Perkembangan Angka Harapan Hidup AHH Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Perkembangan Komponen Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat

Pembangunan manusia merupakan paradigma pembangunan yang menempatkan manusia sebagai fokus dan sasaran akhir dari seluruh kegiatan pembangunan, yaitu tercapainya penguasaan atas sumber daya guna memperoleh pendapatan untuk mencapai hidup layak, peningkatan derajat kesehatan agar meningkat usia hidup panjang dan sehat dan meningkatkan pendidikan kemampuan baca tulis dan keterampilan untuk dapat berpartisipasi dalam masyarakat dan kegiatan ekonomi. Jumlah penduduk Propinsi Jawa Barat tahun 2007 adalah sebesar 42,4 juta jiwa. Jumlah tersebut mendiami wilayah seluas 34.588,89 km 2 sehingga secara rata-rata kepadatan penduduk di Propinsi Jawa Barat adalah 1.225,8 jiwa per km 2 . Dalam negara berkembang, jumlah penduduk yang besar dengan mutu yang rendah belum bisa dijadikan sebagai modal pembangunan bahkan sebaliknya seringkali menjadi beban dalam proses pembangunan. Karena itu, untuk menunjang keberhasilan pembangunan, Pemerintah Propinsi Jawa Barat mengupayakan peningkatan kualitas kehidupan dan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia. Hal ini merupakan langkah awal untuk menyelenggarakan proses pembangunan yang efektif dan berkelanjutan.

5.1.1 Perkembangan Angka Harapan Hidup AHH Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat

Faktor kesehatan menjadi satu dari tiga indikator penting penunjang pembangunan manusia karena bila daya tahan tubuhnya baik maka tingkat produktivitas manusia secara langsung bisa tergali dengan optimal. Pada saat sehat orang dapat menjalankan aktivitas seperti bekerja, bersekolah, mengurus rumah tangga, berolah raga, maupun menjalankan aktivitas lainnya lebih baik dibandingkan saat kondisi tubuhnya sedang sakit. Tabel 5.1 Angka Harapan Hidup Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat Tahun 2002-2006 No. Daerah 2002 2003 2004 2005 2006 1. Kab.Bandung 66,80 67,15 68,22 68,99 69,40 2. Kab.Bekasi 67,00 68,50 68,64 68,73 68,79 3. Kab.Bogor 66,10 66,82 66,94 67,10 67,28 4. Kab.Ciamis 64,00 65,24 65,63 65,72 70,27 5. Kab.Cianjur 64,10 64,60 65,05 65,61 66,00 6. Kab.Cirebon 63,30 63,50 64,47 64,78 64,97 7. Kab.Garut 59,90 61,50 62,02 62,64 63,56 8. Kab.Indramayu 63,70 64,15 54,36 65,03 65,63 9. Kab.Karawang 62,90 65,75 66,12 66,73 66,94 10. Kab.Kuningan 65,10 68,98 69,02 69,08 69,12 11. Kab.Majalengka 63,50 67,02 67,41 67,70 67,75 12. Kab.Purwakarta 64,10 66,84 67,13 67,66 67,84 13. Kab.Subang 65,60 67,40 67,81 67,87 68,15 14. Kab.Sukabumi 63,00 64,80 64,82 65,70 65,87 15. Kab.Sumedang 66,70 67,74 67,87 67,94 68,02 16. Kab.Tasikmalaya 66,10 66,27 66,88 67,24 67,48 17. Kota Bandung 68,80 72,52 72,54 72,56 72,59 18. Kota Bekasi 68,10 68,50 69,38 69,49 69,71 19. Kota Bogor 68,00 71,20 71,66 71,80 71,86 20. Kota Cirebon 67,60 68,52 69,16 69,23 69,41 21. Kota Depok 71,80 71,96 72,17 72,97 73,03 22. Kota Sukabumi 66,20 71,24 71,40 71,65 71,80 Sumber: BPS Propinsi Jawa Barat, 2002-2006 Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa dari tahun 2002 hingga tahun 2006, rata-rata angka harapan hidup AHH kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat semakin meningkat, meskipun terlihat beberapa daerah yang mengalami peningkatan yang berbeda tiap tahunnya. Rata-rata persentase pertumbuhan angka harapan hidup kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat adalah 1,12 persen