Analisis Riset Persepsional “Marine Cadastre”

56 Pengelompokan ini juga telah sesuai dengan asas dan tujuan penataan ruang berdasarkan UU No. 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang, sebagai berikut: 1 Pasal 2: Penataan Ruang berasaskan: a. pemanfaatan ruang bagi semua kepentingan secara terpadu, berdaya guna dan berhasil guna, serasi, selaras, seimbang, dan berkelanjutan; b. keterbukaan, persamaan, keadilan, dan perlindungan hukum; 2 Pasal 3: Penataan Ruang bertujuan: a. terselenggaranya pemanfaatan ruang berwawasan lingkungan; b. terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan kawasan budidaya; c. tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk: • mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur dan sejahtera, • mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia, • meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan dengan memperhatikan sumberdaya manusia, • meningkatkan pemanfaatan sumberdaya alam dan sumberdaya buatan secara berdaya guna, berhasil guna, dan tepat guna untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, • mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta mengurangi dampak negartif terhadap lingkungan, • mewujudkan keseimbangan kepentingan, kesejahteraan, dan keamanan. 3 Pasal 15 ayat 1: Dalam pemanfaatan ruang dikembangkan perangkat yang bersifat insentif dan disinsentif dengan menghormati hak penduduk sebagai warga negara.

3.4.3 Analisis Riset Persepsional “Marine Cadastre”

Merujuk kepada filosopi dari suatu kadaster, yaitu “the boundary of tenure”, maka sesungguhnya substansi konsep “marine cadastre” telah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dengan telah dikenalnya zonasi atau persil- 57 persil laut untuk berbagai macam penguasaan dan pemanfaatan. Bentuk-bentuk persil dimaksud, adalah: persil budidaya ikan keramba, batas-batas alur perlayaran di lokasi perairan pelabuhan laut, rumah-rumah nelayan di atas laut pelantar, persil kawasan lindung laut, batas-batas hak ulayat laut, batas-batas wilayah perikanan tangkap, dan lain sebagainya. Gambar 15. Berbagai kegiatan manusia berikut hak-hak atas pesisir dan perairan laut dalam gambaran “persil laut” 3-dimensi, landasan konsep kadaster 3-dimensi dan “marine cadastre”, sebagaimana gambar dan teks aslinya Nichols and Monahan, 1999. Selanjutnya, mengamati praktek-praktek penguasaan dan pemanfaatan ruang pesisir dan laut di negara-negara lain, demikian pula kajian-kajian akademis tentang hal tersebut, maka konsep “marine cadastre” sesungguhnya telah pula dikenal cukup luas Gambar 15. Namun penamaan atau nomenklatur konsep “marine cadastre” ini diyakini masih merupakan konsep yang baru bagi masyarakat. Oleh sebab itu, untuk melengkapi kajian atau analisis kebijakan pemanfaatan ruang dan sumberdaya pesisir dan lautan dalam disertasi ini, maka dilakukan suatu “Riset Persepsional” tentang konsep “marine cadastre” melalui kuesioner melalui “purposive sampling” dengan responden, yaitu para aktor kebijakan. 58 3.4.4 Analisis Nilai Ekonomi Total TEV Kawasan dan Analisis Biaya – Manfaat B-C Analysis Dalam Skema DPSIR Indikator ekonomi kawasan saat ini dihitung melalui Total Economic Valuation TEV, yaitu menduga nilai-nilai ekonomi yang terkandung dalam suatu kawasan dan sumberdaya alamnya, baik nilai guna maupun nilai fungsional yang harus diperhitungkan dalam menyusun kebijakan pengelolaannya. Secara umum TEV digambarkan dalam persamaan sebagai berikut Kusumastanto, 2003.b: TEV = DUV + IUV + OV + BV + EV ............................. 1 Di mana: DUV = Direct Use Value nilai guna langsung Adalah output barang dan jasa yang terkandung di dalam suatu sumberdaya yang secara langsung dapat dimanfaatkan; IUV = Indirect Use Value nilai guna tak langsung Adalah barang dan jasa yang ada karena keberadaan suatu sumberdaya tidak secara langsung dapat diambil dari sumberdaya alam tersebut; OV = Option Value nilai opsional Adalah potensi manfaat langsung atau tidak langsung dari sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan di waktu mendatang dengan asumsi sumberdaya tersebut tidak mengalami kemusnahan atau kerusakan yang permanen; Nilai ini merupakan