Indeks Pembangunan Manusia TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pembangunan manusia melihat secara bersamaan semua isu dalam masyarakat seperti pertumbuhan ekonomi, perdagangan, ketenagakerjaan, kebebasan politik ataupun nilai-nilai kultural dari sudut pandang manusia. Pambangunan manusia juga mencakup isu penting lainnya yaitu jender. Dengan demikian pembangunan manusia tidak hanya memperhatikann sektor sosial tetapi merupakan pendekatan komprehensif dari semua sektor BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004. Pembangunan manusia ditujukan untuk meningkatkan partisipasi rakyat dalam semua proses dan kegiatan pembangunan. Keberhasilan pembangunan dewasa ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas sumber daya manusianya. Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM di wilayahnya, baik dari aspek fisik kesehatan, aspek intelektualitas pendidikan, aspek kesejahteraan ekonomi berdaya beli, serta aspek moralitas iman dan ketaqwaan sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan akan dengan sendirinya meningkat BPS kota Cimahi, 2004.

2.2 Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia IPM merupakan indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu negara dalam tiga hal mendasar pembangunan manusia, yaitu : lama hidup, yang diukur dengan angka harapan ketika lahir; penddidikan yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas dan standar hidup yang diukur dengan konsumsi per kapita. Nilai indeks ini berkisar antara 0-100. Menurut UNDP 2004 IPM memberikan suatu ukuran gabungan tiga dimensi tentang pembangunan manusia: panjang umur dan menjalani hidup sehat diukur dari usia harapan hidup, terdidik diukur dari tingkat kemampuan baca tulis orang dewasa dan tingkat pendaftaran di sekolah dasar, lanjutan dan tinggi dan memiliki standar hidup yang layak diukur dari paritas daya beli PPP, penghasilan. Indeks tersebut bukanlah suatu ukuran yang menyeluruh tentang pembangunan manusia. Sebagai contoh, IPM tidak menyertakan indikator-indikator penting seperti misalnya ketidaksetaraan dan sulit mengukur indikator-indikator seperti penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan politik. Indeks ini memberikan sudut pandang yang lebih luas untuk menilai kemajuan manusia serta meninjau hubungan yang rumit antara penghasilan dan kesejahteraan. Indikator Indeks Pembangunan Manusia merupakan salah satu indikator untuk mengukur taraf kualitas fisik dan non fisik penduduk . Kualitas fisik; tercermin dari angka harapan hidup; sedangkan kualitas non fisik intelektualitas melalui lamanya rata-rata penduduk bersekolah dan angka melek huruf; dan mempertimbangkan kemampuan ekonomi masyarakat yang tercermin dari nilai purcashing power parity index PPP BPS, 2007. IPM mengukur pencapaian keseluruhan dari satu daerahnegara dalam tiga dimensi dasar pembangunan manusia, yaitu lamanya hidup, pengetahuan dan status standar hidup yang layak. Ketiganya diukur dengan angka harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pengeluaran per kapita. Secara lebih lengkap, tiga dimensi pembangunan manusia tersebut, yaitu 1 Dimensi ekonomi yang diwujudkan oleh kehidupan yang layak dan diukur dengan indikator pengetahuan per kapita riil; 2 Dimensi sosial, diwujudkan oleh tingkat pengetahuan dan diukur oleh angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah; 3 Dimensi kesehatan, perwujudannya adalah umur panjang dan sehat dengan indikator yaitu angka harapan hidup saat lahir Siregar dalam Hidayat, 2008. DIMENSI Umur panjang dan sehat Pengetahuan Kehidupan yang layak INDIKATOR Angka harapan hidup pada saat lahir Angka Melek Huruf AMH Rata-rata Lama Sekolah RLS Pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan PPP Indeks AMH Indeks RLS INDEKS DIMENSI Indeks harapan hidup Indeks pendidikan Indeks pendapatan INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA Sumber : BPS, BAPPENAS, UNDP 2004 Gambar 2.1 Gambaran Umum Indeks Pembangunan Manusia Angka Harapan Hidup ketika