per tahun, hal ini menunjukkan bahwa tiap tahun terjadi perbaikan kualitas kesehatan dan kehidupan masyarakat di kabupatenkota. Hal ini dapat terjadi karena pencapaian kualitas kesehatan lebih banyak bertumpu di pemerintah kabupatenkota, pelayanan langsung terhadap masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan lebih berfokus di kabupatenkota Kompas, 2004. Akan tetapi masih terdapat ketimpangan angka harapan hidup antara daerah perkotaan dengan daerah kabupaten, dimana rata-rata angka harapan hidup daerah perkotaan lebih baik yaitu sebesar 70,56 tahun jika dibandingkan dengan angka harapan hidup daerah kabupaten yang hanya sebesar 66,08 tahun. Secara keseluruhan, dari tahun 2002 hingga tahun 2006 angka harapan hidup tertinggi kabupaten dan kota di Jawa Barat adalah Kota Bandung kemudian Kota Depok dan Kota Bogor dengan nilai rata-rata masing-masing kota ini adalah 72,55 tahun, 72,53 tahun dan 72,16 tahun. Hal ini dapat dipahami melihat Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat sehingga memiliki sarana dan prasarana sosial dan kesehatan yang memadai. Kota Depok dan Kota Bogor merupakan wilayah penyangga Ibukota Negara sehingga memiliki infrastruktur dan prasarana sosial dan kesehatan pendukung yang baik. Kabupaten Garut pada tahun 2002 hingga tahun 2006 merupakan daerah dengan angka harapan hidup terendah di Propinsi Jawa Barat yaitu sebesar 61,93 tahun sehingga meskipun pada tahun 2006 Kabupaten Garut memiliki persentase pertumbuhan angka harapan hidup tertinggi yaitu sebesar 1,47 persen namun karena rendahnya kualitas hidup pada tahun-tahun sebelumnya maka Kabupaten Garut tidak dapat mengejar ketertinggalannya. Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Indramayu menjadi daerah dengan nilai angka harapan hidup terendah lainnya yaitu masing-masing sebesar 64,20 dan 64,57 tahun. Hal ini terjadi karena Kabupaten Garut, Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Cirebon merupakan wilayah tertinggal di Propinsi Jawa Barat dengan infrastruktur sosial dan kesehatan yang relatif lebih terbatas dibandingkan dengan ibukota propinsi. Angka harapan hidup kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat dari tahun 2002 hingga 2006 rata-rata adalah sebesar 67,29 tahun. Angka Harapan Hidup ketika lahir merupakan suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk yang dilahirkan pada tahun tersebut BPS, 2006. Dengan demikian dapat diartikan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh penduduk yang dilahirkan pada tahun 2002 hingga tahun 2006 di Propinsi Jawa Barat adalah selama 67,29 tahun. 5.1.2 Perkembangan Angka Melek Huruf AMH dan Rata-rata Lama Sekolah RLS KabupatenKota di Propinsi Jawa Barat Hanya negara yang mempunyai sumber daya manusia SDM berkualitas yang akan mampu bersaing dengan negara lain dalam era globalisasi seperti saat ini. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah khususnya pemerintah daerah perlu lebih mengedepankan upaya peningkatan kualitas SDM melalui program-program pembangunan yang lebih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pendidikan baik formal maupun non formal. Pendidikan merupakan salah satu elemen penting pembangunan dan perkembangan sosial ekonomi masyarakat. Pendidikan juga berperan penting dalam meningkatkan kualitas hidup individu dan masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka akan semakin baik kualitas sumber dayanya dan akan semakin mampu menghadapi persaingan di era globalisasi. Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah merupakan penunjang indeks pendidikan dan bagian dari komponen pembangunan manusia. Pembangunan di bidang pendidikan akan membawa dampak positif cukup nyata di masa mendatang. Tabel 5.2 Angka Melek Huruf Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat Tahun 2002-2006 No. Daerah 2002 2003 2004 2005 2006 1. Kab.Bandung 97,00 98,41 99,02 99,24 99,27 2. Kab.Bekasi 91,10 92,24 92,67 92,70 92,85 3. Kab.Bogor 91,50 92,80 93,22 93,91 94,04 4. Kab.Ciamis 95,30 95,16 95,65 95,97 97,28 5. Kab.Cianjur 95,70 95,82 96,51 96,67 96,79 6. Kab.Cirebon 87,00 88,64 88,73 89,34 89,56 7. Kab.Garut 95,70 96,11 97,63 98,16 98,74 8. Kab.Indramayu 76,30 76,41 78,76 80,43 83,03 9. Kab.Karawang 87,20 87,86 87,98 88,40 88,52 10. Kab.Kuningan 90,50 90,52 91,88 94,12 94,56 11. Kab.Majalengka 91,00 91,76 91,92 92,33 92,60 12. Kab.Purwakarta 94,90 95,20 95,62 95,78 95,83 13. Kab.Subang 84,20 87,78 87,85 88,42 88,58 14. Kab.Sukabumi 94,30 96,17 96,23 95,69 96,77 15. Kab.Sumedang 95,30 96,18 98,01 98,72 98,86 16. Kab.Tasikmalaya 97,40 98,03 98,85 98,52 98,65 17. Kota Bandung 98,90 99,54 99,01 99,12 99,31 18. Kota Bekasi 98,00 98,12 98,71 98,85 98,86 19. Kota Bogor 97,40 97,70 98,51 98,92 98,98 20. Kota Cirebon 95,30 95,85 96,89 97,23 97,55 21. Kota Depok 96,10 96,90 97,16 97,98 98,35 22. Kota Sukabumi 98,60 98,90 99,03 99,06 99,08 Sumber: BPS Propinsi Jawa Barat, 2002-2006 Tabel 5.2 menunjukkan bahwa angka melek huruf kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat dari tahun 2002 hingga tahun 2006. Secara rata-rata terjadi peningkatan angka melek huruf kabupatenkota dari tahun 2002 hingga tahun 2006, dengan nilai persentase pertumbuhannya adalah sebesar 0,62 persen per tahun. Rata-rata angka melek huruf kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat sebesar 94,38 persen, sehingga dapat diartikan bahwa persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam kehidupan sehari-hari adalah 94,38 persen dari total penduduknya. Pencapaian angka melek huruf daerah perkotaan lebih baik jika dibandingkan dengan daerah kabupaten. Hal ini dimungkinkan karena kesadaran masyarakat perkotaan terhadap pendidikan lebih baik jika dibandingkan masyarakat kabupaten yang cenderung bersifat pedesaan. Kota Bandung, Kota Sukabumi dan Kota Bekasi merupakan daerah di Propinsi Jawa Barat yang memiliki angka melek huruf tertinggi dengan nilai rata-rata masing-masing sebesar 99,18 persen, 98,93 persen, dan 98,51 persen. Selain itu terdapat pula perbedaan pencapaian antara daerah Jawa Barat bagian utara dengan Jawa Barat bagian selatan. Jawa barat bagian utara lebih tertinggal jika dibandingkan dengan Jawa Barat bagian selatan dalam pencapaian angka melek huruf, hal ini dapat dilihat dari peta dalam lampiran. Kabupaten Karawang, Kabupaten Subang dan Kabupaten Indramayu merupakan daerah yang tertinggal dalam pencapaian angka melek huruf. Angka melek huruf kabupaten Indramayu merupakan yang terkecil jika dibandingkan dengan daerah lain di Propinsi Jawa Barat yaitu hanya 78,99 persen. Meskipun pada tahun 2004 hingga 2006 persentase pertumbuhan angka melek hurufnya adalah yang tertinggi yaitu sebesar 2,81 persen per tahun namun rata-rata angka melek huruf selama tahun 2002 hingga 2006 adalah yang terendah. Selain Angka Melek Huruf AMH, indeks pendidikan juga ditunjang oleh angka Rata-rata Lama Sekolah. Rata-rata Lama Sekolah RLS adalah lama sekolah tahun penduduk usia 