kesanggupan individu untuk membayar atau mengeluarkan sejumlah uang agar dapat memanfaatkan potensi SDA di waktu mendatang; BV = Bequest Value nilai pewarisan Adalah nilai yang berkaitan dengan perlindungan atau pengawetan preservation suatu sumberdaya agar dapat diwariskan kepada generasi mendatang sehingga mereka dapat mengambil manfaat daripadanya sebagai manfaat yang telah diambil oleh generasi sebelumnya; EV = Existence Value nilai keberadaan Adalah nilai keberadaan suatu sumberdaya alam yang terlepas dari manfaat yang dapat diambil daripadanya; Nilai ini lebih berkaitan dengan nilai subyektif yang melihat adanya hak hidup pada setiap komponen sumberdaya alam; Dalam prosedur TEV digunakan teknik valuasi sumberdaya dan lingkungan dilanjutkan dengan analisis Biaya – Manfaat menggunakan kriteria: NPV, BC, dan IRR yang secara matematis disajikan sebagai berikut Kusumastanto, 2003.b; Dixon and Hufschmidt, 1986: 59 t r M e C e B d C d B NPV 1 − − − + − = ........................... 2 Di mana: NPV = net present value B d = benefit dari kebijakanprogram pembangunan C d = cost dari kebijakanprogram pembangunan B e = benefit ditinjau dari lingkungan pada kebijakan tersebut C e = cost ditinjau dari lingkungan pada kebijakan tersebut M = biaya mitigasi biaya untuk menghindari efek negatif dari kebijakan Dalam analisis multi-years maka persamaan tersebut dapat disajikan sebagai berikut: n r n C n B r C B r C B C B NPV 1 ... 2 1 2 2 1 1 1 1 + − + + − + + − + − = ....... 3 di mana: B t = benefit dalam periode waktu t C t = cost dalam periode waktu t r = social discount rate DR Representasi rumus-rumus ini di dalam program spreadsheet Microsoft Excel © , ditulis sebagai berikut: NPV 2 dirumuskan dalam spreadsheet cell = NPVDR;NB :NB n NPV 3 dirumuskan dalam spreadsheet cell = SUMPV :PV n di mana: DR = Discount Rate r NB = Net Benefit pada tahun ke nol NB n = Net Benefit pada tahun ke n PV = Present Value pada tahun ke nol PV n = Present Value pada tahun ke n ∑ = + − = n t t r t C t B C NetB 1 1 .................................................. 4       − − + + − − + ∆ + + = NPV NPV NPV i i i IRR .............. 5 Demikian pula representasi rumus-rumus ini di dalam program spreadsheet Microsoft Excel © , ditulis sebagai berikut: BC = SUMPV 1 :PV n -PV IRR = NB :NB n ; DR Di mana: Net BC = rasio biaya-manfaat suatu kebijakan programproyek IRR = Internal Rate of Return tingkat kemampuan pengembalian biaya programproyek, untuk program non-komersialnon analisis finansial, maka IRR = EIRR Economic Internal Rate of Return t = time waktu i = interest tingkat suku bunga 60 Kriteria kelayakan feasibility suatu program pembangunan dapat dinyatakan layak apabila: NPV 0; BC 1; dan IRR DR Dalam mengidentifikasi dan menetapkan komponen-komponen TEV digunakan skema DPSIR. Dalam lima tahun terakhir, khususnya dalam prosedur monitoring dan evaluasi kebijakan publik di bidang pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan hidup khususnya manajemen sumberdaya air, telah berkembang penggunaan metode analisis multi-kriteria dalam skema DPSIR sebagai suatu analisis multi kriteria MCA. MCA sesungguhnya bukan suatu pendekatan yang sangat baru, metode serupa telah pula digunakan dengan nama yang lain dalam substansi yang sama, yaitu model Multi Objective Multi Criteria dalam metode AHP Saaty, 1986 dan MAUA: Multi Atribute Utility Analysis Dunn, 1994. MCA adalah suatu metode analisis untuk menentukan skala preferensi di antara berbagai set alternatif menjadi suatu rangkaian tujuan eksplisit yang telah dinyatakan oleh pembuat keputusan, yang telah pula menetapkan kriteria-kriteria terukur untuk mengevaluasi tujuan yang telah dicapai. MCA banyak digunakan baik dalam sektor publik maupun swasta, sehingga dalam perkembangannya metode ini sering pula disebut sebagai MCDA Multi Criteria Decision Analysis. MCDA adalah suatu pendekatan sekaligus serangkaian teknik untuk menyediakan keseluruhan alternatif, dari yang paling diinginkan sampai kepada yang paling tidak diinginkan OPDM, 2005. Dalam konteks analisis kebijakan publik, kerangka konsepsi DPSIR ini merupakan tahapan strukturisasi dari MCA: analisis multi-kriteria di dalam prosedur