lahir merupakan suatu perkiraan rata-rata lamanya hidup sejak lahir yang akan dicapai oleh sekelompok penduduk yang dilahirkan pada tahun tersebut BPS, 2006. Angka Harapan Hidup ini dapat dijadikan sebagai tolok ukur indikator kesehatan. Semakin tinggi Angka Harapan Hidup AHH suatu masyarakat mengindikasikan tingginya derajat kesehatan masyarakat tersebut. Angka Melek Huruf AMH adalah persentase penduduk usia 15 tahun keatas yang bisa membaca dan menulis serta mengerti sebuah kalimat sederhana dalam kehidupan sehari-hari BPS, 2006 dan Rata-rata Lama Sekolah RLS adalah lama sekolah tahun penduduk usia 15 tahun keatas. Seperti halnya Angka Harapan Hidup sebagai indikator kesehatan, Angka Melek Huruf AMH dan Rata-rata Lama Sekolah RLS menggambarkan status keadaan pendidikan suatu masyarakat. BPS 2006 mengemukakan bahwa rendahnya Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah dapat disebabkan oleh kurangnya fasilitas pendidikan dan biaya pendidikan yang mahal dan terkait dengan kemiskinan. Kemampuan Daya Beli Penduduk atau Purchasing Power Parity PPP merupakan suatu indikator yang digunakan untuk melihat kondisi ekonomi masyarakat dalam menghitung IPM. Kemampuan daya beli ini lebih mencerminkan kemampuan masyarakat secara ekonomi dalam memenuhi kebutuhan konsumsinya, dan sangat jauh berbeda dengan PDRB per kapita atau yang dikenal dengan income per capita. Untuk mengukur standar hidup layak, data PDRB per kapita tidak dapat digunakan karena bukan ukuran yang peka untuk kemampuan daya beli penduduk. Oleh sebab itu, penghitungan daya beli penduduk menggunakan konsumsi per kapita yang kemudian disesuaikan. Sumber data yang digunakan meliputi jumlah pengeluran per kapita baik konsumsi makanan maupun non makanan. Komoditi yang digunakan dalam perhitungan paritas daya beli PPP terdapat 27 komoditi yang terdiri dari konsumsi makanan dan konsumsi non makanan. Komoditi-komoditi tersebut dapat dilihat pada Tabel 2.1 Tabel 2.1 Daftar Komoditi Terpilih untuk Menghitung Paritas Daya Beli PPP No Komoditi Unit 1 Beras lokal Kg 2 Tepung terigu Kg 3 Ketela pon Kg 4 Ikan Kg 5 Ikan teri Ons 6 Daging sapi Kg 7 Daging ayam kampung Kg 8 Telur ayam Butir 9 Susu kental manis 397 gram 10 Bayam Kg 11 Kacang panjang Kg 12 Kacang tanah Kg 13 Tempe Kg 14 Jeruk Kg 15 Pepaya Kg 16 Kelapa Butir 17 Gula pasir Ons 18 Kopi bubuk Ons 19 Garam Ons 20 Mericalada Ons 21 Mie instan 80 gram 22 Rokok kretekfilter 10 batang 23 Listrik Kwh 24 Air minum m 3 25 Bensin Liter 26 Minyak tanah Liter 27 Sewa rumah Unit Sumber : BPS 2006 IPM mencoba untuk memberikan peringkat semua negara dari skala 0 tingkat pembangunan manusia yang paling rendah hingga 100 tingkat pembangunan manusia yang paling tinggi. Hal ini dapat digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan suatu daerah atau negara. BPS memberikan pemeringkatan dalam empat kriteria, dimana IPM tergolong kategori rendah jika nilai IPM50, IPM tergolong kategori menengah rendah jika nilai IPM antara 50-65, jika nilai IPM antara 66-80 maka tergolong kriteria menengah tinggi, nilai IPM tergolong tinggi jika diatas 80. Tabel 2.2 Nilai Maksimum dan Minimum Komponen IPM Indikator IPM Nilai Maksimum Nilai Minimum Catatan Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf Rata-rata Lama Sekolah Konsumsi per Kapita yang Disesuaikan 2005 85 100 15 732.720 a 25 300.000 b Sesuai Standar Global UNDP Sesuai Standar Global UNDP Sesuai Standar Global UNDP UNDP Menggunakan PDB per Kapita Riil yang Disesuaikan Catatan: a Proyeksi pengeluaran riilunittahun untuk propinsi yang memiliki angka tertinggi Jakarta pada tahun 2018 setelah disesuaikan dengan formula Atkinson. Proyeksi mengasumsikan kenaikan 6,5 persen per tahun selama kurun 1996-2018. b Setara dengan dua kali garis kemiskinan untuk propinsi yang memiliki angka terendah tahun 1996 di Papua. Sumber: BPS, BAPPENAS, UNDP 2004 Secara teknis, IPM dapat dirumuskan sebagai berikut BPS, BAPPENAS, UNDP, 2004: IPM = indeks X 1 + indeks X 2 + indeks X 3 2.1 X 2 = X 12 + X 22

2.2 dimana :