15 tahun keatas. Rata-rata Lama Sekolah masyarakat kabupatenkota di Jawa Barat dapat dijelaskan pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Rata-Rata Lama Sekolah Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat Tahun 2002-2006 No. Daerah 2002 2003 2004 2005 2006 1. Kab.Bandung 8,10 8,54 8,74 9,25 9,25 2. Kab.Bekasi 7,40 7,70 8,08 8,14 8,21 3. Kab.Bogor 6,20 6,18 6,26 6,69 7,13 4. Kab.Cianjur 6,10 6,20 6,42 6,47 6,60 5. Kab.Ciamis 6,40 6,95 7,05 7,11 7,18 6. Kab.Cirebon 6,00 6,14 6,45 6,52 6,58 7. Kab.Garut 6,70 6,70 6,86 6,97 7,12 8. Kab.Indramayu 5,10 5,21 5,56 6,01 6,09 9. Kab.Karawang 6,40 6,40 6,61 6,92 7,22 10. Kab.Kuningan 6,40 6,44 6,70 6,88 6,94 11. Kab.Majalengka 6,40 6,40 6,45 6,49 6,50 12. Kab.Purwakarta 6,80 7,00 7,17 7,31 7,42 13. Kab.Subang 5,30 6,51 6,72 6,85 6,90 14. Kab.Sukabumi 5,90 5,90 6,45 6,56 6,61 15. Kab.Sumedang 7,00 7,30 7,75 7,87 7,92 16. Kab.Tasikmalaya 6,90 7,02 7,43 7,62 7,80 17. Kota Bandung 10,30 10,32 10,32 10,34 10,34 18. Kota Bekasi 10,40 10,45 10,71 10,86 10,88 19. Kota Bogor 9,60 9,61 9,93 9,97 10,00 20. Kota Cirebon 8,90 9,00 9,45 9,98 10,20 21. Kota Depok 9,70 9,80 10,18 10,61 10,64 22. Kota Sukabumi 8,80 8,70 8,92 9,15 9,30 Sumber: BPS Propinsi Jawa Barat, 2002-2006 Rata-rata Lama Sekolah RLS kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat dari tahun 2002 hingga tahun 2006 mengalami peningkatan. Dengan demikian pembangunan daerah yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat telah berhasil dalam meningkatkan kualitas pendidikan masyarakatnya. Rata-rata lama sekolah masyarakat kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat selama tahun 2002 hingga 2006 adalah 7,70 tahun atau diatas lulusan sekolah dasar. Sejak tahun 2005 daerah perkotaan di Propinsi Jawa Barat telah berhasil menuntaskan program wajib belajar sembilan tahun. Pencapaian rata-rata lama sekolah derah perkotaan pada tahun 2005 yaitu 10,15 tahun dan pada tahun 2006 yaitu 10,22 tahun. Sedangkan untuk daerah kabupaten penuntasan wajib belajar Sembilan tahun tersebut masih belum tercapai, hal ini dikarenakan sarana dan prasarana yang memprihatinkan, kekurangan daya tampung, kekurangan tenaga guru, rendahnya kesejahteraan guru, rendahnya kualitas guru, angka drop out yang mengancam serta rendahnya kualitas manajemen sekolah Hidayat, 2008. Berdasarkan pada kedua kecenderungan angka melek huruf AMH dan rata-rata lama sekolah RLS seperti telah dijelaskan sebelumnya dapat disimpulkan bahwa wilayah perkotaan relatif memiliki angka yang lebih tinggi dalam pencapaian indeks pendidikan, baik untuk Angka Melek Huruf AMH maupun Rata-rata Lama Sekolah RLS jika dibandingkan dengan wilayah kabupaten yang cenderung merupakan daerah pedesaan. Hal ini diduga terkait dengan kesadaran masyarakat kota yang lebih tinggi terhadap pendidikan selain itu rata-rata daerah perkotaan adalah wilayah penyangga ibukota negara yang memiliki sarana dan prasarana pendidikan yang relatif lebih baik jika dibandingkan dengan wilayah kabupaten. Selain itu, relatif rendahnya peningkatan pencapaian angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah dimungkinan karena masih cukup besarnya penduduk dewasa di wilayah kabupaten yang tingkat pendidikannya tidak tamat pendidikan dasar, sehingga meskipun partisipasi sekolah penduduk usia muda sudah sedemikian dipacu peningkatannya namun belum terasa hasilnya secara nyata.

5.1.3 Perkembangan Indikator Daya Beli Masyarakat Purchasing Power Parity