evaluasi kebijakan Vàzquez, 2003. Dengan kata lain, di dalam kerangka skema DPSIR dapat diaplikasikan teknik MCA untuk analisis kebijakan publik Giupponi, 2001. Skema DPSIR pertama dikembangkan oleh Turner and Adger. Sebagai kerangka baku kajian dampak, maka Skema DPSIR adalah merupakan analisis proses pengelolaan lingkungan hidup yang digambarkan sebagai umpan balik yang mengontrol suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan, yaitu Gambar 16: 61 1 Driving forces akar masalah: penyebab “tekanan-tekanan” pada lingkungan hidup, seperti kebutuhan manusia akan tanah pertanian, energi, industri, transportasi, perumahan, dan sebagainya; 2 Pressures tekanan-tekanan: terhadap lingkungan hidup, misalnya eksploitasi sumberdaya tanah, air, mineral, dan sumberdaya alam lainnya serta tekanan emisi polusi; 3 State “keadaan” lingkungan: yang berubah akibat adanya “tekanan-tekanan”, misalnya kualitas dari berbagai media lingkungan seperti air, tanah, dan udara, serta konsekuensi kemampuan mereka untuk memenuhi tuntutan kebutuhan- kebutuhan kehidupan manusia maupun makhluk lainnya, penyediaan sumberdaya, dan sebagainya; 4 Impact dampak: perubahan keadaan lingkungan terhadap kesehatan manusia, ekosistem, keanekaragaman hayati, nilai amenitas kenyamanan, nilai finasial, dan lain sebagainya dapat pula dinyatakan dalam tingkat kerusakan lingkungan; 5 Responses tanggapan: upaya masyarakat para politikus, pembuat keputusan untuk memecahkan masalah-masalah atas dampak yang telah dievaluasi, yaitu dalam bentuk ukuran-ukuran kebijakan dan aksi perencanaan Bowen, 2003, Vàzquez, 2003, Giupponi, 2001, Picollo, 2003. Gambar 16. Analisis Multi Kriteria dalam Skema DPSIR Giupponi, 2003 dengan tambahan konteks analisis dan evaluasi sosial-ekonomi dan manajemen pesisir terpadu, Bowen, 2003 Respons Tekanan Pola-pola penggunaan tanah pada pemukiman masyarakat pesisir dalam pengembangan sector industri pesisir dan kelautan ƒ Dinamika kebijakan ƒ Perubahan institusional ƒ Perubahan dalam dinamika nutrient ƒ Beban kontaminasi dalam sedimen kelautan ƒ Biaya penanggulangan pencemaran ƒ Nilai rekreasi ƒ Nilai perikanan komersial Indikator sosial- ekonomi tertentu khusus dapat menggambarkan dorongan-dorongan sistem atau sustainability dari karakteristik State yang ditetapkan sebelumnya Akar Masalah Ekosis- tem Dampak ƒ Perubahan wetland pesisir ƒ Pembangunan industri ƒ Pemanfaatan wilayah dan ekosistem pesisir dan laut 62 Selanjutnya, dalam laporan penelitian mereka tentang sumberdaya air di daerah aliran sungai, Kronvang et al. 2005 menggambarkan komponen- komponen dari skema DPSIR sebagaimana dapat dilihat dalam Gambar 9 berikut ini. Sebagai suatu analisis multi kriteria, maka skema DPSIR juga dapat menggabungkan indikator sosial-ekonomi dan manajemen pesisir dan laut terpadu dalam representasi matriks-matriks analisis Gambar 17. Gambar 17. Diagram Konsep DPSIR sebagaimana teks aslinya Kronvang et al. 2005 Pendekatan dan kajian yang dipilih sebagai alat analisis dalam prosedur evaluasi ini adalah bentuk kedua dari Evaluasi Teoritik-Keputusan, yaitu Analisis Multi-atribut Utilitas atau Analisis Multi-kriteria yang diaplikasikan menurut alur “Skema DPSIR” sebagai teknik yang baru berkembang sekitar lima tahun ini Dunn, 1994; Vàzquez, 2003; Bowen, 2003; Rais, 2004; dan Kronvang, 2005. Teknik ini dapat diintegrasikan dengan aplikasi GIS Geographic Information Systems dan menggunakan analisis data dengan Matriks Analisis dan Matriks Evaluasi Picollo et al. 2003; Giupponi, 2001. Kombinasi integrasi metodologi dan metode serta teknik analisis kebijakan publik Dunn, 1994 dengan Skema DPSIR Picollo et al. 2003; Giupponi, 2001 merupakan suatu pendekatan yang baru progressive, termasuk penggunaan aplikasi analisis data spasial Metode Survei Sumberdaya ABC Skibicki, 1995, Tamtomo, 2004. Gabungan metode ini dipercaya merupakan kelebihan dari penelitian ini, yaitu secara komprehensif dapat memberikan analisis kebijakan 63 pemanfaatan ruang pesisir dan laut baik dari aspek: kebijakan, lingkungan, dan ekonomi. Untuk penelitian lanjutan perlu ditambahkan aspek sosial.

3.4.5 Analisis TEV “Best Use” dan Pemodelan Dinamik Menggunakan STELLA