhadap Sumberdaya Alam

d. Peningkatan ekonomi dan pendapatan masyarakat melalui sektor perikanan, dengan indikator keberhasilan: 1 jumlah sarana dan prasarana sektor perikanan; 2 tersedianya kawasan pengembangan usaha perikanan budidaya; 3 jumlah nelayan yang mengikuti pelatihan pasca panen; dan 4 peningkatan pendapatan nelayan; e. Menurunkan tingkat kerusakan lingkungan akibat pemanfaatan sumberdaya alam, melalui program: 1 pengembangan tata ruang dan pertanahan; 2 peningkatan efektifitas pengelolaan konservasi dan rehabilitasi sumberdaya alam; 3 pengendalian lingkungan hidup dan pengembangan kawasan pesisir dan kelautan; dan 4 peningkatan perananan masyarakat dalam pengelolaan dan pelestarian sumberdaya alam.

4.3. Gambaran Umum Dampak Kebijakan Terhadap Sumberdaya Alam

Pengelolaan sumberdaya dan wilayah pesisir dan lautan dilandasi oleh kebijakan publik yang ditetapkan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Sebagai contoh perihal rencana tata ruang wilayah yang berisi arahan-arahan pemanfaatan dan pengelolaan ruang dan sumberdaya, di mana RTRW KabupatenKota harus mengacu kepada RTRW Provinsi dan dituangkan dalam Peraturan Daerah PERDA. Demikian pula RTRW Provinsi dituangkan dalam PERDA harus mengacu kepada RTRN Rencana Tata Ruang Nasional yang diatur dalam Peraturan Pemerintah. Bersumber dari rencana tata ruang dimaksud, Pemerintah Daerah menetapkan kebijakan pengelolaan sumberdaya dan wilayahnya. Berikut ini adalah beberapa gambaran umum mengenai dampak kebijakan pengelolaan terhadap sumberdaya alam di wilayah pesisir dan laut Pulau Bintan. 1 Ekosistem laut: dampak kebijakan penambangan pasir laut Penambangan pasir telah berlangsung sejak tahun 1970 dan baru dihentikannya sementara pada tahun 2002 mencapai 275.5 juta meter kubik di perairan laut Pulau Bintan, belum termasuk hasil penambangan liar sekitar 56.7 juta meter kubik. Penambangan pasir laut dilakukan oleh para Kuasa Penambangan KP, yaitu sebanyak 19 sembilan belas KP dan ditambah lagi oleh belasan penambang-penambang liar di perairan laut pulau Bintan. Penambangan ini telah mengakibatkan kerusakan serius pada ekosistem laut dan pesisir, seperti kekeruhan air laut, kerusakan ekosistem bawah laut, migrasinya ikan tangkap ke lokasi lain, kerusakan pantai akibat lumpur dampak pengerukan pasir laut, rusaknya bagan-bagan ikan dan turunnya pendapatan masyarakat nelayan, dan sebagainya. 2 Sumberdaya mangrove: dampak kebijakan terhadap ekosistem mangrove Luas kawasan mangrove yang tersebar di wilayah Pulau Bintan diperkirakan sebanyak = 14 521 hektar. Namun sejak 30 tahun terakhir telah terjadi kerusakan kawasan dan ekosistem mangrove seluas = 10 600 hektar, atau mencapai rata-rata laju kerusakan sebesar 2.43 per tahun. Situasi ini menggambarkan kegagalan kebijakan publik dalam pengelolaan sumberdaya dan wilayah, khususnya akibat kegagalan pengawasan dan penegakan hukum. Berdasarkan hasil penelitian Global Environment Facility United Nations Development Program International Maritime Organization GEFUNDP IMO Regional Programme for the Prevention and Management of Marine Pollution in the East Asian Seas di Selat Malaka, termasuk wilayah pesisir dan laut pulau Bintan Chua, 1999, maka selama 30 tahun telah kehilangan sedikitnya 73 dan lebih besar lagi apabila diukur dampak sampingannya, yaitu: a. Nilai fungsi spawning dan nursery ground pada mangrove, b. Nilai fungsi sequestration carbon pada mangrove, c. Nilai fungsi pencegahan erosi pada mangrove, d. Nilai persepsi keberadaan sumberdaya dan ekosistem mangrove, dan e. Nilai manfaat pelestarian sumberdaya dan ekosistem untuk mangrove. 3 Sumberdaya terumbu karang, akibat lemahnya pengawasan dan penegakan hukum: Hal yang sama terjadi pula pada ekosistem terumbu karang yang selama 30 tahun telah kehilangan sedikitnya 73 dan lebih besar lagi apabila diukur dampak sampingannya, yaitu: a. Nilai fungsi produksi organik dan sequestration carbon pada terumbu karang, b. Nilai fungsi perlindungan garis pantai oleh terumbu karang, c. Nilai biodiversity mangrove maupun terumbu karang, d. Nilai persepsi keberadaan sumberdaya dan ekosistem pada terumbu karang e. Nilai ecotourism terumbu karang, dan f. Nilai manfaat pelestarian sumberdaya dan ekosistem terumbu karang. Besarnya nilai kerugian untuk masing-masing kerusakan, secara kuantitatif akan diuraikan dalam sub bagian pembahasan TEV, sesuai dengan tahapan analisis kebijakan publik melalui skema SPLL Satu Prosedur Lima Langkah yang akan diuraikan dalam bab berikutnya.

4.4. Faktor-Faktor Dominan