luas di utara dengan ketinggian antara 0-10 m di atas permukaan laut, dan beberapa
wilayah aliran sungai BPS Jawa Barat, 2004.
Lahan di Jawa Barat cukup subur karena mengandung endapan vulkanis serta banyaknya aliran sungai. Tidak mengherankan jika sebagian besar digunakan untuk
lahan pertanian, dan Jawa Barat ditetapkan sebagai lumbung pangan nasional BPS
Jawa Barat, 2004.
Iklim di Jawa Barat adalah tropis, dengan suhu 9
o
C di Puncak Gunung Pangrango dan 34
o
C di Pantai Utara. Curah hujan rata-rata 2000 mm per tahun dan
beberapa daerah di pegunungan antara 3000 sampai 5000 mm per tahun.
4.3 Populasi Penduduk
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Daerah dengan kepadatan penduduk terbesar berada di dekat Jakarta.
Bandung, ibukota provinsi Jawa Barat merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Sebagian besar penduduk
Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan bahasa Sunda. Di beberapa kota di pesisir utara, dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon. Di daerah perbatasan
dengan DKI Jakarta seperti Bekasi, Depok, dan Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan bahasa Indonesia dialek Betawi. Akibat urbanisasi, penduduk di daerah
sekitar Jakarta terdiri dari berbagai etnis di Indonesia, termasuk Suku Jawa, Suku Batak, dan Suku Minang Wikipedia, 2008.
Berdasarkan hasil Susenas tahun 1999 jumlah penduduk Jawa Barat setelah Banten terpisah berjumlah 34.555.622 jiwa. Pada tahun 2000 berdasarkan sensus
penduduk meningkat menjadi 35.500.611 jiwa, dengan kepadatan penduduk sebesar
1.022 jiwa per Km
2.
sedangkan laju pertumbuhan penduduk selama dasawarsa 1990- 2000 mencapai angka 2,17 persen. Sedangkan pada tahun 2004, jumlah penduduk
bertambah menjadi 38.059.540 jiwa dengan kepadatan penduduknya mencapai rata-rata 1.064 jiwaKm
2
BPS Jawa Barat, 2004. Penduduk terbanyak ada di kabupaten Bandung yaitu 4,09 juta jiwa diikuti Kabupaten Bogor 3,80 juta jiwa, sedangkan kota
Banjar memiliki jumlah penduduk paling sedikit yaitu sebanyak 0,16 juta jiwa. Pada tahun 2004 sebagian besar penduduk Jawa Barat memiliki jenis pekerjaan
utama sebagai tenaga produksi 33,39 persen, usaha pertanian 29,45 persen, dan tenaga usaha penjualan 21,91 persen. Masih sangat sedikit penduduk yang bekerja
sebagai tenaga ahli dan profesional, yaitu hanya sebesar 3,81 persen dan yang menjadi
anggota TNI sebanyak 0,66 persen BPS Jawa Barat, 2005.
4.4 Sosial Budaya
Masyarakat Jawa Barat di kenal sebagai masyarakat yang agamis, dengan kekayaan warisan budaya dan nilai-nilai luhur tradisional, serta memiliki prilaku sosial
yang berfalsafah pada silih asih, silih asah, silih asuh, yang secara harfiah berarti saling mengasihi, saling memberi pengetahuan dan saling mengasuh diantara warga
masyarakat.
Tatanan kehidupannya lebih mengedepankan keharmonisan seperti tergambar pada pepatah; “Herang Caina Beunang Laukna” yang berarti menyelesaikan masalah
tanpa menimbulkan masalah baru atau prinsip saling menguntungkan. Masyarakat Jawa Barat memiliki komitmen yang kuat terhadap nilai-nilai kebajikan. Hal ini
terekspresikan pada pepatah “Ulah Unggut Kalinduan, Ulah gedag Kaanginan”; yang berarti konsisten dan konsekuen terhadap kebenaran serta menyerasikan antara hati
nurani dan rasionalitas, seperti terkandung dalam pepatah “Sing Katepi ku Ati Sing Kahontal ku Akal”, yang berarti sebelum bertindak tetapkan dulu dalam hati dan pikiran
secara seksama.
Jawa Barat dilihat dari aspek sumber daya manusia memiliki jumlah penduduk terbesar di Indonesia dan sebagai Propinsi yang mempunyai proposi penduduk dengan
tingkat pendidikan, jumlah lulusan strata 1, strata 2, dan strata 3 terbanyak
dibandingkan dengan propinsi lain Jabarprov, 2007.
4.5 Perekonomian Jawa Barat