sebesar Rp. 562.644,- dan Kabupaten Bekasi sebesar Rp. 555.258,-. Kemampuan daya beli masyarakat kabupaten dan kota tidak jauh berbeda. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi ketimpangan antara satu daerah yang memiliki bentuk pemerintahan kabupaten dan kota. Kegiatan perekonomian perkotaan yang lebih maju
memberikan dampak trickle down effect terhadap kegiatan perekonomian kabupaten, sehingga kemampuan daya beli masyarakat kabupaten menjadi meningkat seiring
dengan meningkatnya kemampuan daya beli masyarakat kota.
5.1.4 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia IPM Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat
Komponen-komponen Angka Harapan Hidup AHH, Angka Melek Huruf AMH, Rata-rata Lama Sekolah RLS dan Kemampuan Daya Beli PPP digunakan
untuk mengukur keberhasilan pembangunan sosial ekonomi suatu daerah yang ditunjukkan oleh besar kecilnya angka Indeks Pembangunan Manusia IPM. Pada
Gambar 5.5 menampilkan performance pembangunan manusia yang perlihatkan dengan angka IPM.
Sum G
umum perse
IPM 2004
baik Dem
Bara yang
hingg 2004
10 20
30 40
50 60
70 80
90
mber: BPS P Gambar 5.1
di Pada Ga
m terjadi ke entase pertu
kabupaten 4 angka IPM
jika diban mikian juga
at adalah seb g hanya sebe
Pencapa ga tahun 20
4 dapat dik
Kab.Bandung Kab.Bekasi
Kab.Bogor
Propinsi Jaw Perkemba
i Propinsi Ja ambar 5.5 d
enaikan ang umbuhan ra
kota selam M kabupaten
ndingkan pe pada tahun
besar 70,50 esar 69,60.
ian IPM k 006 menur
kategorikan
Kab.Ciamis Kab.Cianjur
Kab.Cirebon Kab.Garut
wa Barat angan Indek
awa Barat p dapat diketa
gka IPM set ata-rata sebe
ma tahun 20 nkota di Pr
encapaian a n 2005 dim
dan juga le
kabupatenk rut kategor
n seperti dap
Kab.Indramayu Kab.Karawang
Kab.Kuningan Kab.Majalengka
ks Pembang pada Tahun
ahui bahwa tiap kabupat
esar 1,61 p 002 hingga
ropinsi Jaw angka IPM
ana angka ebih baik jik
ota di Prop ri yang dite
pat dilihat pa
Kab.Majalengka Kab.Purwakarta
Kab.Subang Kab.Sukabumi
Kab Sumedang
gunan Manu 2002-2006
a dari tahun tenkota di
persen per t tahun 2006
a Barat ada M nasional y
IPM kabup ka dibanding
pinsi Jawa etapkan oleh
ada tabel 5.
Kab .Sumedang
Kab.Tasikmalaya Kota
Bandung Kota
Bekasi
usia Kabupa
n 2002 hing Propinsi Jaw
tahun. Rata 6 adalah 69
alah sebesar yang hanya
patenkota d gkan dengan
Barat sela h BPS, BA
5.
Kota Bogor
Kota Cirebon
Kota Depok
Kota Sukabumi
aten dan Kot
gga 2006 s wa Barat de
-rata penca 9,41. Pada
r 69,83 dan a sebesar 6
di Propinsi n angka nas
ama tahun APENAS, U
2002 2003
2004 2005
2006
ta
secara engan
apaian tahun
lebih 68,70.
Jawa sional
2002 UNDP
Tabel 5.5 Kategori Keberhasilan Pencapaian IPM KabupatenKota di Propinsi Jawa
Barat tahun 2002 hingga tahun 2006
IPM Menengah Rendah
50 IPM 65,99 Rata-rata Nilai
IPM IPM Menengah
Tinggi 66 IPM 80,99
Rata-rata Nilai IPM
Kab. Indramayu Kab. Cirebon
Kab. Karawang Kab. Garut
63,31 63,89
65,11 65,99
Kab. Cianjur Kab. Sukabumi
Kab. Subang Kab. Majalengka
Kab. Kuningan Kab. Bogor
Kab. Purwakarta Kab. Tasikmalaya
Kab. Bekasi Kab. Ciamis
Kab. Sumedang Kab. Bandung
Kota Cirebon Kota Sukabumi
Kota Bogor Kota Bekasi
Kota Bandung Kota Depok
66,10 67,21
67,23 67,42
67,65 68,06
68,40 69,33
69,83 69,97
70,18 70,94
71,54 73,25
74,11 74,47
76,44 76,53
Sumber: BPS Jawa Barat Daerah dengan pencapaian angka IPM terendah di Propinsi Jawa Barat selama
tahun 2002 hingga tahun 2006 adalah Kabupaten Indramayu, rata-rata IPMnya yaitu sebesar 63,31. Kemampuan daya beli masyarakat Kabupaten Indramayu tergolong
dalam kategori sedang namun pencapaian angka harapan hidup, angka melek huruf, dan rata-rata lama sekolah Kabupaten Indramayu adalah yang terendah dibandingkan
dengan kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat pada tahun 2002 hingga 2006. Kemampuan daya beli merupakan kunci utama kesejahteraan masyarakat. Jika
masyarakat memiliki daya beli tinggi maka mereka akan dapat membiayai pemeliharaan kesehatan yang baik Natsir, 2007. Akan tetapi tidak demikian dengan Kabupaten
Indramayu, hal ini menunjukkan bahwa kegiatan perekonomian Kabupaten Indramayu tidak ditujukkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat dan peningkatan
pembangunan manusianya.
Daerah dengan angka IPM tertinggi diantara kabupatenkota di Propinsi Jawa Barat yaitu Kota Depok dengan nilai IPM 76,53. Hal ini menunjukkan bahwa Kota
Depok telah berhasil melaksanakan pembangunan manusia. Pembangunan manusia di Propinsi Jawa Barat lebih didominasi oleh wilayah perkotaan, dimana peringkat IPM
kota lebih baik jika dibandingkan dengan peringkat IPM kabupaten. Hal ini karena wilayah perkotaan memiliki ketersediaan infrastruktur penunjang kesehatan dan
pendidikan yang lebih lengkap dibandingkan dengan wilayah kabupaten. Selain itu, ketimpangan IPM dan komponennya menunjukkan bahwa terjadi ketimpangan dalam
distribusi pembangunan dan hasil-hasilnya sehingga kegiatan perekonomian perkotaan lebih maju jika dibandingkan wilayah kabupaten dengan demikian kemampuan daya
beli masyarakat perkotaan lebih baik jika dibandingkan wilayah kabupaten di Jawa Barat.
5.2 Analisis Tingkat Kemandirian Fiskal Kabupaten dan Kota di Propinsi Jawa Barat